Pembuatan Nasi Subarna dkk, 2005 Uji Hedonik Analisis Data

19  Ciliwung : tekstur nasi pulen, kadar amilosa 22, indeks glikemik 86. Tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3. Baik di tanam di lahan irigasi berelevasi rendah sampai 550 m dpl.  Membramo : tekstur nasi pulen, kadar amilosa 19. Tahanan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan tungro. Baik di tanam di lahan irigasi berelevasi kurang dari 550 m dpl.

2. Evaluasi Sensori

Evaluasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah QDA Quantitative Descriptive Analysis untuk menentukan karakterik sensori suatu sampel. Alat yang digunakan adalah panelis terlatih yang sudah melewati tahap seleksi dan pelatihan.Tahap seleksi yang dilakukan meliputi tahap pre-screening, identifikasi rasa dan aroma dasar, uji segitiga, uji ranking, dan personal interview. Setelah calon panel lulus tahap seleksi, selanjutnya dilakukan pelatihan untuk menghasilkan sekelompok panelis yang kemudian fungsinya dapat dianalogikan dengan instrumen dalam mengevaluasi atribut sensori suatu produk Drake Civille, 2003. Setelah mengetahui karakteristik sensori nasi dari empat varietas tersebut, dilakukan uji afektif untuk mengetahui kesukaan konsumen terhadap suatu produk. Metode yang digunakan adalah metode afeksi kuantitatif, yaitu uji penerimaan. Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditas atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, tanggapan senang atau suka harus diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat umum atau mewakili populasi masyarakat tertentu Setyaningsih dkk, 2010. Jumlah panelis yang digunakan untuk melakukan metode afeksi kuantitatif adalah 50 sampai beberapa ratus Meilgaard et al, 1999. Pengujian yang digunakan adalah uji hedonik dengan merating atribut rasa, aroma, dan teksturkepulenan.

3. Pembuatan Nasi Subarna dkk, 2005

Pemasakan sebelum penyajian pada keempat varietas unggul dilakukan dengan cara yang sama, baik alat penanak nasi, rasio beras dan air, maupun cara pencucian beras sampai nasi disajikan. Beras dimasak menggunakan rice cooker. Sebelum dimasak, ditakar atau ditimbang beras yang akan dimasak sebanyak 1 liter. Cuci beras sampai air cucian tampak jernih 4-5 kali. Beras yang telah dicuci dan ditiriskan dimasukkan ke dalam panci rice cooker. Kemudian ditambahkan 1340 cc untuk setiap 1 liter beras. Panci dimasukkan ke dalam rice cooker. Rice cooker ditutup, tetapi sebelumnya dilapisi dengan aluminium foil, lalu ditutup sampai terdengar klik pengunci. Stop kontak dihubungkan dan tekan tombol sehingga lampu “cook” menyala. Setelah tombol naik biarkan pemanasan “warm” selama 15 menit. Nasi diaduk hingga merata. Keempat sampel disajikan secara bersamaan dalam keadaan panas di dalam wadah yang ditutup dengan menggunakan aluminium foil.

4. Analisis Deskriptif

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: tahap seleksi panelis, tahap pelatihan panelis, serta tahap pengujian. 20

4.1 Tahap Seleksi Panelis

Analisis dimulai dengan pemilihan calon panelis terlatih yang diawali dengan tahap seleksi panelis. Panelis terlatih yang dipilih adalah yang mempunyai kesehatan cukup baik, menyukai sampel yang diujikan, yaitu nasi, dan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengikuti setiap pengujian yang ada. Tahap tersebut meliputi pre-screening, acuity test uji identifikasi rasa dan aroma, uji segitiga rasa dan aroma, uji ranking sederhana atribut rasa, dan personal interview. Seleksi panelis diikuti oleh 84 mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan calon panel untuk menghasilkan panelis yang kemampuan sensorinya dapat dipercaya :

4.1.1 Tahap

Pre-screening Tahap ini dilakukan dengan mengisi kuesioner pada Lampiran 1. Tujuannya adalah untuk merekrut panelis yang memiliki kemampuan menskala dan berpikir secara terkonsep, serta mengetahui riwayat kesehatan kandidat panelis dan makanan yang sering dikonsumsi. Calon panel yang memiliki riwayat kesehatan dan kemampuan sensori yang baik akan melaksanakan uji identifikasi rasa dan aroma dasar. Dari 90 calon panel yang berpartisipasi, didapat 84 yang lolos tahap ini.

