1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji efektivitas penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ. 2. Menganalisis dampak kinerja SML ISO 14001 terhadap limbah.
3. Mengestimasi nilai keuntungan finansial perusahaan sebagai dampak penerapan ISO 14001.
1.4 Hipotesis Hasil Penelitian
Dari beberapa pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas, dibuat beberapa dugaan hasil penelitian yang akan dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan metode yang telah disesuaikan. Dugaan tersebut antara lain: 1. Penerapan SML di PT.XYZ telah berjalan efektif sesuai dengan standar ISO
14001. 2. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ dapat membantu perusahaan
dalam mengendalikan dampak lingkungan terhadap limbah. 3. Penerapan ISO 14001 yang dilakukan PT.XYZ memberikan manfaat
ekonomi berupa penghematan biaya lingkungan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,
referensi, dan solusi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan dari segi lingkungan dan juga ekonomi dengan menerapkan sistem
manajemen lingkungan ISO 14001. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan citra perusahaan apabila terbukti bahwa
perusahaan telah menerapkan sistem manajemen lingkungan dengan baik sesuai dengan persyaratan standar dan peraturan perundangan. Dan juga
membuktikan bahwa penerapan ISO 14001 di perusahaan tersebut telah efektif karena sudah ada manfaat yang dirasakan dari aspek lingkungan dan
juga ekonomi.
2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari selama kuliah dan mencari solusi bagi permasalahan yang
timbul di dunia nyata dan mendapatkan pengetahuan baru disamping ilmu yang dimiliki sebagai pedoman dalam penelitian.
3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai ISO 14001 serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih
lanjut.
1.6 Batasan-batasan Penelitian
Permasalahan ISO 14001 sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek sehingga penelitian ini dibatasi agar lebih terarah dan mudah dipahami. Berikut
batasan-batasan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di salah satu plant PT. XYZ yaitu plant 2 yang
berlokasi di Pegangsaan Dua Kelapa Gading, Jakarta Utara. 2. Penerapan ISO 14001 yang dibahas dalam penelitian ini merupakan
pemutakhiran sertifikasi tahun 2013. 3. Parameter limbah yang dijadikan objek penelitian dipilih berdasarkan
kelengkapan data dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. 4. Aspek ekonomi yang dijadikan bahan penelitian adalah manfaat dari sisi
ekonomi dengan adanya recycle air dan penghematan sumber daya energi yang dilakukan PT. XYZ dalam pengelolaan lingkungan untuk menunjang
pemenuhan standar ISO 14001.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
Secara umum tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan yang semaksimal mungkin, namun dengan konsep pembangunan bekelanjutan, dalam
mencari keuntungan perusahaan juga dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan Syadullah, 2010.
Industri berkelanjutan adalah industri yang dalam operasionalnya selalu melakukan perbaikan pada tiga bidang yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan.
Dalam konteks penyelamatan lingkungan hidup, langkah awal yang diperlukan adalah penyamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2.1.1 Pengelolaan Lingkungan
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan menyatakan bahwa
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistemastis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”. Di dalam UU tesebut juga menyebutkan “Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat
kebijakan ekonomi untuk mendorong Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang kearah peles
tarian fungsi lingkungan hidup”. Menurut Syadulllah 2010, pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk
memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
2.1.2 Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan sebaga hasil performa lingkungan yang efektif ditunjukkan oleh suatu perusahaan serta merupakan tingkat kinerja yang dicapai
dan cara perusahaan menjaminnya. Contoh dari pencapaian kinerja lingkungan adalah suatu perusahaan akan memenuhi persyaratan perundang-undangan jika
perusahaan tersebut memenuhi semua tuntutan, prosedur, dan standar yang disebutkan di dalam perundang-undangan Kumar, 1999.
