50
Nasi dari varietas Ciherang berbeda dengan tiga varietas lainnya dilihat dari segi atribut aroma buttery; ukuran partikel, kekerasan dan kekasaran massa sampel. Pada Gambar 7 terlihat
bahwa vektor atribut aroma pandan menuju sampel Ciherang, tetapi atribut ini memiliki vektor yang  pendek.  Hal  ini  berarti  persentasi  keragaman  varietas ini  kecil  dimana intensitas  atribut
ini pada keempat sampel hampir sama.
3 2
1 - 1
- 2 - 3
- 4 3
2 1
- 1 - 2
- 3
Dime nsi 1   4 5 ,7 D
im e
n s
i 2
3 1
,6
U k u r an  p ar tik el T o o th p u ll
Kek asar an   sam p el Ko h esif sam p el
Kek er asan A d h esif  sam p el d i  b ib ir
Van illa Pan d an
N u t ty A r o m a m an is
Bu t ter y
g u r ih asin
m an is
Cihe r an g
Cisokan M em br am o
Ciliw u ng
Gambar  7.  Biplot  Dimensi  1  vs  Dimensi  2  atribut  rasa,  aroma,  dan  tekstur  dari  varietas Cisokan,  Ciherang,  Ciliwung,  dan  Membramo  yang  masing-masing  berasal  dari
Sumatra Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua.
H. UJI PREFERENSI
Penanakan nasi tidak menggunakan penambahan bumbu apapun sehingga karakteristik sensori  dari  nasi  sendiri  merupakan  kunci  dalam  penerimaan  konsumen.  Flavor  volatil  dan
tekstur adalah sensori utama dalam mengevaluasi mutu makan nasi Zeng et al. 2008. Flavor adalah gabungan antara rasa dan aroma Adawiyah  Waysima, 2009. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini tingkat penerimaan nasi ditentukan oleh penilaian panelis terhadap aroma, rasa, dan tekstur.
Uji afeksi yang digunakan untuk melakukan studi preferensi pada penelitian ini adalah uji  afektif  kuantitatif  dengan menggunakan  uji rating hedonik.    Skala  yang digunakan adalah
skala kategori, yaitu skala 1 menyatakan sangat suka sekali, skala 2 menyatakan sangat suka, skala  3 menyatakan  suka,  skala  4 menyatakan agak  suka,  skala  5 menyatakan netral,  skala  6
menyatakan agak tidak suka, skala 7 menyatakan tidak suka, skala 8 menyatakan sangat tidak suka, dan skala 9 menyatakan sangat tidak suka sekali.
1. Panelis
Panelis  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  panelis  tidak  terlatih untrained  panelist.  Sebanyak  152  panelis  tidak  terlatih  yang  ikut  serta  dalam
penelitian  ini  dikelompokkan  berdasarkan  faktor  yang  diperkirakan  berpengaruh  pada tingkat kesukaan terhadap nasi, yaitu kulturetnis. Pengelompokkan panelis untuk faktor
kulturetnis  didasarkan  pada  kelompok  panelis  yang  berasal  dari  daerahwilayah  yang
51
sama  dan  mempunyai  budaya  yang  hampir  sama  Nurkhomisah,  2003.  Panelis  yang diambil untuk satu kelompok etnis adalah panelis yang memang berasal dari etnis yang
dimaksud,  tinggal  di  daerahwilayah  etnis  tersebut  berasal  dan  pola  makan  di  dalam keluarganya  dipengaruhi  oleh  pola  konsumsi  dan  kebiasaan  makan  budaya  tersebut
Nurkhomisah, 2003. Misalnya panelis untuk etnis Minang dipilih panelis yang kedua orang tuanya beretnis Minang, tinggal di daerahwilayah etnis Minang berada dan pola
makan  di  dalam  keluarganya  dipengaruhi  oleh  pola  konsumsi  dan  kebiasaan  makan budaya etnis Minang.