4.1.2 Acuity Test

 Identifikasi Rasa Dasar dan Aroma Dasar Pengujian rasa dan aroma dasar dilakukan menggunakan lima sampel rasa dasar manis, asin, asam, gurih, pahit dan enam sampel bau dasar. Bahan-bahan dan konsentrasi yang digunakan untuk pengujian rasa dasar ini dapat dilihat pada Tabel 5. Kuesioner pengisian untuk uji identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 5. Bahan dan Konsentrasi Pengujian Rasa Dasar Adawiyah Waysima, 2009 Jenis Rasa Dasar Bahan Konsentrasi Manis Sukrosa 2 Asin Garam 0,2 Gurih MSG + NaCl 0.05+0.1 Asam Asam sitrat 0,05 Pahit Kafein 0,05 Tabel 6 merupakan bahan-bahan dan konsentrasi larutan aroma yang digunakan dalam uji identifikasi bau dasar. Senyawa kimia yang digunakan adalah senyawa Vanilin dan Pandan Flavor yang berasal dari PT Sensient Technologies Indonesia, sedangkan senyawa 5- Methyl-2-Furfural, 2-Acetyl Pyridine, Acetoin, Diacetyl, dan Sugar Lactone diperoleh dari PT Ogawa Indonesia. 21 Tabel 6. Bahan dan Karakteristik Bau Pengujian Bau Dasar Limpawattana, 2010; Arkanti, 2007 Bahan Karakteristik bau 0,4 Diacetyl 2µl dilarutkan dalam 0,5 ml PG Butterymentega 0,4 Acetoin 2µl dilarutkan dalam 0,5 ml PG Creamy 0,4 Sugar Lactone 2µl dilarutkan dalam 0,5 ml PG Manis 0,4 Pandan Flavor 2µl dilarutkan dalam 0,5 ml PG Pandan 0,15 Vanilin 0,75 µl dilarutkan dalam 0,5 ml PG Vanila, manis 0,5 2-Acetyl-2-Pyridine 3,5 µl dilarutkan dalam 0,7 ml PG Kacang- kacangan, popcorn Keterangan : PG = Propilen Glikol Panelis yang terpilih menjadi kandidat panelis terlatih adalah panelis yang mampu mengidentifikasi 100 rasa dasar dan minimal 50 aroma dasar. Panelis yang lolos tahap ini selanjutnya akan mengikuti uji segitiga. Dari tahap seleksi identifikasi rasa dan aroma yang sudah dilakukan, didapat 29 panelis yang lolos seleksi tahap ini dari 84 panelis yang berpartisipasi.  Uji Segitiga Uji segitiga dilakukan untuk menentukan kemampuan calon panelis terlatih dalam membedakan beberapa intensitas rasa dan aroma diatas ambang batas dengan baik Meilgaard et al. 1999. Calon panelis diberikan tiga contoh larutan standar, dimana dua contoh standar mempunyai intensitas yang sama, sedangkan satu intensitas standar mempunyai intensitas yang berbeda. Calon panelis diminta untuk memilih satu contoh standar yang berbeda. Pengisian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdapat pada Lampiran 3. Bahan dan konsentrasi larutan uji yang digunakan dalam melakukan uji segitiga rasa dapat dilihat pada Tabel 7. 22 Tabel 7. Konsentrasi larutan uji segitiga rasa Bahan Standar Konsentrasi 1 2 Sukrosa 1 2 NaCl 0.1 0.2 MSG+NaCl 0.05+0.1 0.07+0.1 Uji segitiga rasa dilakukan sebanyak 18 set dan dilakukan total selama 3 hari. Pengulangan untuk melihat kekonsistenan panelis. Pada setiap uji disediakan 6 set sampel dengan jeda waktu istirahat selama 30 menit di setiap 3 set sampel. Hal ini dilakukan untuk mencegah kejenuhan panelis. Selanjutnya calon panel mengikuti uji segitiga aroma. Tabel 8 menjelaskan mengenai bahan dan konsentrasi larutan uji yang digunakan dalam pengujian ini. Tabel 8. Bahan dan konsentrasi larutan uji segitiga aroma Kelompok Komponen 1 Buttery 2µl Diacetyl dilarutkan dalam 0,5 ml PG Creamy 2µl Acetoin dilarutkan dalam 0,5 ml PG 2 Sweet 2 µl Sugar Lactone dalam 0,5 ml PG Vanilin 0,75 µl Vanilla Flavor dalam 0,5 ml PG 3 Cereal 2 µl 5-Methyl-2-Furfural dalam 0,5 ml PG Nutty 3,5 µl 2-Acetyl-2-Pyridine dilarutkan dalam 0,7 ml PG Keterangan : PG = Propilen Glikol Uji segitiga aroma dilakukan sebanyak 12 set dan dilakukan total selama 2 hari. Pada setiap uji disediakan 6 set sampel dengan jeda waktu istirahat selama 30 menit di setiap 3 set sampel. Panelis yang terpilih adalah yang mempunyai jawaban benar minimal 50 dari contoh standar baik atribut rasa maupun aroma yang diberikan. Dari 29 panelis yang mengikuti uji segitiga rasa dan aroma, didapat 20 panelis yang lolos tahap ini dimana selanjutnya akan diuji dengan uji ranking.

