8 2 Menganalisis indikator penggerak potensi emisi karbon di kawasan pesisir
3 Menghitung kecenderungan dua model skenario business as usual model BAU dan model skenario carbon crediting model CC terhadap fenomena laju emisi CO
2
serta keberlanjutan pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis REDD+. 4 Menganalisis implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir dari
kecenderungan dua model tersebut kaitannya dengan ekonomi wilayah, upaya mitigasi serta kontribusi pengelolaan sumberdaya pesisir terhadap penurunan GRK
26 pada tahun 2020. Berdasarkan cakupan input, proses dan output, kedalaman metode deksripsi
analisis ini diprioritaskan untuk mendapatkan sejumlah input pada tingkat proses pengolahan input dan output tertentu. Selain itu juga kajian lebih fokus pada mencari
sejumlah input yang paling ideal untuk mendapatkan output yang lebih baik.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Dapat memberikan perspektif baru yang bermanfaat bagaimana seharusnya
pengelolaan pesisir dapat diwujudkan sesuai dengan karakteristik alamnya, sehingga dapat tercapai pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas lingkungan serta
terhindar dari adanya konflik pemanfaatan di sekitar kawasan TNS. 2 Pada saatnya diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya pada kawasan Taman Nasional Sembilang, untuk dapat mengeliminasi berbagai konflik kepentingan serta
menghindari deteriorisasi sumberdaya pesisir yang bersifat eksesif. 3 Pengelolaan hutan konservasi mangrove dapat dilakukan secara mandiri dalam
pendanaan self financing melalui skenario kredit karbon carbon crediting.
1.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka konsep penelitian ini dibangun atas dasar visi dan kebijakan pembangunan secara berkelanjutan, isu dan permasalahan serta adanya peluang yang
dapat dimanfaatkan untuk kesinambungan pengelolaan sumberdaya pesisir. Visi pengelolaan sumberdaya pesisir di kawasan TNS merupakan tiga pilar tujuan
pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai yaitu pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas lingkungan serta peningkatan kesejahteraan antar generasi. Untuk
mengimplementasikan tiga pilar tersebut pada prinsipnya dapat dilakukan pada berbagai
9 sektor. Salah satunya adalah pengelolaan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan
berbasis REDD+. Pengelolaan dan pengusahaan sumberdaya wilayah pesisir sebagai salah satu
basis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, pada kenyataannya masih sering kali dilakukan secara tidak terpadu dan tidak berkelanjutan. Eksploitasi terhadap
sumberdaya alam masih sering dilakukan dengan melampaui batas kemampuan regenerasinya serta pencemaran terhadap lingkungan yang melebihi daya kapasitasnya.
Sementara hasil yang dicapai belum memenuhi visi pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan.
Pengelolaaan kawasan TNS selama ini telah memberikan manfaat ekologis, tetapi belum memberikan kontribusi secara signifikan, terutama terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyuasin. Pada kenyataannya saat ini seringkali terjadi berbagai permasalahan baik ekologis, sosial
maupun ekonomi. Sebagai contoh masih maraknya pembalakan liar illegal logging dan konversi lahan, konflik kepemilikan lahan yang menjurus kepada konflik sosial
serta masih banyaknya kantong-kantong kemiskinan di sekitar kawasan tersebut. Pengelolaan kawasan konservasi TNS saat ini didasarkan pada rencana strategi
serta rencana zonasi yang sudah disusun. Namun demikian pengelolaan pada zona pemanfaatan sampai saat ini belum dilakukan secara optimal. Di beberapa kawasan
tertentu frontier area masih ada indikasi dibangunnya obyek-obyek pengusahaan pesisir dengan mengkonversi sumberdaya yang ada contoh: hutan primer dan hutan
mangrove serta lahan gambut di atas kedalaman 3 meter untuk berbagai kepentingan. Hal ini tentunya dapat menimbulkan spektrum dampak yang luas terhadap berbagai
aktivitas kehidupan. Dampak tersebut meliputi isu dan permasalahan subsistem ekonomi, subsistem lingkungan maupun subsistem sosial.
