Tabel 6 Matriks proses produksi beserta input, dan outputnya
Tahapan Proses Material Input
Output Komponen produk
Limbah
Casting 1. Alumunium
2. Biji besi 3. Pasir atau resin
4. Ingot 1.
Cylinder head 2. Piston
1. Scrap alumunium
2. Potongan logam
3. Resin 4.
Abu blasting 5.
Abu casting 6. Oli bekas
Machining 1. Komponen
setengah jadi dari die casting
2. Air coolant cairan pendingin
1. Cylinder comp
2. Piston 1. Potongan
logam 2. Minyak kotor
3. Scrap alumunium
Assy engine 1.
Cyl comp 2. Piston
Mesin sepeda motor 1. Paparan debu 2. Oli bekas
Painting 1.
Fuel Tank 2.
Swing Arm 3. Pigment
cairan pewarna
4. Solvent pelarut 5. Resin perekat
1. Fuel tank yang sudah diwarnai
2. Swing arm yang sudah diwarnai
1. Kerak cat paint sludge
2. Sarung tangan bekas
Welding 1. Fuel Tank yang
sudah diwarnai 2. Swing Arm yang
sudah diwarnai Frame body utuh
yang siap dirakit 1. Potongan logam
2. Asap debu
Plating 1. Logam nikel
2. Logam krom Logam tahan karat
Potongan logam Assy Wheel
1. Velg
2. Ban Ban motor yang
siap dirakit Potongan karet ban
Gen Sub Assy Unit
1. Mesin motor 2.
Frame body 3. Ban motor
Kumpulan komponen yang
sudah dirakit -
Final Assy Unit Sepeda motor yang
yang telah
selesai dirakit
Sepeda motor yang siap diuji emisi
-
Final Inspection Sepeda motor yang
siap melakukan uji emisi
Sepeda motor yang sudah sesuai standar
emisi dan
siap dipasarkan
1. Emisi gas
buangan CO
2
2. Asap Distribusi
- Sepeda Motor yang
siap didistribusi ke dealer.
-
5.3 Manajemen Penanganan Limbah di PT. XYZ
Dalam proses produksi dan pengoperasian sarana atau fasilitas pabrik akan timbul berupa buangan limbah baik berbentuk padat, cair, maupun udara. Apabila
limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. PT. XYZ melakukan pengelolaan lingkungan terhadap
limbahnya berdasarkan dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup UPL dimana manajemen penanganan
limbah tersebut juga terdokumentasi sesuai dengan prosedur ISO 14001.
5.3.1 Penanganan Limbah B3
Di PT. XYZ terdapat limbah yang termasuk bahan berbahaya dan beracun B3 seperti besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting, abu blasting, paint
sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oil bekas - minyak kotor, abu casting, sludge machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used
rags. Pengelolaan limbah B3 dari hidrokarbon seperti thinner, solar, dan oli dilakukan dengan mengumpulkan limbah tersebut pada Tempat Pembuangan
Sementara TPS, sedangkan limbah B3 berupa abu casting dan abu blasting dikelola dengan mengirimkan limbah tersebut ke suatu badan penerima yaitu PT.
Prasadha Pamunah Limbah Industri PPLI. PT. XYZ plant 2 memiliki unit tersendiri untuk menangani limbah B3
dimana terdapat dua Tempat Pembuangan Sementara TPS yang berguna untuk menampung limbah tersebut. Di plant 2, TPS 1 berfungsi sebagai tempat
pembuangan limbah B3 jenis abu blasting, paint sludge-kerak cat, scrap melting, scrap casting, WWT Sludge, oli bekas - minyak kotor, abu casting, sludge
machining, solvent, majun sarung tangan bekas, used rags. Sedangkan di TPS 2 menampung limbah B3 jenis besi campur, besi halus, alumunium, besi keriting.
TPS pada plant 2 berbentuk balok tangki yang terbuat dari logam tahan karat dan bocor sehingga tidak menghasilkan kebocoran. Pengemasan limbah B3 PT. XYZ
plant 2 sepanjang pengamatan telah dikemas dalam drum yang tahan terhadap karakteristik limbah yang disimpannya dan juga ditutup sangat erat serta diberi
label sesuai jenis dan karakteristik limbah yang disimpannya. Oleh karena itu, limbah-limbah tersebut tidak tercampur dengan limbah lain dan tetap terorganisir
dengan baik sesuai dengan tempatnya. Perizinan TPS di PT. XYZ sudah disahkan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah BPLHD setempat.
Penanganan limbah B3 telah terdokumentasi sesuai dengan ketentuan ISO 14001. Hal ini terlihat dengan adanya dokumen manifest limbah antara PT. XYZ
dengan pihak ketiga. Dokumen manifest tersebut memberikan bukti bahwa limbah B3 yang terdapat di PT. XYZ telah dialihkan kepada pihak ketiga dengan cara
menjual limbah tersebut. Penjualan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. XYZ dapat meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan dan juga kesehatan
manusia.
