Respon positif siswa saat diterapkan strategi pembelajaran open inquiry
mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Respon siswa baik positif, netral maupun negatif yang ditulis siswa pada jurnal harian sebagian besar dipengaruhi
oleh mudah atau sulitnya materi yang dipelajari setiap pertemuan. Jika materi dirasakan mudah dan siswa faham dengan materi yang diajarkan maka tanggapan
positiflah yang banyak diungkapkan oleh siswa, begitu pula sebaliknya jika materi dirasakan sulit oleh siswa maka respon negatiflah yang banyak diungkapkan
siswa. Selama proses pelaksanan tindakan siklus 1 dan siklus 2 diperoleh data
presentase aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran
open inquiry. Tabel aktivitas siswa siklus 1 dan 2 dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.11: Perbandingan Persentase Rata-rata Aktivitas Pembelajaran Matematika Siswa Siklus 1 dan Siklus 2
Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa aktivitas pembelajaran matematika siswa siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunakan strategi pembelajaran
open inquiry meningkat dari rata-rata 73,51 pada siklus 1 menjadi 85,34 pada siklus 2. Hal
ini terjadi karena proses pembelajaran matematika siswa dengan strategi pembelajaran
open inquiry berjalan dengan baik, diikuti dengan perbaikan yang dilakukan peneliti dari refleksi siklus 1 sehingga siswa lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan yang dilakukan peneliti pada sikus 2 memberikan hasil yang baik terhadap aktivitas belajar siswa.
No .
Aspek yang diamati Siklus 1
Siklus 2
1. Siswa melakukan penyelidikan melalui LKS
76,13 87,50
2. Siswa menjawabmenanggapi LKS
75,57 86,36
3. Siswa mengemukakan pendapatgagasan
terkait pembelajaran 71,59
82,39 4.
Siswa menarik kesimpulan berdasarkan langkah-langkah yang ada pada LKS
71,53 81,82
5. Siswa mengaplikasikan kesimpulan yang
diperoleh pada soal latihan 72,72
88,64
Rata-rata 73,51
85,34
Aktivitas siswa meningkat pada setiap aspek yang diamati. Pada siklus 1 masih banyak siswa yang acuh terhadap pembelajaran menggunakan strategi
open inquiry, bahkan ada beberapa siswa yang enggan mengisi LKS, peneliti
memberikan pemahaman kepada siswa tentang cara menemukan dan membangun pengetahuan sendiri, setelah melakukan perbaikan pada siklus 2, sebagian besar
siswa terlihat antusias melakukan penyelidikan melalui LKS open inquiry. Siswa
juga lebih antusias dalam mengemukakan gagasanpendapat selama proses pembelajaran berlangsung, terlihat dari bertambahnya jumlah siswa yang aktif
pada pembelajaran siklus 2. Aspek menarik kesimpulan mendapat perolehan skor terendah pada siklus 1 maupun siklus 2, namun aspek ini meningkat sebesar
10,29.
C. Pembahasan
Pembahasan ini berdasarkan atas hasil wawancara dengan guru matematika, pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa, respon siswa dengan
menggunakan jurnal harian dan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Hasil wawancara dengan guru matematika pada kegiatan observasi awal
diketahui bahwa pembelajaran matematika dikelas 9H masih berpusat pada guru, siswa kelas 9H mengalami kesulitan menjawab soal-soal yang tidak lazim, dan
masih bingung jika dihadapkan pada soal yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.
Berdasarkan observasi awal tersebut peneliti menyimpulkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa masih tergolong rendah. Sehingga peneliti
mencoba memperbaiki pembelajaran dikelas tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran
open inquiry.
Pembelajaran matematika
dengan strategi
pembelajaran open inquiry dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa
karena pada
pembelajaran ini
siswa dituntun
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Masalah yang disajikan dalam LKS
open inquiry dipecahkan dengan 4 tahapan yakni merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan, sehingga
siswa dilatih untuk berpikir secara matematik.
indikator ketercapaian yakni ≥ 75, kebanyakan siswa mampu menghitung luas
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 kemampuan berpikir kreatif matematik memperoleh skor rata-rata sebesar 73,68 namun belum mencapai
permukaan dan volume bangun ruang sisi lengkung, beberapa siswa lainnya membuat kesalahan dalam melakukan perhitungan yang menyebabkan skor
berkurang, kemudian masih ada siswa yang menghafal rumus sehingga memiliki resiko besar untuk menggunakan rumus yang salah pada saat menjawab soal.
Sebagian siswa menguasai kemampuan kelancaran fuency, karena
masalah yang disajikan merupakan sebuah permasalahan yang tidak begitu rumit misalnya siswa dapat menemukan ukuran unsur-unsur yang cocok untuk
memenuhi ukuran volume BRSL yang diketahui. Siswa yang memiliki skor terendah adalah siswa yang tidak memahami konsep bangun ruang sisi lengkung.