Pada  penelitian  ini  sampel  diujikan  pada  mashasiswa  IPB  yang  berasal  dari Sumatra  Barat,  Jawa  Barat,  Sulawesi  Selatan,  dan  Papua.  Diusahakan  panelis  yang
berpartisipasi adalah yang memiliki lama waktu paling sedikit berdomisili di Bogor. Hal ini  untuk  menghindari  adanya  pengaruh  preferensi  makanan  di  daerah  Bogor.  Jumlah
panelis  tidak  terlatih  yang  diperlukan  untuk  uji  preferensi  adalah  30-50  orang  panelis Watts  et  al.  1989.  Karena  jumlah  panelis  yang  dibutuhkan  untuk  masing-masing
kulturetnis  sudah  mencukupi,  maka  data  tersebut  sudah  cukup  untuk  memperoleh informasi yang digunakan.
2. Penerimaan Sensori Nasi Masyarakat Sumatra Barat
Penilaian  tingkat  kesukaan  panelis  yang  berasal  dari  Sumatra  Barat  terhadap keempat varietas beras diharapkan dapat mewakili penerimaan konsumen secara umum.
Pengujian  dilakukan  terhadap  terhadap  35  panelis  tidak  terlatih  yang  merupakan masyarakat  asli  daerah-daerah  yang  ada  di  Sumatra  Barat.  Panelis-panelis  tersebut
sebagian besar merupakan Suku Minang 71.
2.1 Hedonik Atribut Aroma Nasi
Hasil  analisis  sidik  ragam  uji  hedonik  atribut  aroma  dapat  dilihat  pada Lampiran  12  yang  menunjukkan  bahwa  kesukaan  panelis  Sumatra  Barat
terhadap aroma nasi   tidak  berpengaruh nyata  untuk  keempat  varietas  beras  p- value0,05. Gambar 8 menginformasikan bahwa nilai kesukaan panelis Sumatra
Barat  terhadap  aroma nasi  pada keempat  varietas  beras tersebut  berkisar antara 3,26 - 4,00, yaitu antara suka 3 dan agak suka 4.
2.2 Hedonik Atribut Rasa Nasi
Hasil  uji  hedonik  terhadap  atribut  rasa  nasi  yang  dinilai  oleh  panelis Sumatra  Barat  dapat  dilihat  pada  Gambar  8.  Nilai  kesukaan  rasa  nasi  dari
varietas  Ciherang,  Membramo,  Cisokan,  dan  Ciliwung  berkisar  pada  skala  4, yaitu  agak  suka.  Analisis  sidik  ragam  yang  diperoleh  dapat  dilihat  bahwa
kesukaan  panelis  Sumatra  Barat  terhadap  rasa  nasi  tidak  berpengaruh  nyata untuk keempat sampel p-value0,05 Lampiran 12.
2.3 Hedonik Atribut Kepulenan Nasi
Lampiran  12  memperlihatkan  bahwa  kesukaan  panelis  Sumatra  Barat terhadap  atribut  kepulenan  nasi  berpengaruh  nyata  untuk  keempat  varietas
tersebut  p-value0,05.  Kesukaan  tertinggi  akan  kepulenan  nasi  jatuh  pada varietas  Membramo  dan  Cisokan  dengan  skala  suka  Gambar  8.  Varietas
Cisokan  adalah  varietas  yang  paling  disukai  oleh  konsumen  Sumatra  Barat
52
dimana  kandungan  amilosanya  tergolong  tinggi  sehingga  bertekstur  pera Puslitbangtan, 2007.
Uji  lanjut  Duncan  pada  Lampiran  12  menyimpulkan  bahwa  kesukaan konsumen Sumatra Barat terhadap kepulenan nasi dari varietas Membramo tidak
berpengaruh nyata dengan Cisokan. Begitupun juga antara varietas Cisokan dan Ciherang;  Ciherang  dan  Ciliwung  p-value0,05.  Kesukaan  kelompok
konsumen  ini  terhadap  kepulenan  nasi  dari  varietas  Membramo  berpengaruh nyata dengan varietas Ciherang dan Ciliwung. Kelompok konsumen ini memiliki
kesukaan yang lebih tinggi terhadap kepulenan nasi dari varietas Membramo dari pada varietas Ciherang dan Ciliwung.
