Sedangkan manfaat penelitian ini adalah : a.
Bagi diri sendiri. Sebagai acuan untuk merencanakan proses pembelajaran yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan motivasi dan
hasil belajar yang baik. b.
Bagi kepala sekolahmadrasah. Sebagai input untuk mengambil keputusan atas perkembangannya bidang pendidikan.
c. Siswa sebagai sasaran peneliti untuk membuktikan hipotesis penulis.
6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh siswa,
yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan. Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang
dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Hasil belajar tampak sebagian terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadi peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik di banding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian,
tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang insrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar. Variabel
yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat media yang tersedia, serta faktor
lingkungan.
2
b. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang di lakukan oleh guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya
2
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Cet. II h. 15
merupakan suatu kegiatan hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: 1 peserta didik akan mempunyai persepektif terhadap kekuatan dan
kelemahanya atas perilaku yang di inginkan; 2 mereka mendapat bahwa perilaku yang di inginkan itu telah meningkat setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi
kesenjangan antara penampilan perilaku sekarang dengan perilaku yang di inginkan. Kesinambungan tersebut merupakan perubahan dinamika proses belajar
sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.
3
Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor guru dapat melaksanakan pembelajaraan. Untuk itu, dalam
melaksanakan pembelajaraan, guru harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu. Dimyati dan Mudjiono
ada tujuan prinsip belajar, yaitu: “perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsungberpengalaman, pengulangan, tantangan dan
penguatan, dan perbedaan individual.
4
E. Mulyasa mengungkapakan evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditunjukkan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik,
tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran. Sistem evaluasi harus memberikan umpan
balik kepada guru untuk meningkatakan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu
peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan.
5
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar
ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif,
3
Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandiran Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 , Cet. Ke. III, h. 208
4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prisip,Tehnik, Prosedur, Bandung: PR Remaja Rasdakarya, 2010, Cet. Ke-2, h. 249
5
E. Mulyasa, Impementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009, Ed. 1, Cet. 3, h. 102
menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.
6
c. Penilaian Kognitif
pengertian penilaian kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang
yang paling tinggi.
d. Tehnik Penilaian Kognitif
Tehnik penilaian kognitif ada enam jenjang yaitu : 1.
Tingkat pengetahuan knowledge, pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat recall berbagai informasi yang telah diterima
sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving
dan lain sebagianya.
2. Tingkat pemahaman comprehension, pada tahap ini kategori pemahaman
dihubungkan dengan
kemampuan untuk
menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan application, penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari. 4.
Tingkat analisis analysis, analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen
atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotensa atau
6
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetansi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002, Cet. Ke. 1, h. 36