Menurut Hadiwiardjo 1997, kinerja lingkungan diartikan sebagai hasil SML yang dapat diukur, berkaitan dengan pengendalian yang dilakukan oleh
perusahaan atas aspek lingkungannya, didasarkan pada kebijakan tujuan dan sasaran lingkungan. Standar SML tidak didesain untuk memenuhi meningkatkan
kinerja lingkungan misalnya tingkat teknologi atau limbah, namun dengan menggunakannya perusahaan dapat menjamin kemampuannya untuk memenuhi
kewajiban lingkungannya dapat dipelihara dan kecelakaan lingkungan dapat dibatasi atau dihindari.
2.1.3 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
Sistem Manajemen Lingkungan SML merupakan bagian sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan
kebijakan lingkungannya dan mengelola aspek lingkungannya. Sistem manajemen dapat pula dikatakan berupa serangkaian unsur yang saling terkait yang digunakan
untuk menetapkan kebijakan dan tujuan serta untuk mencapai tujuan tersebut mecakup struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pertanggungjawaban, praktek,
prosedur, proses dan sumberdaya SNI 19-14001-2005.
2.1.4 Konsep ISO 14001
Secara umum jika suatu perusahaan mempunyai sistem manajemen lingkungan yang baik, maka kinerja perusahaannya juga akan bertambah baik.
Standar SML mengacu pada ISO 14001. Penerapan SML ISO 14001 sebetulnya tidak perlu memulainya dari awal, tetapi dapat dimulai dengan memperbaiki dan
mengintegrasikan program-program lingkungan yang sudah ada. Organisasi atau perusahaan yang akan menerapkan SML perlu mempersiapkan hal-hal sebagai
berikut : 1. Identifikasi dan evaluasi seluruh aspek dan dampak lingkungan dari kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan. ISO 14001 tidak mengatur standar mengenai cara melakukan identifikasi dan
penilaian aspek dan dampak lingkungan, untuk melakukan penilaian aspek dan dampak lingkungan ini diserahkan kepada pemrakarsanya sendiri.
2. Kebijakan Lingkungan. Menurut Hadiwiardjo 1997, kebijakan lingkungan merupakan penggerak
untuk menerapkan dan menyempurnakan SML perusahaan sehingga dapat memelihara dan secara potensial menyempurnakan kinerja lingkungan. Kebijakan
sebaiknya mencerminkan komitmen manajemen puncak yang juga harus didukung oleh komitmen karyawan lainnya untuk mematuhi hukum yang berlaku
dan penyempurnaan berkelanjutan. Kebijakan lingkungan suatu perusahaan tertuang dalam “Pernyataan Kebijakan
Lingkungan” yang merupakan suatu deklarasi yang telah ditandatangani oleh manajemen puncak yang isinya menyatakan bahwa perlindungan lingkungan
menjadi prioritas utama Alinda, 1999. 3. Tujuan dan Sasaran Lingkungan
Suatu perusahaan yang menetapkan ISO 14000 harus menentukan tujuan dan sasaran lingkungan. Tujuan dan sasaran lingkungan yang dibuat juga harus sesuai
dengan kebijakan lingkungannya. Dalam membuat tujuan dan sasaran lingkungan, suatu perusahaan harus menetukan batasan waktunya.
4. Program-Program Lingkungan Program lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan sendiri, program lingkungan sebaiknya dibuat secara realistis dan logis dan sebaiknya membuat program yang mungkin untuk
dijalankan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Perusahaan yang membuat program lingkungan melebihi kemampuannya dapat merugikan perusahaan itu
sendiri, karena program-program ini akan dicek secara berkala dalam suatu audit. 5. Audit dan Evaluasi Program
Program-program lingkungan yang sudah dibuat tersebut di atas akan di cek secara berkala malalui program audit lingkungan. Pada saat diaudit semua
program yang sudah dituliskan dicek dan dilihat di lapangan apakah program yang dibuat dilaksanakan atau tidak. Program-program yang belum dilaksanakan
akan dipertanyakan alasan-alasannya mengapa program yang telah dibuat tidak dapat dilaksanakan. Disamping itu dalam audit lingkungan akan diketahui
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam melaksanakan kegiatan.
