REDD+ Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation
48 Program adaptasi berbasis masyarakat pesisir sampai saat ini belum banyak
dilakukan. Program ini berusaha mengurangi tingkat kerentanan masyarakat pesisir yang terkena dampak langsung dari perubahan iklim itu. Kerentanan dalam hal ini
adalah tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir yang sangat rentan vulnerable terhadap perubahan cuaca. Jika hal tersebut terganggu maka sulit bagi mereka untuk
dapat pulih kembali. Oleh karena itu dalam konteks penelitian ini perlu disusun suatu program mitigasi dan adaptasi berbasis masyarakat dengan penekanan pada peningkatan
mata pencaharian alternatif.
2.5.2. REDD+ Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation
REDD merupakan salah satu strategi yang diterapkan Indonesia dalam melawan pemanasan global pada konvensi Conference Of the PartyCOP-13 tahun 2007 di Nusa
Dua Bali. Konsep ini merupakan suatu langkah positif upaya penurunan emisi GRK melalui pencegahan konversi dan degradasi hutan. Telah disepakati oleh para pihak
penandatangan konvensi tersebut dimana negara berkembang yang berhasil melakukan upaya pencegahan konversi dan degradasi hutan akan mendapatkan bantuan dan
insentif dari negara maju. Bahkan melalui beberapa sumber pendanaan internasional seperti World Bank Bio Carbon Fund dan Forest Carbon Partnership Facility keduanya
multilateral tidak hanya sekedar mendapatkan bantuan dan insentif, tetapi juga dapat melakukan perdagangan karbon carbon credit purchase Dutschke et al. 2008.
Sementara itu REDD+ adalah sebuah kerangka kerja REDD yang diperluas dengan memasukkan konservasi hutan, pengelolaan hutan lestari atau peningkatan
cadangan karbon hutan melalui kegiatan penanaman pohon dan rehabilitasi lahan yang terdegradasi. Tujuannya agar partisipasi untuk menerapkan REDD semakin luas, serta
untuk memberikan penghargaan kepada negara-negara yang sudah berupaya melindungi hutannya.
Pemerintah Indonesia telah merespon berbagai dukungan internasional terhadap upaya penurunan GRK itu, diantaranya dengan menerbitkan berbagai peraturan agar
dapat diimplementasikan. Berkaitan dengan REDD+ didasarkan pada landasan hukum Peraturan Presiden Prepres No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional RAN
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Peraturan Menteri Kehutanan Permenhut Nomor: 30Menhut-II2009 tentang tata cara pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi
hutan REDD, Permenhut Nomor: P.36Menhut-II2009 tentang tata cara perijinan
49 usaha pemanfaatan karbon pada hutan produksi dan hutan lindung dalam bentuk Izin
Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan IUPJL. Relevansi dengan penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pengurangan emisi
GRK 26 pada tahun 2020 dan menurunkan emisi menjadi 41 pada tahun 2050 merupakan suatu keniscayaan dapat direalisasi. Hal ini dapat diintegrasikan dengan
berbagai konsep kerjasama dengan lembaga-lembaga pendanaan internasional terutama yang berorientasi pada mekanisme pasarperdagangan karbon carbon crediting.
Terdapat variasi sumber pendanaan untuk merealisasikannya baik yang bersifat multilateral, bilateral maupun sektor swasta atau NGO.
Salah satu contoh kerjasama pasar karbon sukarela yang sedang dilaksanakan saat ini adalah antara Accionatura NGO dari Spanyol dengan Wetlands International
Indonesia Programme WIIP. Keduanya memiliki komitmen untuk andil dalam upaya global memerangi perubahan iklim melalui mekanisme
“carbon offset” dalam proyek BB-COP Banten Bay Carbon Offset Project. Proyek ini diprediksi dapat memberikan
kontribusi 10.000 metric ton CO
2
equivalent selama periode proyek 15 tahun 2009- 2024 melalui penanaman sekurang-kurangnya 50.000 bibit mangrove. Penanaman ini
dilakukan di atas lahan tambak terlantar di Teluk Banten seluas 20 hektar, terletak di dekat Cagar Alam Pulau Dua Propinsi Banten.
Berdasarkan Voluntary Carbon Standar VCS tahun 2007 terdapat empat kategori kegiatan berkaitan dengan AFOLU Agriculture, Forestry and Other Land
Uses. Keempat kategori tersebut yaitu : 1 Afforestation, Reforestation and Revegetation ARR, 2 Agricultural Land Management ALM, 3 Improved Forest
Managament IFM, 4 Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation REDD.
Berdasarkan kategori tersebut, contoh konsep kerjasama antara Accionatura Spanyol dengan WIIP Indonesia termasuk kategori kerjasama ARR. Kegiatan yang
memenuhi syarat dalam ARR meliputi establishment, meningkatkan atau merestorasi tutupan vegetatif melalui penanaman, pengecambahan maupun proses regenerasi buatan
artificial regeneration process oleh manusia. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan stok karbon yang tersimpan dalam biomassa kayu dan dalam kasus
tertentu termasuk karbon yang tersimpan dalam tanah WIIP 2009. Sementara itu dalam kaitannya dengan konteks penelitian ini, maka pengelolaan TNS dapat
menggunakan mekanisme REDD untuk mendapatkan kredit karbon dari pasar karbon sukarela maupun dari pasar karbon wajib compliance market setelah tahun 2012.