Seperti  yang  telah  dikatakan  sebelumnya  bahwa  varietas  Cisokan merupakan  varietas padi  yang  penyebaran  produksinya  tinggi  di  Sumbar,  tetapi
dari  uji  hedonik  yang  telah  dilakukan  dapat  diketahui  bahwa  terjadinya pergeseran  kesukaan  konsumen  terhadap  varietas  beras  yang  disukai.  Hal  ini
dapat dilihat pada Gambar 8 dimana varietas beras yang paling disukai dari segi atribut  kepulenan  oleh  konsumen  Sumbar  adalah  varietas  Membramo.  Kondisi
ini terjadi karena panelis yang melakukan  uji ini sudah cukup lama menetap di Bogor,  yaitu  selama  10  bulan.  Adanya  pengaruh  dari  faktor  lingkungan  dapat
mengubah sedikit preferensi konsumen terhadap nasi. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat  Bergier  1987  yang  menyatakan  bahwa  latar  belakang  kulturetnis
dalam penerimaan makanan tidak dapat diubah walaupun telah tinggal di tempat lain.
Gambar  8.  Hasil  uji hedonik  panelis  Sumatra  Barat  terhadap nasi dari  keempat varietas beras Ciherang, Cisokan, Membramo, dan Ciliwung
3. Penerimaan Sensori Nasi Masyarakat Jawa Barat
Pengujian  ini  dilakukan  oleh  panelis  yang  asli  berasal  dari  daerah-daerah  yang ada di Jawa Barat dan  bersuku Sunda. Jumlah panelis yang berpartisipasi dalam uji ini
sebanyak 45 panelis tidak terlatih.
3.1 Hedonik Atribut Aroma Nasi
Varietas  Ciherang  merupakan  varietas  beras  yang  paling  banyak diproduksi dan dikonsumsi di Jawa Barat
Ruskandar, 2009 . Namun, dari hasil
analisis  sidik  ragam  uji  hedonik  Lampiran  13  menyatakan  bahwa  kesukaan
53
konsumen Jawa Barat tidak berpengaruh nyata terhadap aroma nasi dari varietas Ciherang,  Cisokan,  Membramo,  dan  Ciliwung  p-value0,05.  Kelompok
konsumen ini menilai kesukaan terhadap atribut aroma nasi pada empat varietas yang diujikan berkisar pada skala suka 3
3.2 Hedonik Atribut Rasa Nasi
Kesukaan konsumen Jawa Barat terhadap rasa nasi dari varietas Ciherang tidak  berpengaruh  nyata  p-value0,05  dengan  varietas  Membramo,  Cisokan,
dan  Ciliwung  Lampiran  13.  Penilaian  kesukaan  untuk  keempat  varietas tersebut berkisar pada skala agak suka 4.
3.3 Hedonik Atribut Kepulenan Nasi
Berbeda dengan dua atribut sebelumnya, kesukaan konsumen Jawa Barat terhadap  atribut  kepulenan  nasi  berpengaruh  nyata  pada  keempat  varietas
tersebut  Lampiran  13.  Dari  hasil  uji  lanjut  Duncan  Lampiran  13,  dapat diketahui bahwa kesukaan kelompok konsumen Jawa Barat terhadap kepulenan
nasi  dari  varietas  Ciliwung  tidak  berpengaruh  nyata  dengan  varietas  Ciherang dan  Membramo.  Hal  serupa  juga  terdapat  pada  kesukaan  kepulenan  nasi  dari
varietas  Cisokan  yang  tidak  berpengaruh  nyata  dengan  varietas  Ciherang  dan Membramo  p-value0,05.  Namun,  kesukaan  kelompok  panelis  ini  terhadap
kepulenan  nasi  dari  varietas  Ciliwung  berpengaruh  nyata  dengan  varietas Cisokan,  dimana  kesukaan  terhadap  varietas  Ciliwung  lebih  tinggi  dari  pada
Cisokan. Varietas  Ciliwung  merupakan  varietas  beras  yang  memiliki  kandungan
amilosa 22 Puslitbangtan, 2007 dimana teksturnya tergolong  pulen. Hal ini sesuai  dengan  kesukaan  konsumen  Jawa  Barat  yang  menyukai  nasi  dengan
tekstur  pulen.  Varietas  ini  memang  tidak  diproduksi  dan  dikonsumsi  di  Jawa Barat  Ruskandar,  2009,  tetapi  pada  saat  pengujian  atribut  kepulenan  nasi,
varietas  tersebut  disukai  konsumen  Jawa  Barat.  Varietas  Ciliwung  merupakan varietas  baru  untuk  konsumen  Jawa  Barat  dimana  mereka  menilai  nasi  dari
varietas ini memiliki kepulenan yang lebih baik daripada varietas yang umumnya mereka konsumsi, yaitu varietas Ciherang. Ditinjau dari sudut pandang sensori,
varietas  Ciliwung  dapat  dipertimbangkan  untuk  dibudidayakan  di  daerah  Jawa Barat.