4.1.3 Uji Ranking

Uji rangking yang digunakan adalah uji rangking sederhana Simple Ranking Test. Dua puluh calon panelis yang lolos tahap acuity test diminta mengurutkan intensitas kelima atribut dengan konsentrasi dari yang terendah sampai tertinggi Tabel 9 pada kuesioner pada Lampiran 4. 23 Tabel 9. Larutan uji rasa dasar dalam uji ranking sederhana Meilgaard et al. 1999 Rasa dasar Larutan Uji Konsentrasi g100mL 1 2 3 4 Manis Sukrosa 1 2 5 10 Gurih MSG+NaCl 0,1 0,05 0,07 0,09 0,12 Asin NaCl 0,1 0,2 0,5 1,0 Calon panelis yang lolos seleksi adalah kandidat yang mampu mengurutkan intensitas sampel secara benar pada uji rangking. Syarat panelis yang akan dilatih dan diuji untuk uji deskriptif adalah sebanyak 8- 12 orang Meilgaard et al. 1999. Setelah melakukan uji ranking rasa, didapat 11 orang panelis terlatih yang berhasil mengurutkan intensitas rasa dengan tepat. Pengujian tidak dilanjutkan dengan uji ranking aroma karena jumlah panelis terlatih yang didapat sudah cukup sedikit, dikhawatirkan jika dilanjutkan dengan pengujian ranking aroma, jumlah panelis yang didapat tidak memenuhi syarat dari jumlah panelis analisis deskriptif. Akan tetapi, setelah panelis yang terpilih melakukan pelatihan, panelis-panelis tersebut akan melakukan pengujian ranking aroma. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan meratingmenskala panelis dalam atribut aroma setelah melakukan pelatihan.

4.1.4 Personal interview

Selanjutnya ke-11 panelis yang lolos uji ranking akan di interview oleh seorang panel leader. Tujuan dari interview adalah untuk memastikan minat kandidat panelis dalam melakukan pelatihan dan pengujian, termasuk ketersediaan waktu luang. Jumlah yang lolos tahap ini sebanyak 8 panelis dimana ke-8 panelis tersebut selanjutnya mengikuti tahap pelatihan.

4.2 Tahap Pelatihan

Tahap kedua merupakan tahap pelatihan panelis. Panelis yang dilatih merupakan panelis yang lolos pada tahap uji seleksi panelis. Tahap pelatihan bertujuan untuk melatih kepekaan dan konsistensi penilaian panelis sehingga panelis dapat dikatakan sebagai panelis terlatih. Panelis dilatih menggunakan uji rating skala garis pada atribut rasa, aroma, dan tekstur nasi. Selain itu, dilakukan terminologi pada masing-masing atribut untuk menyamakan persepsi atau istilah antar panelis sehingga semua panelis memiliki persepsi yang sama terhadap atribut-atribut sensori yang akan diujikan. Pelatihan uji rating masing-masing atribut dilakukan menggunakan sampel standar bukan sampel yang akan diujikan. Scoresheet pelatihan panelis dapat dilihat pada Lampiran 6a-6e. Pelatihan pertama dilakukan pada atribut rasa. Pelatihan ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Atribut rasa yang dilatih beserta bahan dan konsentrasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. 24 Tabel 10. Konsentrasi standar rasa yang digunakan pada pelatihan uji rating Pelatihan selanjutnya dilakukan pada atribut aroma. Pelatihan ini dilakukan dua sesi dimana masing-masing selama 3 hari berturut-turut. Sesi pertama untuk tiga atribut aroma dan sesi kedua untuk dua atribut berikutnya. Tabel 11 menjelaskan mengenai deskripsi atribut aroma yang digunakan untuk pelatihan beserta bahan dan konsentrasinya. Atribut tekstur pada nasi merupakan atribut terakhir yang dilatih pada ke- 8 panelis. Pelatihan terdiri dari dua sesi dimana masing-masing sesi dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut. Sesi pertama untuk tiga atribut dan sesi kedua untuk tiga atribut berikutnya. Istilah tekstur pada nasi mengacu pada Meullenet et al. 1999 yang dapat dilihat pada Tabel 12.