6. Perbaikan Manajemen Secara Berkesinambungan Tindakan perbaikan secara berkesinambungan sangat diperlukan dalam suatu
perusahaan, apabila dalam suatu audit diketahui adanya penyimpangan. Karena penyimpangan yang terjadi dapat membahayakan bagi perusahaan itu sendiri. Jadi
tindakan perbaikan yang secara berkesinambungan ini adalah merupakan jiwa dari ISO 14000 itu yaitu dalam ISO 14001 ada suatu pernyataan
“continual improvement
”.
1
Model SML ISO 14001 yang memuat persyaratannya digambarkan sebagai berikut.
Sumber: Hadiwiardjo, 1997
Gambar 2 Model Sistem Manajemen Lingkungan
Berdasarkan SNI 19-14001-2005 terdapat metodologi yang dikenal sebagai Rencanakan
– Lakukan – Periksa – Tindaki Plan – Do – Check – Act atau PDCA yang digunakan untuk meninjau kesesuaian SML dengan standar.
PDCA dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1. Rencanakan Plan yaitu menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk
memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi. Menurut Kumar 1999, perencanaan adalah menciptakan kondisi sedemikian
rupa sehingga perusahaan dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan
1
oc.its.ac.idambilfile.php?idp=1832S1_pb1_Bab4Konsep_ISO_14001 diakses tanggal 30 Januari 2013
kebijakan lingkungan, yang didasarkan pada informasi yang benar dan usulan tentang kinerja lingkungan. Perencanaan mencakup identifikasi aspek
lingkungan, persyaratan perundang-undangan, serta tujuan, sasaran, dan program lingkungan.
2. Lakukan Do yaitu menerapkan proses tersebut. Rencana SML yang telah dirancang kemudian diterapkan dan dioperasikan sebaik mungkin. Penerapan
SML tersebut meliputi: a sumberdaya, peran, tanggung jawab dan kewenangan, b Kompetisi, pelatihan dan kepedulian, c Komunikasi, d
Dokumentasi, e Pengendalian dokumen, f pengendalian operasi, dan g kesiagaan dan tanggap darurat.
3. Periksa Check yaitu memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, persyaratan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang diikuti organisasi, serta melaporkan hasilnya. Kegiatan ini juga dapat dilaksanakan dengan melakukan surveillance terhadap penerapan
SML yang telah diterapkan agar dapat ditinjau kesesuaiannya berdasarkan standar.
4. Tindaki Act yaitu melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan. Kegiatan ini dapat pula dikatakan
sebagai pengkajian manajemen yaitu mengkaji kesesuaian koreksi perbaikan SML dengan jadwal yang ditentukan sehingga terjamin keefektifan SML
secara berkelanjutan.
2.1.5 Sertifikasi ISO 14001
Sertifikasi atas ISO 14001 mempunyai arti bahwa sistem manajemen lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO 14001. Sertifikasi ISO 14001 yang dilakukan oleh pihak ketiga seperti lembaga
sertifikasi, akan dilakukan untuk semua komponen ISO 14000. Sertifikasi pihak kedua terjadi apabila melibatkan pemasok yang terkait dengan kontrak. Dalam hal
ini audit dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan produk atau jasa pemasok.
Sertifikasi diri atau sertifikasi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri mempunyai bobot yang paling kecil namun hal ini masih lebih bagus daripada
tidak ada sertifikasi. Tidak peduli proses sertifikasi mana yang akan diambil, paling sedikit ada langkah yang benar. Umumnya perusahaan memilih
menggunakan pihak ketiga, dan dalam proses sertifikasi langkah-langkah yang harus diambil adalah:
1. Perusahaan mempersiapkan diri untuk menerapkan SML yang diperlukan, yang mencakup antara lain tentang aspek, dampak, kebijakan, tujuan, sasaran
dan program manajemen lingkungan, dan penerapan SML secara konsisten di perusahaan sesuai dengan dokumentasi SML yang telah dibuatnya.
