Rei Hormat dan Santun Kepada Orang Lain Chungi Kesetiaan Pada Pemimpin

45 Kemurahan hati ditunjukkan dalam hal memaafkan Agustian dalam Capriella, 2014:22. Jadi seorang Samurai harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk memaafkan orang-orang atau pihak yang melakukan kesalahan terhadap dirinya http:ejournal.undip.ac.idindex.phpizumiarticledownload62325266.

5. Meiyo Menjaga Nama Baik dan Kehormatan

Meiyomerupakan etika samurai untuk menjaga nama baik dan menjaga kehormatan Agustian dalam Capriella, 2014:22. Bagi samurai lebih utama menghormati dan menerapkan etika secara benar dan konsisten dibandingkan dengan penghormatan kepada kharisma dan talenta pribadi. Samurai lebih mementingkan penghormatan pada perbuatan nyata dari pada pengetahuan. Penghormatan yang tinggi seorang samurai ditujukan kepada atasanmajikan, orang tua dan keluarga. Kehormatan dan harga diri samurai diekspresikan dalam bentuk konsistensi sikap dan kekokohan mereka memegang dan mempertahankan prinsip kehidupan yang diyakini. http:ejournal.undip.ac.idindex.phpizumiarticledownload62325266

6. Rei Hormat dan Santun Kepada Orang Lain

Salah satu sikap samurai yang diterapkan secara mendalam adalah sikap hormat dan sopan santun yang tulus yang ditujukan kepada semua orang, tidak hanya kepada atasan, pimpinan dan orang tua. Bahkan sikap hormat, santun dan hati-hati juga terlihat dalam penggunaan benda-benda dan senjata. Samurai sangat menghindari sikap ceroboh yang tidak tertata. Sikap hormat dan santun tercermin 46 dalam sikap duduk, cara berbicara, cara menghormati dengan menundukkan badan dan kepala. Penerapan rei pada masyarakat Jepang saat ini masih terlihat dan bahkan menjadi salah satu karakter masyarakat Jepang. Penanaman rei dilakukan sejak usia dini di rumah dan sekolah, sehingga dalam semua aspek kehidupan masyarakat Jepang rei sangat diutamakan. http:ejournal.undip.ac.idindex.phpizumiarticledownload62325266