4.3 Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mendapatkan data deskripsi masing- masing sampel beras secara subyektif yang selanjutnya akan digunakan untuk uji QDA. Metode analisis kualitatif yang digunakan adalah Focus Group Discussion FGD. Pengujian sensori dengan teknik FGD melibatkan seluruh panelis dan seorang panel leader. Panel leader tidak diikutsertakan dalam diskusi. Panel leader berfungsi untuk mempertahankan agar kelompok tetap dapat berfungsi dengan baik, menyediakan standar dan contoh untuk keperluan pelatihan, menyiapkan lembar pengujian, dan menguji serta memonitor performa panelis selama pengujian berlangsung Setyaningsih dkk, 2010. Pada uji ini, panelis dengan arahan moderator akan mendiskusikan atribut sensori rasa, aroma, dan tekstur dari semua sampel nasi yang diujikan. FGD dilakukan sebelum dan sesudah pengujian analisis deskriptif kuantitatif. FGD sebelum pelatihan dilakukan untuk menentukan atribut-atribut rasa, aroma, dan tekstur yang akan digunakan dalam proses pelatihan. FGD sesudah pelatihan dilakukan agar kepekaan panelis dalam mendeteksi keberadaan atribut rasa, aroma, dan tekstur dalam sampel lebih tinggi. Hasil yang didapat dari FGD tersebut akan digunakan pada proses selanjutnya, yaitu analisis deskriptif kuantitatif.

4.4 Penentuan Nilai Intensitas Konsentrasi Standar

Nilai intensitas konsentrasi standar aroma dan rasa yang diperoleh saat melakukan pelatihan diolah menggunakan persamaan Stephen Meilgaard et al. Deskripsi Bahan Skor Asin 0,13 larutan NaCl 2,4 0,22 larutan NaCl 4,1 0,32 larutan NaCl 7,8 Gurih 0,03 larutan MSG + 0,1 larutan NaCl 2,4 0,06 larutan MSG + 0,1 larutan NaCl 4,7 0,08 larutan MSG+ 0,1 larutan NaCl 7,4 Manis 2 larutan sukrosa 2,8 4,02 larutan sukrosa 5,7 5,55 larutan sukrosa 10 25 1999, lalu persamaan tersebut diturunkan hingga menjadi persamaan logaritmik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai konsentrasi standar yang digunakan pada analisis kuantitatif. Berbeda dengan atribut tekstur dimana penentuan nilai standar mengacu pada Meullenet et al. 1999. Contoh scoresheet penentuan standard aroma dapat dilihat pada Lampiran 7. Log SI = Log K + n Log PI Keterangan : Sensory Intensity SI = perkiraan intensitas yang terdeteksi magnitude estimation Physical Intensity PI = ukuran konsentrasi molar, molal, Log K = konstanta n = kemiringan Tabel 11. Konsentrasi larutan standar aroma yang digunakan pada pelatihan uji rating Deskripsi Bahan Skor Manis 0,2 Sugar Lactone 20 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 4,7 0,6 Sugar Lactone 60 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 6,4 1 Sugar Lactone 100 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 8,8 Buttery 0,5 Diacetyl 15 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 5,2 0,3 Diacetyl 30 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 6,0 0,15 Diacetyl 50 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 6,7 Nutty 0,1 2-Acetyl-2-Pyridine 10 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 3,9 0,23 2-Acetyl-2-Pyridine 23 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 5,7 0,4 2-Acetyl-2-Pyridine 40 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 9,5 Vanilla 0,15 Vanilla Flavor 15 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 4,2 0,3 Vanilla Flavor 30µl dilarutkan dalam 10 ml PG 5,7 0,45 Vanilla Flavor 45 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 7,7 Pandan 0,19 Pandan Flavor 19 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 4,5 0,26 Pandan Flavor 26 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 4,8 0,42 Pandan Flavor 42 µl dilarutkan dalam 10 ml PG 5,8 Keterangan : PG = Propilen Glikol 26 Tabel 12. Standar tekstur yang digunakan untuk pelatihan uji rating Meullenet et al. 1999 Istilah Standar Skor Permukaan Kelengketanadhesif sampel di bibir Nougat Pretzel kering 4,0 10,0 Gigitan pertama Kekerasan Putih Telur Kacang 2,5 9,5 Pengunyahan Kepaduan massakohesif massa sampel, setelah 3 dan 8 kali pengunyahan Wortel Keju 2,0 9,0 Kekasaran massa Jeruk kupas Bubur oatmeal 3,0 6,5 Toothpull Karamel Candy Gum 5,0 10,0 Ukuran Partikel Tic Tac M M 2,5 4,0 Keterangan : Permen-permenan