2. Perusahaan mempersiapkan dokumen yang diperlukan audit. 3. Perusahaan memilih lembaga sertifikasi SML dan mengajukan permohonan
untuk memperoleh sertifikasi. 4. Lembaga sertifikasi melaksanakan penilaian awal yang diikuti audit atau
assesmen menyeluruh pada perusahaan. 5. Perusahaan memperoleh sertifikat ISO 14001.
6. Adanya surveilans oleh lembaga sertifikasi untuk melihat bagaimana perusahaan mempertahankan SML-nya.
Dua hal yang perlu dicatat dalam sertifikasi adalah: 1. Sertifikasi yang dilaksanakan harus berdasarkan masing-masing lokasi
pabrik. 2. Umumnya sertifikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau
tiga tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh lembaga yang melakukan sertifikasi.
2.1.6 Manfaat Penerapan ISO 14001
Berbagai manfaat dapat diperoleh bila menerapkan ISO 14001 yang sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan.
Manfaat yang paling penting adalah perlindungan lingkungan. Pemenuhan persyaratan standar akan membantu pula dalam mematuhi peraturan perundang-
undangan dan sistem manajemen yang efektif. Manfaat lingkungan lainnya adalah pelestarian sumberdaya alam. Misalnya, program SML yang baik akan
mengurangi penggunaan listrik, gas, dan air. Program ini bukan hanya melestarikan sumber daya alam namun dapat pula menghemat biaya operasi
Hadiwiardjo, 1997. Manfaat yang didapatkan suatu perusahaan dengan diterapkannya ISO
14001 adalah: 1. Perlindungan lingkungan
2. Manajemen lingkungan yang lebih baik 3. Mempertinggi daya saing
4. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan 5. Penerapan sistem menajemen yang efektif
6. Pengurangan Biaya 7. Hubungan Masyarakat yang lebih baik
8. Kepercayaan dan kepuasan langganan yang lebih baik.
2
2.1.7 Limbah Industri
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat te
r tentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Pola penanganan limbah industri harus bersifat terintegrasi,
dimulai dari sumbernya, pewadahan di tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan pengolahan akhir yang dilakukan secara
aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Strategi penanganan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah hazardous waste minimization, daur
ulang dan recovery, proses pengolahan, secured landfill, proses detoksifikasi dan netralisasi, incinerator Kristanto, 2009.
2.1.8 Bahan-bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya
danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
2
oc.its.ac.idambilfile.php?idp=1832S1_pb1_Bab4Konsep_ISO_14001 diakses tanggal 30 Januari 2013
baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak danatau
mencemarkan lingkungan hidup danatau dapat membahayakan manusia. Sumber
limbah B3 adalah, setiap orang atau badan usaha yang menghasilkan limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum
limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah. Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang
dihasilkan baik dari proses produksi maupun proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap
ekosistem. Pengelompokan limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya yaitu
yang bersifat flamable mudah terbakar, explosive mudah meledak, corrosive menimbulkan karat, oxidizing waste buangan pengoksidasi, infectious waste
buangan penyebab penyakit, toxic waste buangan beracun. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengangkutan,
pengolahan dan penimbunan akhir. Tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan.
