1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan –tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang
diturunkan memiliki arti mengarahkan, mengajar, memberikan suatu petunjuk ataupun induksi. Akhiran –tra menunjukkan suatu sarana atau alat. Sastra secara
harfiah berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi ataupun pengajaran. Sastra hakikinya merupakan sarana untuk menyampaikan pendidikan dan
pengajaran. Dari segi pendidikan, sastra sebagai wahana untuk mewariskan budaya bangsa dari generasi ke generasi, berupa gagasan dan pemikiran , bahasa, pengalaman
sejarah, nilai-nilai budaya dan tradisi. Dari segi pengajaran, peminat sastra dapat mengambil manfaat Mursini dalam Simanjuntak, 2011:2. Dalam arti sastra memberi
sesuatu atau nilai yang berguna bagi kehidupan. Pada hakikatnya, sastra memiliki berbagai genre sastra yaitu puisi, drama dan
prosa. Genre sastra berbentuk prosa yang paling populer dan paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat adalah novel
http:www.academia.edu4497964Artikel_Hoby_Prosa. Menurut Badudu dan Zain dalam Aziez dan Abdul 2010:2, novel merupakan karangan dalam bentuk prosa
tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari tentang suka duka, kasih dan benci, tentang watak dan
jiwa para tokoh. Para tokoh diceritakan mulai dari waktu kecil hingga mejadi
2
dewasa. Cerita tersebut bergerak dari satu adegan ke adegan lain, dari suatu tempat ke tempat lain dengan waktu yang cukup panjang dan di dalamnya tertanam nilai-nilai
kehidupan yang dikemas menjadi sebuah cerita menarik yang mendatangkan inspirasi bagi para pembaca.
Novel sebagai salah satu cipta sastra yang bertujuan untuk memunculkan nilai-nilai positif bagi penikmatnya karena di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya
sosial, moral, agama dan pendidikan sehingga mereka peka terhadap masalah- masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan dapat mendorong pembacanya
untuk berperilaku yang baik. Seperti yang diutarakan oleh Horatius dalam Teeuw 1984:51, tujuan
sastrawan menciptakan sebuah karya sastra novel untuk docere, delektare dan movere yaitu memberikan ajaran, kenikmatan dan menggerakan pembaca ke kegiatan yang
bertanggung jawab. Dengan kata lain, novel dihadirkan bukan hanya sebagai media hiburan saja, melainkan sebagai media pendidikan dan pengajaran kepada
pembacanya. Dalam hal ini banyak novel Jepang yang memberikan nilai pendidikan maupun moral yang baik karena di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang
mendatangkan inspirasi bagi penikmatnya. Salah satunya adalah Novel “OSHIN” karya Hashida Sugako.
Novel “OSHIN” merupakan novel inspiratif yang menceritakan kisah hidup dan perjuangan seorang wanita bernama Oshin yang lahir di sebuah keluarga
pedesaan yang sangat miskin di Yamagata, hingga akhirnya berkat tekat dan kerja kerasnya menjadikannya seorang pengusaha sukses di Jepang. Perjalanan hidup
Oshin diceritakan mulai dia masih anak-anak sampai dewasa. Oshin adalah anak
3
petani miskin yang bekerja menggarap tanah milik orang lain di desa. Walaupun miskin tetapi Oshin adalah anak yang sangat percaya diri, ceria, berpendirian yang
kuat, jujur, berani, rajin dan optimis. Dari kecil dia sudah merasakan kerasnya hidup, membanting tulang demi membantu kebutuhan keluarganya. Pekerjaan apapun dia
lakukan mulai dari bekerja sebagai pengasuh anak, pembantu rumah tangga, penjahit baju dan penata rambut. Tidak ada kata malas dalam hidupnya. Siang dan malam dia
bekerja tanpa mengenal rasa lelah. Semua itu semata-mata hanya untuk membahagiakan keluarganya. Kehidupan yang dilaluinya penuh derita dan air mata
namun dia tak mau larut dalam kesedihan. Segala kesulitan mampu dihadapinya. Dia tak pernah mengeluh atau pun menyerah pada keadaan. Pada akhirnya, berkat
keberanian, kerja keras yang tak kenal lelah dan pantang menyerah, dia berhasil meraih impiannya tersebut. Kesuksesan yang telah dicapainya pun tidak
menjadikanya seorang yang tamak, sombong ataupun menjadi lupa diri bak kacang lupa kulitnya. Ia selalu jujur dan tulus kepada semua orang termasuk dalam hal
membantu. Ia tak lupa membantu orang di sekitarnya apalagi orang tersebut sangat membutuhkan pertolongannya.
Berdasarkan uraian di atas ternyata di dalam cerita novel “OSHIN” karya Hashida Sugako mengandung nilai-nilai pendidikan dan pengajaran yang dapat
memberikan efek-efek positif kepada pembaca. Nilai-nilai yang disampaikan dalam novel ini antara lain nilai keberanian, nilai kejujuran dan kemurahan hati yang
merupakan nilai moral yang dipedomani oleh masyarakat Jepang yang dikenal dengan istilah nilai Moral Bushido. Nilai moral Bushido merupakan ajaran yang
sudah mendarah daging dan menjadikan karakteristik Bangsa Jepang. Ajaran ini
4
berpegang teguh pada nilai etika dan moralitas.Bushido artinya tata cara berprilaku ksatria. Bushido mengandung keharusan seorang samurai untuk senantiasa
memperhatikan kejujuran, keberanian, kemurahan hati, kesopanan, kesungguhan, kehormatan atau harga diri, kesetiaan dan pengendalian diri Suryohadiprojo,
1982:49. Setelah penulis membaca novel “OSHIN” karya Hashida Sugako ternyata
novel ini sangat bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis dalam memahami dan memaknai nilai keberanian, nilai kemurahan hati dan kejujuran yang diungkapkan
lewat cerita novel “OSHIN” karya Hashida Sugako. Dengan alasan yang diuraikan di atas maka penulis merasa tertarik untuk
membahas nilai keberanian, nilai kejujuran dan nilai kemurahan hati berlandaskan nilai moral Bushido yang terdapat dalam cerita novel “OSHIN” karya Hashida
Sugako yang dapat dijadikan cerminan yang baik bagi pembaca khususnya bagi penulis. Untuk membahas novel yang dirasakan bermanfaat bagi pembacanya bisa
dikaji berdasarkan pendekatan pragmatik sehingga nilai-nilai keberanian, kejujuran dan kemurahan hati yang diungkapkan oleh Hashida Sugako bisa dikatakan sebagai
nilai pragmatik. Akhirnya dalam skripsi ini, penulis memilih judul “Analisis Cerita Novel ‘OSHIN’ Karya Hashida Sugako Dilihat Dari Pendekatan Pragmatik.”
5
1.2 Perumusan Masalah