4.5 Analisis Deskripsi Kuantitatif

Analisis kuantitatif uji deskriptif dilakukan dengan metode QDA Quantitative Descriptive Analysis. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui intensitas atribut-atribut sensori rasa, aroma, dan tekstur pada setiap sampel nasi yang diujikan. Penilaian intensitas sampel-sampel yang diujikan dilakukan menggunakan skala garis tidak terstruktur unstructured scale. Unstructured scale tediri dari garis sepanjang 15 cm dengan tanda batas di kedua ujungnya. Pada skala garis juga diberikan 2 garis bantuan sebagai reference. Contoh kusioner yang digunakan untuk melakukan pengujian ini dapat dilihat pada Lampiran 8a-8e. Masing-masing sampel nasi ditempatkan pada wadah khusus yang diberi kode tiga digit. Sampel disajikan pada kondisi terkontrol yang sama dengan kondisi konsumen normal. Pengujian dari satu sampel ke sampel lain diberi interval waktu selama 20 menit. Selama jeda panelis diberi air putih untuk menetralkan indra pengecap jika yang diuji atribut rasa dan tekstur atau diberi bubuk kopi jika yang diuji atribut aroma. Penilaian intensitas masing-masing atribut pada sampel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

5. Uji Hedonik

Uji yang dilakukan adalah uji rating hedonik yang mengukur kesukaan terhadap beberapa atribut sensori pada nasi dari keempat varietas beras yang diuji, yaitu aroma, kepulenan, dan rasa. Pada uji ini menggunakan panelis tidak terlatih minimum 30 panelis yang masing-masing asli berasal dari daerah Sumatra Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua sehingga total minimum panelis yang digunakan adalah 27 120 panelis tidak terlatih yang menilai kesukaan terhadap nasi dari keempat varietas tersebut. Respon dari panelis yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka yang berkisar antara 1 sangat tidak suka sekali sampai 9 sangat suka sekali. Kuesioner uji rating hedonik dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12.

6. Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dari uji kuantitatif QDA berupa intensitas rata-rata. Selanjutnya, data atribut rasa, aroma, dan tekstur dibuat dalam grafik spider web untuk membandingkan intensitas masing-masing atribut secara visual. Selanjutnya diolah secara statistik menggunakan two-way ANOVA dengan program SPSS 16 dan Tukey’s Multiple Range Test jika terlihat ada pengaruh yang nyata pada masing-masing atribut. Kemudian menggunakan multivariate analysis, yaitu Principal Component Analysis PCA yang dilanjutkan dengan biplot dengan menggunakan software MINITAB 16. Analisis statistik ANOVA yang dilakukan menggunakan hipotesis awal sebagai berikut: H = sampel tidak memiliki pengaruh nyata H 1 = sampel memiliki pengaruh nyata nyata taraf kepercayaan sebesar 95 nilai α sebesar 0.05 Data yang diperoleh dari uji afektif kuantitatif uji hedonik diolah dengan one- way ANOVA dan Duncan’s Multiple Range Test jika terlihat ada pengaruh yang nyata pada keempat sampel. Analisis statistik ANOVA dilakukan untuk mengetahui adatidaknya perbedaan kesukaan konsumen pada empat sampel yang diujikan. Setelah mengetahui ada tidaknya pengaruh nyata kesukaan konsumen terhadap sampel, selanjutnya dilakukan pemetaan preferensi konsumen terhadap atribut rasa, aroma, kepulenantekstur nasi dari varietas Ciherang, Cisokan, Ciliwung, dan Membramo. Pengelompokkan ini menggunakan analisis multivariat PCA. Untuk mengkorelasikan sensori deskriptif dengan preferensi konsumen, digunakan analisis statistik PLS Partial Least Square Regression dengan software MINITAB 14.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap utama, antara lain pemilihan panelis untuk analisis deskriptif, penelitian sensori nasi dengan analisis deskriptif, dan uji preferensi.

