Hasil Belajar Siswa Hasil Penelitian
114 Levene’s dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai signifikansi Levene’s test ≥
0,05, maka varians data dapat dinyatakan homogen, namun jika nilai signifikansi Levene’s test 0,05, maka varians data tidak homogen Priyatno: 83. Berikut ini
merupakan data hasil pengujian homogenitas data yang disimpulkan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances F
Sig.
Hasil Belajar Siswa Equal variances assumed
,004 ,950
Equal variances not assumed
Berdasarkan hasil uji homogenitas pada Tabel 4.19, dapat bibaca bahwa nilai signifikansi uji F sebesar 0,950 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
varians kedua kelompok data tersebut homogen. 4.2.3.2.3 Pengujian Hipotesis Uji t
Uji hipotesis berguna untuk mengetahui simpulan penelitian dan untuk mengetahui hipotesis yang diterima. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas
diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka untuk uji hipotesisnya menggunakan uji independent samples t test dengan bantuan
program SPSS versi 20. Pada bab 2 telah dikemukakan ada dua hipotesis yang berkaitan dengan
hasil belajar. Hipotesis yang pertama yaitu mengenai ada atau tidaknya perbedaan
115 hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas IV antara yang
menggunakan model pembelajaran problem posing dan yang menggunakan model konvensional. Sementara itu, hipotesis yang kedua yaitu hasil belajar mana yang
lebih efektif antara yang menggunakan model pembelajaran problem posing dan yang menggunakan model konvensional. Berikut merupakan analisis statistik
pengujian hipotesis pertama dan kedua. Pengujian hipotesis yang ketiga yaitu mengenai perbedaan. Hipotesisnya
yaitu: Ho: Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
materi pecahan antara pembelajaran yang menggunakan model problem posing dengan pembelajaran yang menggunakan model konvensional
μ1 = μ2.
Ha: Ada perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi pecahan antara pembelajaran yang menggunakan model problem posing
dengan pembelajaran yang menggunakan model konvensional μ1 ≠ μ2.
Penghitungan hipotesis pertama menggunakan independent samples t test dengan menggunakan SPSS versi 20. Pengujian independent samples t test
sebenarnya sama dengan cara mengetahui homogenitas data, yaitu menggunakan independent samples t test. Berdasarkan uji homogenitas, disimpulkan bahwa
varians kedua kelompok data tersebut homogen, sehingga uji t menggunakan nilai Equal Variance Assumed. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.20
berikut ini:
116 Tabel 4.20 Uji Indepenedent Sampe T Test Hasil Belajar Siswa
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means T
Df Sig. 2-
tailed Mean
Difference Std. Error
Difference 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Nilai Equal
variances assumed
2.287 40
.028 8.88952
3.88739 1.03282
16.74623 Equal
variances not assumed
2.287 39.978
.028 8.88952
3.88739 1.03269
16.74636
Kriteria pengujian pada independent samples t test ini yaitu, Ho diterima bila -t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
atau nilai signifikansi 0,05, diterima, dan Ho ditolak bila –t
hitung
-t
tabel
dan t
hitung
t
tabel
atau nilai signifikansi ≤ 0,05 Priyatno, 2010: 35. Harga t
tabel
dengan df = 40 dan taraf kesalahan 5 yaitu 2,021. Berdasarkan kolom equal variances assumed di atas, dapat diketahui
bahwa nilai t
hitung
= 2,287 dan signifikansinya sebesar 0,028. Dari hasil penghitungan, dapat diketahui bahwa nilai t
hitung
t
tabel
2,287 2,021 dan nilai signifikansi 0,028 0,05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi pecahan antara pembelajaran yang menggunakan model
problem posing dengan pembelajaran yang menggunakan model konvensional. Pengujian hipotesis keempat yaitu pengujian lebih efektif mana model
pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
materi pecahan
dibandingkan yang
menggunakan model
konvensional. Hipotesis yang kedua yaitu: H
o
: Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pecahan yang menggunakan model problem posing tidak lebih efektif daripada
117 pembelajaran matematika materi pecahan yang menggunakan model
konvensional. H
a
: Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pecahan yang menggunakan model problem posing lebih efektif daripada pembelajaran
matematika materi pecahan yang menggunakan model konvensional. Untuk menguji keefektifan model problem posing dalam pembelajaran
matematika materi pecahan, peneliti menggunakan perhitungan secara empiris dan statistik. Pengujian keefektifan secara empiris menurut Sugiyono 2013: 118,
menggunakan rumus: O
2
─ O
1
─ O
4
─ O
3
Keterangan: O
1
= rata-rata nilai hasil tes awal kelas eksperimen O
2
= rata-rata nilai hasil tes akhir kelas eksperimen O
3
= rata-rata nilai hasil tes awal kelas kontrol O
4
= rata-rata nilai hasil tes akhir kelas kontrol Menurut rumus tersebut, secara empiris tingkat keefektifan model
pembelajaran problem posing yaitu: O
2
─ O
1
─ O
4
─ O
3
= 84,60 ─ 46,34 ─ 75,71 ─ 42,65
= 38,26 ─ 33,06
= 5,2 Jadi, keefektifan dari model problem posing terhadap hasil belajar siswa
materi pecahan dibandingkan model konvensional yaitu 5,2.
118 Sementara itu, untuk pengujian secara statistik keefektifan model problem
posing menggunakan pengujian pihak kanan. Peneliti menggunakan SPSS versi 20 untuk melakukan uji pihak kanan melalui one sample t test. Langkah-
langkahnya yaitu Analyze-Compare Means-One Sample t Test. Dari pengujian menggunakan uji t ini akan diketahui perbedaan rata-rata nilai sampel di kelas
eksperimen yang dibandingkan dengan kelas kontrol. Output hasil one sample t test pada pengujian keefektifan model problem posing dapat dilihat pada Tabel
4.21 berikut ini. Tabel 4.21 Output Pengujian One Sample T Test
One-Sample Test
Test Value = 75.71 t
Df Sig. 2-tailed
Mean Difference
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Kelas Eksperimen
3.274 20
.004 8.89381
3.2272 14.5604
Berdasarkan Tabel 4.21, dapat dibaca bahwa nilai t
hitung
sebesar 3,274 dan nilai signifikansi sebesar 0,004. Nilai t
tabel
dengan df = 20 dan taraf signifikansi 0,025 uji 2 sisi yaitu 2,086. Kriteria yang digunakan untuk pengambilan
keputusan berdasarkan hipotesis uji tersebut yaitu Ho diterima apabila -t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
dan Ho ditolak apabila -t
hitung
-t
tabel
atau t
hitung
t
tabel
. Jika berdasarkan nilai signifikansi, maka Ho diterima bila nilai signifikansi 0,05 dan
Ho ditolak bila nilai signifikansi ≤ 0,05. Oleh karena nilai t
hitung
t
tabel
3,274 2,086 dan nilai signifikansi 0,05 0,004 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar materi pecahan siswa kelas IV yang menggunakan model
119 pembelajaran problem posing lebih baik daripada yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran problem posing efektif terhadap hasil belajar materi pecahan.