Sinopsis Cerita Novel “ OSHIN”

50 BAB III ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “ OSHIN” KARYA HASHIDA SUGAKO

3.1 Sinopsis Cerita Novel “ OSHIN”

Di sebuah dusun terpencil tepatnya di desa Yamagata, tinggallah Pak Saku dan istrinya Fuji, nenek Naka serta anak-anaknya yang hidup di rumah sewaan kecil dan sempit. Keadaan hidup mereka sangat merana. Situasi yang panas yang terjadi di Jepang pun semakin memperburuk keadaan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka sangat sulit maka dari itu pasangan suami istri ini memang harus lebih giat lagi membanting tulang setiap hari sebab keduanya tumpuan kehidupan bagi seluruh keluarga. Apalagi anggota keluarga mereka sekarang bertambah satu orang lagi. dia adalah Oshin. Oshin adalah sosok yang rajin dan pekerja keras. Dari kecil, dia sudah merasakan kerasnya hidup membanting tulang demi membantu kebutuhan keluarganya. Walaupun kemiskinan selalu membayang- bayangi kehidupannya, namun Oshin selalu semangat dalam menghadapi hidupnya. Perjalanan hidupnya bisa dikatakan jauh dari kata bahagia bahkan kehidupannya selalu dihiasi dengan derita dan air mata. Di umur tujuh tahun, Oshin dipaksa ayahnya bekerja sebagai tenaga sukarela untuk melunasi hutang orang tuanya. Ia akhirnya dikirim ke Zaimoku Ten bekerja sebagai pengasuh anak. Di sana, ia menjadi korban eksploitasi anak. Ia sering mendapat kekerasan fisik dan juga selalu diberikan makanan sisa oleh ketua pelayan. 51 Walaupun begitu, dia berusaha untuk tetap sabar dan ikhlas menghadapi semuanya demi membayar hutang-hutang orangtuanya sampai masa kontraknya selama setahun selesai. Walaupun dipenuhi duka, namun dia tetap bersyukur karena di Zaimoku Ten, dia mendapat kesempatan untuk bersekolah oleh majikannya. Semua itu berkat kebaikan hati Pak Guru Matsu yang bersusah payah meyakinkan kedua majikan tersebut agar Oshin harus sekolah. Oshin sungguh bahagia karena akhirnya cita- citanya terkabul. Oshin melewati saat awal sekolah dengan baik. Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung seminggu saja. Teman-teman sekolah Oshin sangat membencinya karena mereka kerap kali terganggu dengan tangisan anak kecil yang selau lengket di punggungnya itu sehingga menimbulkan protes bagi anak murid yang lain. Namun Pak Guru Matsu selalu berpihak padanya. Hal tersebut semakin menimbulkan kemarahan anak muridnya. Ketika pulang sekolah, Oshin pulang dengan babak belur karena teman-temannya melukai Oshin untungnya ia berhasil melindungi Satria Kecil. Begitu juga keesokan harinya, ia melihat mejanya acak- acakan, bukunya hilang serta sikap teman-temannya yang tidak menyenangkan yang terus menerornya. Oleh karena itu,demi keselamatannya terutama Satria Kecil, Oshin mengambil keputusan untuk berhenti sekolah. Kehidupannya pun kembali seperti sedia kala dimana cobaan hidup masih terus menghampiri hidupnya. Suatu hari, Oshin difitnah mencuri uang sebesar 50 yenoleh kepala pelayan, nona Tsune. Bukan hanya itu saja, ia dicaci maki, ditampar, disiksa serta uang pemberiaan neneknya dirampas begitu saja. Merasa diperlakukan tidak manusiawi, akhirnya ia melarikan diri namun ia pingsan dan hampir mati membeku dipuncak gunungkarena badai salju yang menghadang. Nasib baik masih berpihak padanya, ia ditolong oleh Toyama 52 yang merupakan seorang prajurit negara yang melarikan diri dari tugasnya dan bersembunyi di puncak gunung agar identitasnya tidak diketahui siapapun. Toyama tinggal bersama Paman Matsu di gubuk kecil. Mereka sangat menyayangi Oshin dan kagum atas kepintarannya. Berkat Toyama, Oshin bisa membaca, menulis dan berhitung yang mau mengajarinya selama sebulan tinggal di sana. Kebahagiaan itu juga cepat lenyap dan berubah menjadi air mata. Toyama yang