5.3.2 Penanganan Limbah Cair
Jenis dampak besar dari limbah cair adalah kualitas air permukaan di saluran drainase atau sungai akibat buangan domestik, Waste Water Treatment
WWT, oli bekas. Sumber dampak yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan adalah:
a. Air buangan dari kegiatan proses produksi yang diolah di WWT yaitu WWT painting dan WWT coolant. WWT Painting berfungsi untuk mengolah limbah
dari proses painting, sedangkan WWT coolant berfungsi untuk mengolah limbah dari proses die casting dan machining.
b. Air buangan dari kegiatan domestik seperti toilet dan kantin. PT. XYZ memiliki unit tersendiri untuk pengolahan limbah cair.
c. Oli bekas yang berasal dari mesin-mesin produksi dan genset. Tolak ukur dampak dari air limbah dari WWT mengacu pada SK Gub
KDKI No. 582 tahun 1995 tentang baku mutu air sungai golongan D dan baku mutu limbah cair industri. Instalasi Pengolahan Limbah Cair IPLC yang
dibangun oleh PT. XYZ atau Waste water treatment WWT terbagi menjadi 4 klasifikasi serta memiliki flow process yang berbeda sesuai dengan karakteristik
limbahnya masing-masing, yaitu: 1 WWT Die Casting, 2 WWT Machining, 3 WWT Painting dan 4 WWT Integrasi. WWT 1 sampai dengan 3 disebut dengan
WWT Pre-Treatment. Proses pengolahan yang dilakukan di WWT antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Equalisasi Chemical yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan zat kimia agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan.
2. Equalisasi Biological yaitu proses pengolahan air dengan menggunakan bakteri agar diperoleh standar baku mutu yang diinginkan
3. Dissolved Air Floating DAF yaitu proses pengangkatan minyak dan lumpur ke bagian atas tangki sehingga air bersih dapat dipisahkan dan terdapat di
bagian bawah tangki. 4. Bak Slurry yaitu proses penyimpanan lumpur hasil pengolahan limbah.
5. Filter Press yaitu proses pemerasan kandungan air yang terdapat pada lumpur hasil pengolahan limbah.
6. Bak Seeding Bioreaktor yaitu penyediaan tempat reaktivasi bakteri yang telah melemah.
7. Bak Aerasi Biological yaitu pemberian gelembung udara untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air.
Setelah mengalami pengolahan dan telah memenuhi baku mutu, air tersebut dibuang ke badan penerima yaitu sungai Cakung. Berikut Gambar yang
menunjukkan proses pengolahan limbah di WWT:
Sumber: Data sekunder PT. XYZ
Gambar 5 Proses pengolahan limbah cair di WWT PT. XYZ
5.3.3 Penanganan Limbah Udara
Jenis dampak penting dari limbah udara adalah meningkatnya pencemaran akibat adanya kegiatan di industri kendaraan bermotor roda dua seperti debu,
asap, emisi gas buang yang dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan. Sumber pencemaran emisi cerobong dari proses produksi berasal
dari lokasi-lokasi seperti rim forming, welding, plating, die casting, painting steel, painting plastic, incenerator, perparkiran dan proses pengujian akhir sepeda
motor yang menghasilkan emisi gas buang. Tolak ukur dampak kualitas udara adalah baku mutu kualitas bebas lingkungan sesuai Kep. Gub. DKI Jakarta No.
551 tahun 2001. Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan terhadap limbah udara
antara lain: 1. Memasang exhaust fan, dust collector, kipas angin di area produksi
2. Menyediakan alat pelindung diri APD berupa ear plug untuk mengatasi kebisingan dan kacamata las untuk melindungi mata karyawan dari paparan
debu. 3. Menyediakan genset sebagai energi cadangan dan ditempatkan dalam tempat
khusus. 4. Perawatan incenerator dan mesin pengangkat barang
5. Penyediaan ruang bebas rokok 6. Meletakkan cerobong di setiap titik sumber emisi untuk mengatasi masalah
asap dan debu. Upaya pengelolaan lingkungan terhadap manajemen limbah yang dilakukan
PT. XYZ tersebut membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan usaha-usaha pengelolaan seoptimal mungkin untuk mengurangi dampak pencemaran kualitas
udara. Hasil yang diperoleh berdasarkan pengujian menunjukkan kondisi kualitas udara yang masih di bawah baku mutu. Usaha-usaha tersebut juga masih terus
dilakukan di area sumber pencemaran. Pelaporan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara disampaikan kepada BPLHD DKI Jakrata dan BPLHD Jakarta
Utara. Pengelolaan lingkungan terhadap limbah yang telah diuraikan diatas secara
keseluruhan memiliki tujuan utama yaitu untuk meminimalisir dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan yang terjadi. Manajemen penanganan limbah yang telah
dilakukan PT. XYZ secara garis besar dijabarkan dalam Tabel 7 berikut ini.