Carbon Sink dalam Mangrove Biomassa

41 Hasil penelitian Twilley et al. 1992 menunjukkan bahwa kawasan pesisir tropika adalah wilayah yang secara biogeokimia paling aktif dan merepresentasikan carbon sink potensial yang penting di biosfir ini. Laju dari produktivitas akumulasi biomassa dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor-faktor global seperti posisi latitude dan faktor lokal seperti hidrologi. Penyimpanan Carbon dalam biomassa mangrove diperkirakan mencapai 4,03 Pg C Peta=10 15 dan 70 persen berada di pesisir dengan posisi lintang dari 0 hingga 10 . Rata-rata produksi kayu adalah 12,08 Mg ha -1 th -1 Mega=10 6 dimana nilai ini ekuivalen dengan 0,16 Pg C th -1 yang tersimpan dalam biomassa mangrove. Sementara itu, karbon yang terkumpul dalam sedimen adalah 0,02 Pg C th -1 .

2.4.4 Carbon Sink dalam Mangrove Biomassa

Rosot karbon carbon sink merupakan media atau tempat penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk bahan organik, vegetasi hutan, laut dan tanah CIFOR 2009. Distribusi biomassa mangrove di kawasan tropis menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada area yang lebih rendah. Terdapat variasi dari biomassa mangrove pada ketinggian yang sama. Potensi biomassa maksimum pada 10 dan 35 adalah berkisar antara 100 dan 400 Mg ha -1 . Twilley et al. 1992 menemukan bahwa dengan meningkatnya salinitas, nilai dari parameter struktural dan fungsional akan menurun. Tabel 2 Perkiraan global karbon yang tersimpan dalam biomassa mangrove Komponen Posisi Lintang – 10 10 - 20 20 - 30 30 - 40 Total Luas area Mangrove x 10 6 hektar 13,28 3,14 3,14 0,33 24,00 Biomassa Mg ha -1  Di atas permukaan standard deviasi 283,6 90,5 141,6 77,8 120,6 16,5 104 64,2 178,2 112,2  Di bawah permukaan standar deviasi 171,2 123,6 171,8 69,2 95,5 76,3 146,3 110,2 Biomassa Pg masa kering  Di atas permukaan 3,78 1,03 0,38 0,03 4,98  Dibawah permukaan 2,27 1,25 0,22 0,03 3,71  Total 6,04 2,27 0,60 0,06 8,69 Biomassa Pg C  Di atas permukaan 1,70 0,46 0,17 0,01 2,34  Dibawah permukaan 1,02 0,56 0,10 0,01 1,69  Total 2,72 1,02 0,27 0,02 4,03 Sumber : Twilley RR, Chen RH Hargis T 1992. 42 Produksi Kayu Sebagian besar faktor yang mempengaruhi produktivitas lahan basah di pesisir coastal wetland berhubungan dengan perubahan fisik, seperti lingkungan kimiawi, termasuk radiasi matahari, temperatur, gelombang, konsentrasi nutrient, tipe tanah, drainase, konsentrasi oksigen dan pH. Jenis species tanaman yang berada di wilayah intertidal juga dapat mempengaruhi pola produktivitas, karena sejumlah tanaman telah tumbuh lebih tinggi secara intrinsik dari pada yang lainnya. Dinamika Serasah Serasah yang dihasilkan di hutan mangrove membuktikan bahwa hutan ini merupakan sumber materi organik utama dan nutrisi bagi lingkungan sekitar pesisir Twilley 1992. Oleh sebab itu dinamika serasah hutan mangrove mencakup produktivitas, dekomposisi, dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar yang menyatakan bahwa hutan mangrove berhubungan dengan ekosistem pesisir. Produktivitas limbah hutan mangrove di seluruh dunia berkisar dari sekitar 2 sampai 16 Mg ha -1 th -1 lebih kecil nilainya dibanding di daerah yang dekat dengan khatulistiwa. Berdasarkan pada pengamatan di hutan-hutan mangrove, tingkat maksimum pembuangan serasah adalah sekitar 14 Mg ha -1 th -1 dari 0° sampai 20° garis lintang. Diluar daerah ini, pembuangan serasah menurun menjadi di bawah 10 Mg ha -1 th -1 . Batas produktivitas yang lebih kecil adalah 8 Mg ha -1 th -1 di derajat garis lintang yang lebih rendah, dibandingkan dengan kurang dari 2 Mg ha -1 th -1 untuk daerah subtropis. Keadaan ini menunjukkan bahwa produktivitas serasah tidak banyak terpengaruh oleh letak berdasarkan garis lintang, tetapi juga tergantung pada keadaan biomassa. Pembuangan serasah dan detritus dari hutan mangrove memiliki hubungan dengan hidrologinya. Jumlah pengeluaran karbon organik dari hutan mangrove di muara bergantung pada volume pasang air yang masuk ke hutan setiap bulan, maka jumlah pembuangan berubah tiap musim dikarenakan fluktuasi tinggi air laut musiman. Hujan juga dapat meningkatkan pembuangan karbon organik dari hutan bakau terutama karbon organik terlarut. Hasil penelitian Twilley et al. 1992 menunjukkan bahwa jumlah total karbon organik dari hutan-hutan bakau di muara yang beberapa kali dibanjiri di Barat Daya Florida adalah 64 gC m -2 th -1 dan hampir 75 merupakan karbon organik terlarut. Pembuangan detritus utama dari hutan bakau pinggiran di selatan Florida diperkirakan berjumlah 186 gC m -2 th -1 dibandingkan dengan 420 gC m -2 th -1 untuk sebuah hutan bakau sungai di Australia. Perkiraan amplitudo tidal rata-rata di tiga jenis hutan ini adalah masing-masing: 0.08 m; 0,5 m, dan 3 m. Apabila amplitudo tidal meningkat, 43 jumlah bahan organik yang bersimpang-siur di pinggiran hutan meningkat pula. Keadaan produktivitas limbah dan pembuangannya dinyatakan bahwa seiring energi geofisis meningkat, maka pergerakan bahan organik antara hutan-hutan bakau dan perairan di muara sekitarnya akan meningkat pula.

2.4.5 Sumber Karbon Carbon Source dalam Ekosistem Pesisir