Gambar  9.  Hasil  uji  hedonik  panelis  Jawa  Barat  terhadap  nasi  dari  keempat varietas beras Ciherang, Cisokan, Membramo, dan Ciliwung
54
4. Penerimaan Sensori Nasi Masyarakat Sulawesi Selatan
Jumlah  panelis  yang  melakukan  uji  ini  sebanyak  42  panelis  tidak  terlatih. Mereka  asli  berasal  dari  daerah-daerah  yang  ada  di  Sulawesi  Selatan  dimana  seluruh
panelis bersuku bugis.
4.1 Hedonik Atribut Aroma Nasi
Kesukaan  kelompok  konsumen  Sulawesi  Selatan  terhadap  atribut  aroma nasi dari varietas Ciherang tidak berpengatuh nyata dengan varietas Membramo,
Cisokan,  dan  Ciliwung  p-value0,05  Lampiran  14.  Pada  Gambar  10 diketahui kesukaan panelis berkisar antara skala suka 3 dan agak suka 4 untuk
keempat varietas tersebut.
4.2 Hedonik Atribut Rasa Nasi
Varietas  Ciliwung  merupakan  varietas  beras  yang  paling  banyak dikonsumsi di Sulawesi Selatan. Selain itu, varietas ini juga banyak dikonsumsi
di  provinsi lain  yang  berdekatan  dengan  Sulawesi  Selatan, mengingat  Sulawesi Selatan merupakan  salah  satu  lumbung  padi nasional  Anonim,  2011 .  Hal  ini
diperkuat  oleh  hasil  analisis  sidik  ragam  uji  kesukaan  konsumen  Sulawesi Selatan  terhadap  atribut  rasa  nasi,  yaitu  adanya  pengaruh  yang  nyata  terhadap
kesukaan  rasa  nasi  dari  varietas  Ciherang,  Membramo,  Cisokan,  dan  Ciliwung Lampiran  14.  Menurut  Tran  et  al.  2004,  deskripsi  rasa  yang  paling
mempengaruhi preferensi konsumen terhadap nasi adalah rasa manis dan gurih . Hasil  Uji  lanjut  Duncan  Lampiran  14  menunjukkan  bahwa  kesukaan
konsumen  Sulawesi  Selatan  terhadap  atribut rasa nasi  dari  varietas  Membramo tidak berpengaruh nyata dengan Ciherang dan juga antara varietas Ciliwung dan
Membramo.  Kelompok  konsumen  ini  menilai  kesukaan  rasa  nasi  dari  varietas Ciliwung berpengaruh nyata dengan Ciherang dimana kesukaan Ciliwung lebih
tinggi  dari  pada  Ciherang  Gambar  10.  Hal  yang  sama  juga  terlihat  antara Ciherang dan Cisokan, kesukaan terhadap rasa nasi dari varietas Ciherang lebih
tinggi  dari  pada  Cisokan.  Kelompok  konsumen  ini  juga  menilai  kesukaan  rasa nasi dari varietas Ciliwung lebih tinggi dari pada Cisokan.
4.3 Hedonik Atribut Kepulenan Nasi
Dari  hasil  analisis  sidik  ragam  yang  telah  dilakukan  Lampiran  14, diketahui  bahwa  kesukaan  kelompok  konsumen  ini  terhadap  atribut  kepulenan
nasi  berpengaruh  nyata  diantara  varietas  Ciherang,  Membramo,  Cisokan,  dan Ciliwung p-value0,05.