7. Chungi Kesetiaan Pada Pemimpin

Chungimerupakan etika samurai yang berkaitan dengan kesetiaan pada pimpinan. Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksankan tugas. Kesetiaan dilakukan untuk menjaga nama baik dan kehormatan pimpinan, atasan dan juga nama baiknya sendiri. Berdasarkan kode etik samurai bahwa seorang ksatria mempersembahkan hidupnya untuk melakukan pelayanan tugasAgustian dalam Capriella 2014:23. 2.4Sekilas Tentang Biografi Pengarang Hashida Sugako atau dikenal dengan Iwasaki Sugako adalah seorang penulis naskah terbaik di Jepang.Sugako berasal dari keluarga yang berkecukupan selama masa di Korea. Dia dilahirkan di Seoul, Korea tepatnya pada 10 Mei 1925. Sewaktu kanak-kanak, kedua orangtuanya berpisah sehingga ibunya memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Sakai, Jepang dengan memboyong putrinya Sugako. Sedangkan Ayahnya memilih untuk tetap tinggal di Korea. Sugako tumbuh dan besar 47 di Jepang. Ia menjalani kehidupan seperti layaknya anak-anak Jepang lainnya. Pendidikan adalah hal yang penting baginya sehingga bisa menyelesaikan pendidikan sampai jenjang SMA dengan baik dan memutuskan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pada tahun 1942, dia terdaftar sebagai mahasiswi jurusan sastra Jepang di Universitas Perempuan Jepang di Tokyo. Pendidikannya yang ditempuhnya seketika terputus karena suasana perang semakin mencekam. Untuk melanjutkan kehidupannya, iabekerja di Payroll Departement of Navy yangterletak di Osaka. Keinginan untuk kembali menuntut ilmu, dirasakan sangat mustahil karena perang dunia menghancurkan rumah dan menghanguskan seluruh harta benda mereka, yang tersisa hanya selembar kain yang melekat ditubuh Sugako dan ibunya sehingga mereka menumpang di tempat relasinya. Pada tahun 1945, dia dirumahkan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Perusahan Payroll memberinya konpensasi sehingga ia bisa melanjutkan pendidikannya yang sempat terputus. Ia diterima di Universitas Waseda jurusan Seni. Namun kebahagian itu tidak berlangsung lama, masih di tahun yang sama ibunya meninggal dunia. Hal itu, menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi Sugako. Sejak ibunya meninggal, ayahnya yang turun tangan membiayai kebutuhan hidupnya di Jepang. Ayahnya yang juga telah jatuh miskin terpaksa menjadi pedagang pasar gelap di Korea, ia melakukan itu semua untuk membiayai kebutuhan putrinya yang hidup sendiri di Jepang. Sugako tak sepenuhnya mengandalkan ayahnya untuk membiayai kehidupannya sehingga ia mengambil arubaito. Kesulitan di masa itu akhirnya mengantarkannya menjadi seorang penulis. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dia bekerja paruh waktu di Perusahaan Kikuchi Kan. Dari sana awal mulanya ia belajar menulis naskah hingga menjadikannya 48 seorang penulis. Tojuro no Koi dan Onshu no kanatani adalah karya pertama yang dilahirkannya saat ia bekerja di Perusahaan Kikuchi Kan. Kemudian karyanya ditayangkan ke layar kaca namun kurang mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat Jepang pada masa itu. Hal itu tidak menjadikannya patah semangat dalam tulis menulis. Tahun 1983, dia menulis naskah script Oshin yang ceritanya diangkat dari kisah nyata Katsu Wada. Seorang anak yang berjuang meraih impiannya. Cerita tersebut ternyata sangat disukai masyarakat Jepang terutama kaum perempuan.Sangkin populernya, cerita Oshin ini dibuat lagi dalam bentuk novel. Ternyata bukan hanya filmnya saja yang meledak, novelnya juga mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat lokal bahkan sampai ke kanca internasional. Novel Oshin menjadi Best Seller pada masa itu. Semua dunia mengetahui cerita Oshin ini. Filmnya sudah di putar sampai ke beberapa negara begitu pula dengan novelnya yang telah beredar dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Kepopuleran cerita Oshin mengantar namanya menjadi penulis terbaik. Sehingga banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan dirinya. Setelah menyelesaikan studinya, dia diterima bekerja di perusahaan film Shochikusebagai penulis naskah. PerusahaanShochiku ini adalah perusahaan sinema hiburan yang terbesar di Jepang. Perusahaan yang sepanjang sejarahnya banyak menghadirkan drama-drama terbaik. Ketika bekerja di Shochiku, dia mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran terutama dalam menulis naskah. Pada tahun 1960, dia akhirnya berhenti dari perusahaan tersebut dan memutuskan berkarir sendiri dengan terus menulis skrip secara freelance.Untuk menambah penghasilannya, diajuga menulis cerita pendek pada majalah perempuan.Pada tahun 1965, ia menikah 49 dengan Hiroshi Iwasaki yang berprofesi sebagai produser penyiaran di Tokyo. Semenjak itu, karirnya lambat laun semakin menanjak dan populer karena banyak melahirkan naskah-naskah drama yang sangat inspiratif. Inilah daftarkeseluruhan naskah drama yang telah ditulisnya antara lain pada tahun 1973, ia menulis naskah untuk drama televisi Ai Shi o Mitsumete.Hal ini diikuti oleh script lainnya: Tonari no Shibafu 1976-1977, fufu 1979. Pada awal 1980-an, karyanya dibuat ke dalam versi Inggris The Grass Is Greener on the Other Side yang diangkat dari film Tonari no Shibafu dan disiarkan di Amerika. Dari semua karyanya, cerita Oshin yang sangat terkenal sampai keseluruh dunia. Cerita Oshin yang awalnya hanya sebuah serial televisi pagi asadora di Jepang langsung mendapat penghargaan sebagai drama terbaik karena ceritanya banyak menginspirasi banyak orang. Kemudian pada tahun 2013, Oshin kembali ditayangkan ke layar lebar Bioskop dan kembali mendapt apresiasi dari masyarakat.Seiring perkembangan zaman, cerita Oshin dibuat dalam versi kartun atau animedan dipublikasikan melalui media internet youtube sehingga movie anime Oshin bisa ditonton oleh semua negara. Penghargaan yang terima Sugako adalah Broadcasting Cultural Award, Golden Arrow dan Best Distinguished Achievement Award tahun 1979. Empat tahun kemudian ia menerima CulturalAchievement Award dan Kikuchi Kan Award sertapenghargaan atas kategori Penulis Naskah Lokal Berprestasi. 50 BAB III ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “ OSHIN” KARYA HASHIDA SUGAKO

3.1 Sinopsis Cerita Novel “ OSHIN”