Cuplikan halaman 24-25 Nilai-Nilai Pragmatik yang Terdapat dalam Novel “OSHIN”

75 kembali dengan memberikannya ikan hasil tangkapannya. Kepeduliaannya itu ditunjukkan pada cuplikan “ Aku kasihan sekali pada nenek, “ sahut Oshin masih terisak. Karena kasih sayangnya sama neneknya, ia berusaha mempertahankan ikan yang hendak dirampas anak-anak nakal itu sampai didorong ke sungai. Namun ia tak membalas perbuatan mereka. Sikap Oshin ini juga menunjukan nilai Bushido Jin dimana Oshin memiliki kemampuan untuk memaafkan orang-orang yang melakukan kesalahan kepadanya. Nilai pendidikan yang disampaikan melalui tokoh Oshin ini adalah kita diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Dengan kata lain, kita sebagai manusia diharuskan untuk bisa saling memaafkan meskipun seberapa besar kita disakitin, dirugikan dikecewakan oleh orang lain. Dari cuplikan cerita ini juga mengajarkan tentang pengorbanan. Mampu melakukan apa saja demi kebahagian orang lain. Demi kebahagian dan kesembuhan neneknya, ia berusaha memancing ikan yang mungkin sudah bersusah payah mendapatkanya meskipun akhirnya ia gagal memberikan ikan tersebut pada neneknya karena sudah dirampas sekumpulan anak laki-laki yang nakal tersebut.

2. Cuplikan halaman 24-25

Pak Saku, Atsui, Oshin, dan kedua adiknya sedang menghadapi makan malam yang diolah kasar, yaitu nasi becampur potongan-potongan umbi lobak. Tak seorangpun bersuara. Seperti biasa, Bu Fujilah yang melayani makan seluruh anggota keluarganya. “ Lho, mana untuk nenek?” tanya Oshin terkesima 76 “ dia tak mau makan, sahut Bu Fuji singkat. “ Usahakan agar Nenek mau makan. Ayo panggil dong Kata Oshin ketus. “Biarlah tak makan juga tak apa” bergumam kata-kata Pak Saku yang berat itu.Oshin memdang ayahnya dengan tatapan menusuk penuh keberangan. Sementara wajah ibunya muram tak dapat dilukiskan. Apalagi dengan sikap dingin, Atsui yang selau mendapat angin dari sang ayah, menancapkan sumpitnya ke mangkok neneknya untuk mengganti mangkoknya sendiri yang telah dikosongkannya itu. “Abang Atsui” tegur Oshin, “Bukankah sudah tiga kali Abang nambah ?Kok, tega- teganya me…” “ Akh,.” Potong kakaknya itu, “ aku kan tidak sama dengan kau dan Nenek. Aku biasa bekerja keras membanting tulang di sawah. Sudah sepantasnya, dong…” Mendengar jawaban kakaknya Oshin terheran-heran bukan kepalang, “Kok begitu..” “ Oshin, ” tegur Bu Fuji. Memang, walaupun sebagai nyonya rumah, hanya itu yang bisa ia lakukan. Karena dalam soal apa saja, mereka selalu di bawah angin. Dengan sebel Oshin menutup mulutnya. Sang ibu pun berkata hikmat pada Oshin, “ Tambahlah, kalau kau mau...,” seraya megambil mangkok nasi anaknya yang sudah kosong, dan mengisinya lagi. Oshin cumin menatap ke mangkok nasinya yang sudah terisi itu tanpa menyentuhnya. “ayolah ” kata ibunya lembut. Namun Oshin Cuma terus memandang mangkoknya. Nenek Naka yang telah mencium akan adanya ketegangan di saat makan siang itu, segera menyingkir ke kebun, di bawah cuaca cerah. Diam-diam Oshin datang mendekat. Sang cucu ini membawakan sebuah baki berisi nasi dan kaldu yang harum 77 menimbulkan selera. Dan tanpa tegur sapa diletakkanna di samping neneknya. Nenek memandang dengan heran. “ ini cadanganku, Nek. Pemberian mam, ucap Oshin lirih, “ku bawa untuk kau, Nek” “Cadanganmu?” “ Betul. Cadanganku ” “kau tidak memakannya?” “Tidak Untuk Nenek saja. Nenek kan sedang sakit. Jadi makannya harus banyak. Aku akan senang sekali, kalau Nenek mau mencicipinya.. Nenek Naka masih heran. Bukankah itu bagiannya cucunya. “ Nenek Nak sudah tahu kalau aku akan bekerja, ya? dan sedari sekarang aku akan bekerja keras dan rajin agar kita bisa makan. “ Ayo makanlah Nek” “Oshin…., “ desah neneknya. Sambil menangis, kata nenek Naka “ kalau aku, mati pun biar lah. Aku taka pa-apa. Aku tak ambil pusing. Dari pada makan tapi sia-sia dan malah menjadi bulan-bulanan nanti. Dari cuplikan diatas adanya pertengkaran kecil Oshin dengan kakaknya saat sedang makan siang. Oshin memprotes kakaknya yang sudah semena-mena dan seakan-seakan tidak merasa kasihan dan peduli dengan kondisi neneknya yang sedang sakit. Ia menghabiskan makanan nenek Naka yang dari tadi belum makan Biar saja asal Oshin bisa makan sampai kenyang. Wajah Oshin merah mendengar kata-kata neneknya itu. “ Kau keliru Nek, “ sergahnya cepat, “ oh benar-benar Nenek keliru. Aku bukan bekerja buat diri ku sendiri tetapi aku akan tetap mengingatmu, Nek. Selalu ” Analisis: 78 apapun padahal abang yang keras kepala itu sudah makan malah nambah sampai tiga porsi. Oshin pun sangat marah terhadap sikap kakaknya dan juga ayahnya yang selalu membela kakaknya yang nakal itu. Oshin yang begitu sayang dan kasihan dengan kondisi neneknya, akhirnya dengan ketulusannya hatinya ia rela memberikan jatah makanannya pada nenek Naka. Jadi jika dilihat dari moral Bushido, sikap Oshin mengandung nilai Jin.MenurutAgustian dalam Capriella, 2014:22, Jin adalah sifat samurai yang murah hati, mencintai sesama, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Jin merupakan perpaduan antara kasih sayang dan welas asih. Seorang Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin dan feminim yang berarti selain memiliki kemampuan tempur yang hebat. Samurai harus memiliki sifat murah hati, kasih sayang dan peduliberjiwa sosial yang tinggi. Kemurahan hati Jin dalam moral Bushido juga ditunjukkan dalam hal memaafkan. Nilai kemurahan hati Jin terlihat pada cuplikan Nilai pendidikan yang diajarkan tokoh Oshin dari cuplikan diatas adalah untuk saling menyayangi dan berbagi serta rela melakukan apapun demi kebahagian semua orang terutama untuk keluarga, sahabat dan orang-orang di sekitar kita. “ Betul. Cadanganku ” “Tidak Untuk Nenek saja. Nenek kan sedang sakit. Jadi makannya harus banyak. Aku akan senang sekali, kalau Nenek mau mencicipinya.. Berdasarkan konsep moral Bushido, nilai Jin yang ditunjukkan Oshin dimana menggambarkan anak yang perhatian dan suka menolong orang lain. Dia bisa merasakan kesusahaan seseorang. Sehingga iarela berkorban demi kepentingan orang lain. Kemurahan hati Oshin terlihat saat Oshin memberikan jatah makanannyauntuk neneknya. Hal tersebut menunjukan besarnya kasih sayang pada neneknya. 79

3. Cuplikan halaman 47