Permasalahan ekonomi mencuat ke permukaan seperti belum optimalnya pola pemanfaatan investasi berdasarkan potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya
manusia setempat. Rendahnya tingkat pendapatan serta masih terbatasnya mata pencaharian alternatif. Isu dan permasalahan ini diprediksi menimbulkan dampak
turunan juga terhadap permasalahan ekologis dan permasalahan sosial. Permasalahan ekologis muncul ketika terjadi konsep perencanaan dan penataan
kawasan yang kurang integratif dengan lingkungan sekitarnya. Adanya konversi lahan yang tidak terencana seringkali menimbulkan dampak banjir, pencemaran lingkungan,
kebakaran hutan serta isu global perubahan iklim. Sementara itu, permasalahan sosial
10 terjadi sebagai akibat rendahnya pelibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan
serta kurang berorientasi pada masyarakat kelas bawah. Hal ini menimbulkan dampak rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, konflik sosial serta rendahnya kapasitas
masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan yang sangat rentan terhadap berbagai perubahan Smith and Scherr 2002, Tacconi 2003, Kusmana 2003, FAO 2005.
Dalam pengelolaan kawasan pesisir dan kawasan konservasi TNS, selain adanya berbagai masalah itu, juga terdapat sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Salah satunya adalah peluang pengelolaan kawasan konservasi berbasis REDD+. Pemanfaatan peluang ini
tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Ada berbagai ketentuan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah jaminan pengamanan kawasan dari kerusakan dan
perambahan hutan. Pemanfaaatan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan memerlukan berbagai
peluang peningkatan ekonomi, sosial dan sistem ekologi, serta berbagai peningkatan dalam kapasitas adaptif. Memperluas peluang untuk pengembangan sistem akan
memberikan peningkatan pembangunan, sementara itu peningkatan kapasitas adaptif akan menambah daya resiliensi masyarakat secara berkelanjutan Wollenberg et al.
2004, CIFOR 2008. Pendekatan ini sesungguhnya mencari kemajuan secara kontinum kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya secara efisien, sehingga
kekayaan antar generasi inter-generational equity dapat terjamin. Mengacu pada isu dan permasalahan serta peluang yang dapat dimanfaatkan,
diperlukan suatu penelitian komprehensif yang memadukan antara dinamika ekosistem, sistem ekonomi dan sistem sosial. Berbagai peluang tersebut memerlukan suatu tahapan
penelitian untuk mendapatkan data dan informasi serta diperlukan teknik analisis yang tepat agar tujuan penelitian dapat tercapai.
Mengingat tingkat kompleksitas permasalahan yang ada cukup tinggi, maka penelitian ini diperlukan pendekatan sistem dinamik. Pertimbangannya adalah bahwa
pendekatan sistem dinamik mampu merepresentasikan korelasi antar variabel yang dikaji, mampu menggambarkan interaksi antar sistem, dan mampu mensimulasikan
perilaku sistem apabila dilakukan intervensi terhadap sistem tersebut. Dengan pemodelan sistem dinamik ini diharapkan dapat menghasilkan model pengelolaan,
manfaat sumberdaya serta rumusan-rumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan berbasis REDD+. Secara diagramatis, kerangka pemikiran penelitian
disajikan pada Gambar 1.
11
Isu dan Permasalahan Keragaan Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Penelitian dengan
Pendekatan Sistem Dinamik Tujuan Penelitian
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Isu Subsistem Lingkungan
Konversi lahan Illegal logging
Kebakaran hutan Pencemaran lingkungan
Isu global perubahan iklim
Isu Subsistem Sosial
Tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah
Konflik sosial pemanfaatan SD Tingkat pengangguran tinggi
Isu Subsistem Ekonomi
Pola investasi pada zona pemanfaatan belum optimal
Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
Rendahnya kontribusi TNS terhadap PDRB
Kebijakan Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir
Model Matematik Deterministik
Model Optimalisasi
Visi Pembangunan Berkelanjutan
Pertumbuhan ekonomi
Perbaikan Kualitas lingkungan
Peningkatan kesejahteraan antar generasi
Keragaan Kawasan Pesisir TNS
Eksisting REDD+
Renstra Zonasi
Rencana Tata Ruang dan Keragaan
Masyarakat di Frontier Area
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Belum Komprehensif Menghitung tingkat
potensi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi
sumberdaya pesisir Menganalisis indikator
penggerak potensi emisi karbon di kawasan pesisir
Menghitung kecenderung- an dua model skenario
business as usual model BAU dan model skenario
carbon crediting model CC terhadap fenomena
laju emisi CO
2
serta keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya pesisir berbasis REDD+
Implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya
pesisir serta kontribusinya terhadap
penurunan GRK 26 pada tahun 2020.
12
1.5 Definisi Operasional