33 Kriteria investasi net present value dalam model dinamik, juga merupakan
panduan dalam hal efisiensi ekonomi dan dapat digunakan sebagai formulasi dan kelayakan suatu program serta kebijakan pengembangan lingkungan. Kriterianya dapat
diekspresikan sebagai berikut :
n t
t t
r NB
NPV 1
........................................................................................ 2.3 Kebijakan penetapan tingkat discount rate rendah sangat bermanfaat untuk
kesinambungan sumberdaya alam bagi generasi mendatang. Demikian sebaliknya di mana tingkat discount rate tinggi akan terjadi kecenderungan eksploitasi terhadap
sumberdaya secara eksesif, sehingga dikhawatirkan kepentingan generasi mendatang akan terganggu. Dengan demikian unsur time horizon dan kebijakan penetapan
discount rate menjadi sangat krusial untuk model dinamik, terutama untuk pengelolaan sumberdaya yang berdimensi ekologis.
2.3 Peranan Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya
Eksploitasi sumberdaya alam hingga saat ini dilaksanakan berdasarkan kerangka kelembagaan yang berbeda-beda, dengan rezim pengelolaanpemilikan yang
berbeda-beda pula. Faktor-faktor tersebut memberi sumbangan dalam membentuk arahan bagi pelaku yang terlibat dan alokasi sumberdaya. Dalam literatur tentang
common property Ostrom 1990; Bromley 1992; Stevenson 1991; Hanna et al. 1996 in Valle 2001 dikenal adanya empat tipe regim pengelolaan, walaupun pada kenyataannya
terdapat berbagai kombinasi dari tipe-tipe tersebut.
a Private Ownership, yaitu hak pemilikan oleh seorang atau beberapa individu yang selanjutnya juga bertanggungjawab dalam pengelolaan sumberdaya.
b Public Property. Negara yang mengatur tata cara mengakses dan eksploitasi. c Common Property, hak eksploitasi dimiliki oleh sekelompok pengguna self
management, termasuk didalamnya adalah hak pengelolaan sumberdaya Ciriancy- Wantrup Bishop 1975 in Valle 2001.
d Co-management, merupakan penggabungan antara public ownership dan common property Jentoff 1989; Dubbink Van Vliet 1996 in Valle 2001.
Ketiadaan aturan pemilikan diduga akan membuat masyarakat melakukan eksploitasi secara besar-
besaran dengan strategi “use it or lose it”, sehingga dikhawatirkan terjadi alokasi yang tidak efisien pada berbagai bentuk regim
34 pengelolaan. Namun demikian pemilikan penuh dari negara ataupun pasar ternyata juga
tidak mampu menjaga keberlanjutan sumberdaya. Walaupun secara teoritis dengan adanya pemilikan dapat mengakibatkan alokasi secara efisien, tetapi di dalam
kenyataannya dan dilihat dari sisi kebijakan tidaklah sesederhana itu, dan bahkan menghadapi banyak persoalan Valle 2001. Adalah suatu kesalahan besar bila
mengidentikkan pengelolaan berbasis masyarakat dengan inefisiensi, karena terbukti banyak komunitas yang berhasil dalam mengelola sumberdaya tanpa mengandalkan
pemerintah dan pasar dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini seringkali disebut sebagai Common Pool Resources CPRs
Beberapa regulasi yang dianut oleh sistem Common Pool Resources CPRs, yaitu : 1 Keanggotaan dan benda yang akan dimanfaatkan ditetapkan secara jelas; 2
Peraturan kepemilikan dan perawatannya harus sesuai dengan kondisi yang ada; 3 Kesepakatan harus merupakan hasil keputusan kelompok; 4 Diatur mekanisme untuk
kontrol beserta sanksinya; 5 Terdapat mekanisme untuk memecahkan konflik di tingkat lokal, baik bagi pengguna sumberdaya maupun pihak arbitrator; 6 Hak mininal
dalam pengelolaan diketahui oleh penguasa wilayah lainnya; dan 7 Memungkinkan terjadi kerjasama dengan organisasi lain.
Dalam konteks penelitian ini, regim pengelolaan sumberdaya pesisir yang digunakan adalah public property dimana negara yang mengatur tata cara mengakses
dan eksploitasi terhadap sumberdaya mangrove. Dalam hal ini Pemerintah melalui Departemen Kehutanan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan Permenhut
nomor : P. 36Menhut-II2009 tentang tata cara perijinan usaha pemanfaatan karbon pada hutan produksi dan hutan lindung. Dalam peraturan perijinan ini diberikan dalam
bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi IUPJL-HP, yaitu izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan
produksi yang telah dibebani izinhak atau yang belum dibebani izinhak.
Dalam Permenhut tersebut dijelaskan bahwa Usaha Pemanfaatan Penyerapan
Karbon UP RAP-KARBON danatau Penyimpanan Karbon danatau UP PAN-
KARBON merupakan salah satu jenis usaha pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan
produksi dan hutan lindung. Kegiatan Usaha RAP-KARBON pada hutan lindung meliputi : a Penanaman dan pemeliharaan dari bagian kegiatan izin usaha pemanfaatan
kawasan hutan, atau izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, dan hutan desa yaitu penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan
pemasaran sesuai dengan sistem silvikultur yang ditetapkan pada seluruh areal atau
35 bagian hutan atau blok hutan; b Penanaman dan pemeliharaan sampai daur tanaman
pada seluruh areal atau bagian hutan atau blok hutan pada izin usaha pemanfaatan kawasan hutan, atau izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, dan hutan desa; c
Peningkatan produktivitas melalui peningkatan riap tegakan dengan penerapan teknik silvikultur.