dianggap Oshin bagian dari keluarganya tewas tertembak oleh tentara karena identitasnya diketahui ketika turun ke gunung mengantar Oshin ke Yamagata. Belum lagi luka itu sembuh luka yang lain datang. Saat tiba di rumahnya, bukan sambutan hangat yang diterimanya, malah beribu makian dan pukulan ayahnya yang merobohkan tubuhnya seketika. Oshin hanya bisa menangis di dalam hati dan berusaha untuk tetap tegar. Dengan berdalih untuk melunasi hutang lagi, Oshin dipaksa bekerja di Tempat Penggilingan Beras di Sakeda. Tanpa ada persetujuan dari Oshin, ayahnya langsung mengirimnya ke Sakeda. Untuk kedua kalinya ia harus meninggalkan keluarganya terutama ibu dan nenek yang sangat dicintainya. Demi keluarganya, ia mencoba bertahan dari situasi tersebut. Kerap kali juga Oshin mendapat tindakan yang tidak menyenangkan dari majikannya terutama Nona Kayo, anak majikannya yang usianya sama dengan Oshin. Kayo tidak menyukai Oshin karena Oshin jauh lebih pintar darinya padahal ia tidak sekolah. Sehingga nenek Kuni selalu membanding- bandingkan Kayo dengan Oshin pembantu baru mereka. Segala cara dia buat agar Oshin keluar dari rumah itu. Untuk mengusirnya dari rumahnya, ia menuduh Oshin mencuri buku kesayangannya. Namun berkat kebijaksanaan nenek Kuni, akhirnya nenek Kuni dan keluarganya tahu bahwa hal itu perbuatan cucunya yang iri terhadap 53 Oshin. Setelah kejadian itu, Kayo semakin marah dan sering bertindak kasar terhadapnya namun ia tidak pernah mengadu kepada majikannya ataupun membalas perbuatannya. Sikap Oshin yang baik dan tetap sabar itu akhirnya mampu membuka hati nurani Kayo sehingga mereka berdua bisa hidup rukun seperti saudara kandung sampai mereka berumah tangga. Ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan majikan- majikan yang baik hati seperti Pak Seitaro, Bu Mino, Kayo serta Nenek Kuni. Nenek Kuni juga mengajarinya bagaimana menjalani kehidupan di dunia sehingga membentuknya menjadi wanita yang tangguh tapi tetap anggun, pintar tapi tetap rendah hati, dan sederhana tapi kaya akan moral yang tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur. Keluarga Sakeda begitu baik padanya yang sudah menganggap dirinya bagian dari keluarga mereka. Oshin juga ikut berperan dalam kemajuan bisnis keluarga saudagar kaya itu sehingga bisa berkembang pesat. Dari sana, secara tak sengaja Oshin banyak belajar berbisnis dari Nenek Kuni. Nenek Kuni juga mengajari Oshin bagaimana menjalani bisnis. Dari tempat inilah mulai tercetus impian-impian Oshin untuk menjadi seorang pengusaha. Ketika Oshin beranjak dewasa, Oshin kembali ke kampung halamannya. Tiba di sana, ia sangat terkejut dengan kondisi Haru yang sangat memprihatinkan. Karena kelelahan bekerja di usia muda, ia sudah terjangkit penyakit TBC. Haru memaksa Oshin untuk melarikan diri karena mengetahui rencana ayahnya yang ingin memperkerjakannya sebagai wanita penghibur. Pada akhirnya Oshin memutuskan mengadu nasib di kota Tokyo. Di sana, ia berjuang dari nol mulai dari tukang bersih-bersih salon, kemudian diangkat menjadi asisten penata rambut hingga akhirnya ia bisa membuka salon sendiri. Sehabis pulang bekerja dari salon, ia sempatkan menjahit kimono untuk dijual pada 54 rekan-rekan kerjanya padahal hari sudah larut malam. Hasil dari kerja kerasnya ia kirim ke keluarganya di Yamagata. Perjalanan hidupnya dipenuhi dengan lika-liku kehidupan namun itu semua dihadapinya dengan sabar dan ikhlas sampai pada suatu hari ia berjumpa dengan Ryozo seorang pengusaha tekstil di Tokyo. Berkat bekal ilmu dari nenek Kuni, ia bersama suaminya berjuang mengembangkan usaha tekstilnya hingga akhirnya berhasil dan memperbaiki taraf hidupnya menjadi lebih baik.

3.2 Nilai-Nilai Pragmatik yang Terdapat dalam Novel “OSHIN”