Sebagian besar siswa menjawab benar namun tidak sesuai dengan banyaknya jawaban yang diperintahkan soal. Siswa juga menguasai kemampuan
originality dengan cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil skor rata-rata yang
sama antara originality dan fulency. Pada siklus 1 beberapa siswa menjawab soal
dengan cara yang tidak lazim, namun masih banyak siswa yang menjawab dengan cara yang baku dan didukung dengan perhitungan yang benar, hal ini membuat
skor kemampuan originality menjadi cukup baik. Kemampuan siswa dalam
menyelesaikan persoalan dengan cara yang bervariasi flexibility memperoleh
skor rata-rata paling rendah diantara 3 indikator kemampuan berpikir kreatif matematik, Sebagian besar siswa mampu meberikan jawaban berbeda namun
tidak dilengkapi dengan konsep BRSL yang tepat, hal ini yang menyebabkan skor yang diperoleh tidak maksimal.
Pada siklus 2 rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif matematik siswa mengalami peningkatan pada setiap indikator kemampuan berpikir kreatif
matematik. Hal ini tak lepas dari perbaikan yang dilakukan berdasarkan refleksi siklus 1. Siswa sudah dapat mengemukakan banyak gagasan dalam menjawab
persoalan BRSL, hal ini ditunjukkan oleh kelancaran siswa memberikan jawaban yang lebih banyak dari jumlah yang diminta pada soal. Siswa juga mampu
memberikan jawaban yang bervariasi dan unik dan menyertakan proses solusi
secara sistematis, sebagian besar siswa lebih teliti dalam mengerjakan soal dan memerhatikan proses perhitungan yang pada siklus 1 banyak terjadi kekeliruan.
Strategi pembelajaran open inquiry
memotivasi siswa untuk belajar mandiri, menemukan dan membangun pengetahuan sendiri, pada saat proses
penemuan pengetahuan berlangsung kemampuan berpikir kreatif siswa dilatih agar siswa tidak terpaku dengan pembelajaran yang diberikan guru saja, siswa
diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan-gagasan baru dalam pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa
yang baik membuat siswa lebih memahami materi yang dipelajarinya, siswa tidak akan bingung lagi menghadapi soal yang tidak sesuai dengan contoh yang
diberikan guru, dengan pemahaman yang baik diharapkan siswa dapat menyelesaikan soal atau permasalahan yang disajikan dengan baik pula.
Pada umumnya siswa merespon positif terhadap pembelajaran matematika dengan strategi
open inquiry. Hal ini terlihat dari pendapat siswa melalui jurnal harian. Persentase respon positif siswa pada siklus II meningkat dari siklus I.
Siswa menyukai
dan mendukung
pembelajaran menggunakan
strategi pembelajaran
open inquiry, karena dalam pembelajaran ini siswa diarahkan untuk berpikir dan mengungkapkan ide-ide matematik melalui masalah-masalah yang
disajikan pada LKS dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya.
Sebagian besar
siswa terlibat
aktif dalam
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori Gulo 2002 yang menyatakan strategi inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri Hasil penelitian yang ditemukan pada penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sri Wardani, Utari Soemarmo, dan Izumi Nishitani dengan judul penelitian
” Mathematical Creativity and Disposition Experiment with grade 10 Student using Silver Inquiry
Approach” penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis Inkuiri lebih efektif digunakan pada
proses pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil
penelitian yang sama juga ditemukan pada penelitian Michal Zion and Irit Sadeh yang berjudul
” Wich Type of Inquiry Project Do High School Biology Students Prefer : Open or Guide?
”, yang melaporkan bahwa kegiatan pembelajaran open inquiry yang dilakukan didalam kelas memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjadi lebih terlibat dalam penyelidikan suatu masalah dalam pembelajaran.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan agar hasil yang diperoleh maksimal, namun demikian masih
terdapat hal-hal yang diluar kendali peneliti sehingga hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Strategi
open inquiry
yang diterapkan belum
mampu memberikan
peningkatan yang besar terhadap indikator kemampuan originality, Hal ini
disebabkan karena masalah yang disajikan pada LKS cenderung belum termasuk kategori
open ended. Sehingga jawaban siswa pada tahap merumuskan hipotesis kurang bervariasi dan unik. jawaban siswa masih
terbatas terhadap masalah yang disajikan pada LKS. 2.
Pada siklus 1 dan siklus 2 peneliti menyajikan masalah dalam LKS open
inquiry, seharusnya peneliti memberikan kasus berupa investigasi pada siklus 2 sebagai perbaikan terhadap siklus 1 untuk lebih meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa 3.
Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung, sehingga belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
4. Pengamatan pada penelitian ini dilakukan sepenuhnya oleh observer, peneliti
ikut mengontrol aktivitas siswa namun tidak mengisi lembar observasi. Peneliti sebaiknya mengisi lembar observasi untuk dibandingkan dengan
pengamatan yang dilakukan oleh observer.