Kegiatan Usaha Penyimpanan Karbon PAN-KARBON pada hutan lindung meliputi : a Pemeliharaan dan pengamanan pada areal izin usaha pemanfaatan
kawasan hutan, atau izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, dan hutan desa. b Perluasan areal perlindungan dan konservasi di dalam areal izin usaha pemanfaatan
kawasan hutan, atau izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, dan hutan desa. c perlindungan dan pengamanan dalam areal yang berfungsi perlindungan diseluruh areal
atau bagian hutan atau blok dalam areal izin usaha pemanfaatan kawasan hutan, atau izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, dan hutan desa; d Perlindungan dan
pengamanan pada seluruh areal atau bagian hutan atau blok dalam areal izin usaha pemanfaatan kawasan hutan, atau izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan, dan
hutan desa. Beberapa ketentuan lain dalam public property ini disebutkan bahwa
pengembangan proyek dan pemasaran karbon yang dilakukan oleh Pengembang Proyek project developer berupa komoditi karbon dapat dipasarkan pada
“pasar karbon sukarela
” voluntary markets atau “pasar wajib” compliance markets baik di dalam negeri maupun di pasar internasional. Standar pengembangan proyek dan pemasaran
karbon yang ada di pasar internasional disajikan pada Tabel 1. Dalam peraturan tersebut dijelaskan pula bahwa Nilai Jual Jasa Lingkungan
NJ2L RAP-Karbon dan PAN-Karbon adalah pendapatan dari penjualan kredit karbon yang telah disertifikasi dan dibayar berdasarkan ERPA Emission Reduction Purchase
Agreement. Sementara itu distribusi NJ2L pada hutan lindung ditetapkan bagian untuk pemerintah 50, masyarakat 20 dan pengembang 30. Bagian pemerintah 50
dibagi secara proporsional yaitu Pemerintah Pusat 40, Pemerintah Provinsi 20 dan Pemerintah KabupatenKota 40.
36 Tabel 1 Standar pengembangan proyek dan pemasaran karbon
No Standar
Standar CCB Standar
CarbonFix Standar dan
Standar Plan Vivo Voluntary
Carbon Standar
AFOLU
1 Latar Belakang
1.1 Tujuan
Keuntungan bersih positif terkait iklim
masyarakat dan biodiversity
Kredit karbon berkualitas tinggi dari
hutan yang dikelola secara lestari
Suplai kredit karbon dari negara
berkembang Terciptanya ex-
post kredit karbon yang
kredibel 1.2
Tipe Proyek Semua proyek terkait
lahan Proyek yang
mengkonversi lahan tidak berhutan menjadi
berhutan Penghijauan
Reboisasi, Agroforestri,
IFM, REDD Penghijauan
Reboisasi revegetation,
ALM, IFM, REDD
1.3 Tipe kredit karbon
Tidak tersedia Ex-ante
Ex-ante dan Ex-Post Ex-Post
2 Hal-hal terkait persyaratan elibility
2.1 Tgl mulai proyek
Tidak ada batasan 11 Desember 2007
Tidak ada batasan Tdk ada batasan
2.2 Lokasi Proyek
Internasional Internasional
Internasional Internasional
3. Tambahan additionality
3.1 Metode Pengujian
AR CDM CCBA Metodologi yg diakui
AR CDM Analisis Keuangan
Analisis Penghambat Praktek Umum
AR CDM AR CDM
Metodologi VCS yg diakui
4 Metodologi untuk menentukan dan mengukur CO2
4.1 Baseline,
Kebocoran, Fiksasi CO2, Monitoring
AR CDM CCBA Metodologi yg diakui
Metodologi CFS Metodologi dikhusus-
kan utk proyek tertentu AR CDM
AR CDM Metodologi
VCS yg diakui
5 Permanensi
5.1 Penyangga Resiko
Risk Buffer 30
Minimal 10 10-60
6 Keuntungan sosial ekonomi dan lingkungan
6.1 Keuntungan Sosek
6.2 Keuntungan Lingk
7 Sertifikasi
7.1 Jangka waktu
verifikasi 5 tahun
2 – 5 tahun
Direkomendasi-kan 3-5 tahun
5 tahun insentif keuangan
7.2 Pihak ketiga yang
terakreditasi
√ √
√ stl penerbitan kredit karbon
√
7.3 Jangka waktu sertif.
2 – 6 bulan
3 – 6 bulan
3 – 18 bulan
2 – 4 bulan
8 Biaya dan Upah
8.1 Validasi
1500 Euro 2050 5000-12500 USD
5000-12500 8.2
Verifikasi 5000-40000 USD
8000-15000 Euro 10900-20500 USD +
CCBS 2000-5000 Euro 2700-6800
15000-30000 USD 15000-30000
USD 8.3
Upah sertifikat CO2 0,5 Euro 0,68 USD
per sold VER 0,30 USD per sold
VER 0,04 USD per
sold VER
9 Penawaran proyek climate forestation tahun 2009
9.1 Proyek terdaftar
5 1
3 -
9.2 Proyek dalam
pipeline 8
5 2
- 10
Carbon terdaftar dan pencegahan double counting 10.1
Pendaftaran karbon -
Pendaftaran „online‟
Pendaftaran „online‟ APX, Caise des
Deposits, T21, BNYM
11 Tranparansi
11.1 Informasi proyek
yang dipublikasikan
12 CO2, harga sertifikat
12.1 Dugaan CO2, harga
tahun 2009 Harga premium
10-20 Euro 14-27 USD
8 – 30 USD
12 – 18 USD
Sumber : Lampiran II Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36Menhut-II2009, tgl 22 Mei 2009
37
2.4 Interaksi Ekosistem Mangrove dan Absorbsi Karbon