50 Pasar karbon sukarela memiliki peluang lebih terbuka untuk melakukan transaksi kredit
karbon tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Sumber pendanaan internasional multilateral, bilateral dan swasta
No Sumber
Jumlah juta Tujuan
Kesia pan
Proyek Imple-
mentasi Kredit
Karbon
A MULTILATERAL
1 World Bank BioCarbon Fund USD 91,9 4 th
X X
2 Forest Carbon Partnership Facility USD 3005-10 th
X X
3 Congo Basin Forest Partnership USD 230undifined
X 4 Congo Basin Forest Fund
£100 undifined X
X 5 The Forest Investment Programme
USD 100undifined X
6 FAO National Forest Programme Facility USD 48 th
-1
X 7 FAO National Forest Monitoring and
Assessment Programme Dukungan tiap negara
X 8 International Tropical Timber
Organization ITTO USD 16 th
-1
X 9 MIA Project
€0,04projek X
X 10 Regional Development Bank
USD 94 th
-1
X X
11 Global Environment Facility GEF USD 109
X X
12 Adaptation Fund Beberapa ratus dolar
per tahun X
X 13 UN REDD Program
USD 35 X
B BILATERAL
1 Norwegian Climate and Forest Initiative USD 600 th
-1
total USD 2500
X X
2 Australia‟s International Forest Carbon
Initiative AU200
X X
Belum jelas
3 Germany €500 2009-2012 dan
tambahan €500 th
-1
setelah hasil pelelangan EUA
X X
C NGO DAN SEKTOR SWASTA
1 Voluntary Carbon Market ± USD 38,8 2007
X 2 World Wildlife Fund nonprofit
Belum pasti X
3 The Nature Conservancy nonprofit 5 utk FCPF 38
X X
4 Katoomba Ecosystem Service Incubator 0,001-0,005proyek
X 5 Climate Change Capital private
investment bank Belum pasti
X X
6 Macquarie Group Limited investment banking and financial services
Belum pasti X
X 7 Equator Environmental LLC
USD 100 X
X 8 New Forests, Pty Ltd.
USD 50 X
X 9 Terra Global Capital LLC
USD 150-250 X
X 10 Sustainable Forest Management
Belum pasti X
X Sumber: Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation REDD: An Options
Assessment Report. Prepared for The Government of Norway. Meridian Institute 2009. http:www.REDD-OAR.org.
51 Boer et al. 2009 menyatakan bahwa sumber pendanaan untuk pelaksanaan
kegiatan karbon kehutanan secara umum berasal dari tiga sumber. Pertama ialah 1 Non-open market, yaitu sumber dana publik CSR nasionalinternasional atau dana
publik lainnya, 2 Standar market voluntary market dan compliance market, yaitu sumber pendanaan dari pasar karbon mekanisme Kyoto dan non-Kyoto, dan 3 Dana
kerjasama bilateral dan multilateral yang diperuntukkan bagi dukungan pelaksanaan kegiatan penanganan perubahan iklim atau dana hibah untuk membantu negara
berkembang dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan REDD+ atau yang disebut dana Readiness dan investasi.
Kondisi harga kredit karbon REDD saat ini dari pasar sukarela voluntary market berkisar antara 10-18 USD tC
-1
. Data hasil kajian tim Indonesia Forest and Climate Alliance 2007 memprediksi potensi keuntungan finansial Indonesia dari REDD
berkisar antara 1 miliar USD-18 miliar USD th
-1
tergantung asumsi yang digunakan. Keuntungan finansial terendah diprediksi sekitar 1 miliar USD th
-1
Asumsi: laju penurunan deforestasi 28 dari laju deforestasi saat ini 2,8 juta ha th
-1
, kandungan karbon hutan 300 tC
ha
-1
dan harga karbon 3 USD tCO
2 -1
Boer 2009. Sementara itu keuntungan finansial tertinggi diprediksi 18 miliar USD th
-1
Asumsi : laju penurunan deforestasi 50 dari laju saat ini, kandungan karbon hutan 300 tC ha
-1
dan harga karbon 20 USD tCO
2 -1
. Keuntungan finansial tersebut setara apabila menggunakan asumsi harga komoditi tanaman semusim dan kebun sawit yang
ada saat ini. Penghasilan yang diperoleh jika hutan dikonversi menjadi lahan pertanian tanaman semusim ekuivalen dengan 1 USD tCO
2 -1
, sedangkan jika dikonversi menjadi kebun sawit ekuivalen dengan 20 USD tCO
2 -1
Boer 2009.
2.6 Pendekatan Penilaian Sumberdaya 2.6.1 Konsep Dasar