A. PENENTUAN SAMPEL

Varietas sampel beras yang digunakan dalam penelitian ditentukan berdasarkan wilayah di Indonesia. Ada tiga pertimbangan dalam menentukan wilayah yang akan diteliti. 1 Sulawesi Selatan dan Jawa Barat merupakan dua dari lima provinsi di Indonesia sebagai lumbung beras nasional Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan NTB Anonim, 2011. Selain itu, 2 pemilihan wilayah-wilayah tersebut didasarkan pada perwakilan bagian wilayah di Indonesia, yaitu bagian barat Sumatra Barat dan Jawa Barat, bagian tengah Sulawesi Selatan, dan bagian timur Papua. Sumatra Barat dan Jawa Barat adalah dua provinsi yang berada di wilayah barat Indonesia. Akan tetapi, menurut Puslitbangtan 2005 bahwa masyarakat dari kedua provinsi tersebut memiliki kesukaan yang berbeda terhadap jenis nasi yang dikonsumsi. Masyarakat Sumatra Barat lebih suka mengkonsumsi nasi yang perakeras, sedangkan masyarakat Jawa Barat lebih suka mengkonsumsi nasi yang pulen lengket. Karena perbedaan kesukaan tersebut, maka dipilih varietas unggul beras yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Sumatra Barat dan Jawa Barat. Pertimbangan yang terakhir adalah 3 karena penelitian dilakukan di sekitar kampus IPB Dramaga, dimana mahasiswa-mahasiswanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, maka dari studi statistik, jumlah mahasiswa yang akan dijadikan sebagai panelis penelitian yang dapat memenuhi syarat dalam studi preferensi adalah keempat daerah tersebut. Melalui perwakilan dari beberapa daerah tersebut, diharapkan dapat mewakili seluruh konsumen beras di Indonesia. Pemilihan varietas beras yang akan diuji ditentukan berdasarkan data statistik penyebaran varietas padi di masing-masing daerah dengan cara meninjau beberapa literatur. Dari data-data statistik tersebut, dipilih satu varietas yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Sumatra Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua. Varietas Ciherang merupakan varietas beras yang paling tinggi penyebarannya di daerah Jawa Barat, yaitu sebesar 56,19 Ruskandar, 2009 . Selain itu, varietas ini penyebarannya cukup tinggi pada beberapa daerah di Indonesia yang masyarakatnya menyukai nasi bertekstur lembekpulen, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Data terakhir menunjukkan varietas Ciherang makin mendominasi areal pertanaman padi di ketiga provinsi tersebut Ruskandar, 2009. Konsumen Sumatera Barat menyukai rasa nasi pera dengan kadar amilosa 24. Varietas IR42 dan Cisokan merupakan varietas yang paling dominan berkembang di Sumatera Barat dikarenakan memiliki rasa nasi pera dengan kadar amilosa 25 Puslitbangtan, 1993. Jumlah produktivitas varietas unggul Cisokan di Sumatra Barat sebesar 30 pada periode 2001-2004 Atman, 2007. Di Sulawesi Selatan, areal tanam IR64 hanya 10,5, sedangkan luas pertanaman varietas Ciliwung yang dilepas pada tahun 1989 menduduki 49, 4 dari total areal tanam padi di propinsi tersebut Suprihatno Daradjat, 2009. Di Papua, Varietas Membramo dan Ciliwung merupakan varietas unggul beras yang banyak diproduksi. Berdasarkan LPTP Koya Barat 2000, varietas padi yang disukai petani adalah Mambramo dan Ciliwung di Koya