Hasil  Uji  lanjut  Duncan  Lampiran  14  menunjukkan  bahwa  kesukaan konsumen  Sulawesi  Selatan  terhadap  atribut  kepulenan  nasi  dari  varietas
Membramo  tidak  berpengaruh  nyata  dengan  Ciherang  dan  juga  antara  varietas Ciliwung  dan  Membramo.  Kelompok  konsumen  ini  menilai  kesukaan  terhadap
kepulenan  nasi  dari  varietas  Ciliwung  berpengaruh  nyata  dengan  Ciherang dimana  kesukaan  Ciliwung  lebih  tinggi  dari  pada  Ciherang  Gambar  10.  Hal
yang  sama  juga  terlihat  antara  Ciherang  dan  Cisokan,  kesukaan  terhadap kepulenan nasi dari varietas Ciherang lebih tinggi dari pada Cisokan. Kelompok
55
konsumen ini juga menilai kesukaan kepulenan nasi dari varietas Ciliwung lebih tinggi dari pada Cisokan.
Gambar  10.  Hasil  uji  hedonik  panelis  Sulawesi  Selatan  dari  keempat  varietas beras Ciherang, Cisokan, Membramo, dan Ciliwung
5. Penerimaan Sensori Nasi Masyarakat Papua
Pengujian konsumen dilakukan oleh panelis yang asli berasal dari daerah-daerah yang ada di Papua. Jumlah panelis yang berpartisipasi dalam uji ini sebanyak 30 panelis
tidak terlatih.
5.1 Hedonik Atribut Aroma Nasi
Lampiran 15 menunjukkan bahwa hasil analisis sidik ragam uji kesukaan konsumen  Papua  terhadap  atribut  aroma  nasi  tidak  berpengaruh  nyata  untuk
varietas  Ciherang,  Membramo,  Cisokan,  dan  Ciliwung  pada  taraf  kepercayaan 95. Hal ini berarti konsumen Papua cenderung memiliki kesukaan yang sama
terhadap keempat varietas tersebut. Penilaian kesukaan konsumen Papua berkisar pada skala 3 suka dan 4 agak suka.
5.2 Hedonik Atribut Rasa Nasi
Berdasarkan analisis sidik ragam pada Lampiran 15, kesukaan konsumen Papua terhadap atribut rasa tidak berpengaruh nyata diantara varietas Ciherang,
Membramo,  Cisokan,  dan  Ciliwung  p-value0,05.  Keempat  varietas  tersebut dinilai dengan skala suka 3 oleh panelis Papua.
5.3 Hedonik Atribut Kepulenan Nasi
Masyarakat  Papua  tidak  memiliki  karakteristik  khusus  mengenai kesukaan  nasi  sebagai  makanan  pokok.  Hal  ini  ditunjukkan  oleh  hasil  analisis
sidik ragam yang menginformasikan bahwa kesukaan konsumen Papua terhadap atribut  kepulenan  nasi  tidak  berpengaruh  nyata  untuk  varietas  Ciherang,
Membramo,  Cisokan,  dan  Ciliwung  pada  taraf  kepercayaan  95.  Umumnya masyarakat Papua menyukai nasi bertekstur pulen.
56
Gambar  11.  Hasil  uji  hedonik  panelis  Papua  dari  keempat  varietas  beras Ciherang, Cisokan, Membramo, dan Ciliwung
6. Penerimaan Sensori Nasi dari Varietas Ciherang
Selain  menganalisis  dari  segi  kesukaan  maing-masing  kelompok  panelis, dilakukan  juga  uji  one-way  ANOVA  pada  selang  kepercayaan  95  terhadap  masing-
masing  varietas.  Hasil  analisis  sidik  ragam  pada  Lampiran  19  menjelaskan  bahwa kesukaan  kelompok  panelis  Sumatra  Barat,  Jawa  Barat,  Sulawesi  Selatan,  dan  Papua
tidak  berpengaruh  nyata  terhadap  nasi  dari  varietas  Ciherang  baik  dari  atribut  aroma, rasa, maupun kepulenan p-value0,05. Hal ini berarti kesukaan kelompok konsumen
tersebut cenderung sama terhadap nasi dari varietas Ciherang. Penilaian kesukaan oleh keempat kelompok konsumen ini berkisar pada skala suka 3 dan agak suka 4.
Gambar 12. Hasil uji hedonik varietas Ciherang yang dinilai oleh panelis dari Sumatra Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua
7. Penerimaan Sensori Nasi dari Varietas Cisokan