3
2.1.9 Baku Mutu Lingkungan
Baku mutu lingkungan antara lain terdiri atas baku mutu air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambient maupun lingkungan yang lain. Ketentuan
baku mutu lingkungan sendiri tertuang di dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengeloaan Lingkungan Hidup, Bab V Pasal 14, yang menyatakan bahwa:
1. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup. 2. Ketentuan mengenai Baku Mutu Lingkungan Hidup, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
3
http:hukumindustri.com201003limbah-b3-dan-non-b3-solusi-pt-tenang.html diakses tanggal
5 Maret 2013
3. Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan, pencegahan, dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan
Peraturan Pemerintah Sutrisno, 2000. Baku mutu limbah merupakan salah satu indikator kinerja lingkungan
kuantitatif yang terkait dengan tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Dalam model disebutkan 2 macam indikator kuantitatif yaitu kinerja lingkungan
Environmental Performance IndicatorEPI dan indikator kondisi lingkungan Environmental Condition IndicatorECI. Mereka adalah parameter-parameter
berbeda yang menjelaskan potensi dampak aktivitas, produk, atau jasa pada lingkungan. Parameter-parameter ini adalah hasil dari mengkarakteristikan
intervensi lingkungan atau aspek-aspek lingkungan yang telah diklasifikasikan. Jenis indikator environmental index yang sudah banyak dikenal yaitu seperti
jumlah limbah yang dhasilkan oleh perusahaan Sturm dalam Kusumawardhani, 2012.
Tabel 1 Baku mutu limbah cair untuk industri pelapisan logam
No. Parameter
Satuan Kadar Maksimum
1 Padatan Tersuspensi
mgL 60,0
2 pH
mgL 6 sd 9
3 Kadmium
mgL 0,05
4 Krom Heksavalen
mgL 0,3
5 Krom Total
mgL 1,0
6 Nikel
mgL 0,2
7 Seng
mgL 2,0
8 Tembaga
mgL 1,0
9 Timbal
mgL 0,10
10 Merkuri
mgL 0,015
11 Logam Total
mgL 8
12 Phosphat
mgL 4,0
13 Sianida
mgL 0,05
14 COD Bichromat
mgL 75,0
15 Zat Organik
mgL 50,0
16 Minyak dan Lemak
mgL 5
17 Fenol
mgL 0,4
Sumber: SK Gubernur DKI No. 582 Tahun 1995
2.1.10 Skala Likert
Menurut Riduwan dan Akdon 2010 skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah dipetakan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Variabel yang akan diukur dalam penggunaan skala likert dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel
dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat
item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan
sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut: Pernyataan positif:
a. Sangat Setuju SS
= 5 b. Setuju
S = 4
c. Netral N
= 3 d. Tidak Setuju
TS = 2
e. Sangat Tidak Setuju STS = 1
2. Pernyataan Negatif: a. Sangat Setuju
SS = 1
b. Setuju S
= 2 c. Netral
N = 3
d. Tidak Setuju TS
= 4 e. Sangat Tidak Setuju
STS = 5
2.1.11 Uji Independent t-test
Menurut Sarwono 2008, uji T digunakan untuk menilai apakah rata-rata dua kelompok secara statistik berbeda satu dengan yang lain. Penggunaan uji t
cocok ketika akan membandingkan rata-rata dua kelompok serta untuk menganalisis desain experimental posttest dua kelompok yang dipilih secara
random. Perbedaan rata-rata secara statistik ialah adanya perbedaan variabelitas atau sebaran data antara kelompok yang dibandingkan. Maksudnya dua kelompok
mempunyai perbedaan rata-rata jika sebaran data atau variabelitas berbeda satu dengan yang lain. Analisis uji t digunakan untuk menguji perbedaan tersebut.
Asumsi penggunaan uji t diantaranya: 1. Data harus terdistribusi normal
2. Data berskala interval atau rasio 3. Ada kesamaan varian dengan menggunakan nilai pengujian F atau
pengujian Levene 4. Sampel dapat dependen atau independen tergantung pada hipotesis dan
jenis sampel. Sampel independen biasanya dua kelompok yang dipilih secara random. Sedang sampel dependen dapat dua kelompok yang
dipasangkan pada variabel tertentu atau orang yang sama diuji dua kali atau disebut sebagai pengujian berulang.
2.1.12 Biaya Standar
Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit produk selama satu periode tertentu. Biaya standar
merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi sekarang maupun diantisipasi Carter Usry dalam Maninggarjati, 2012.
2.1.13 Selisih
Menurut Iyandri 2009, selisih adalah perbedaan antara standar dengan yang sesunggunnya. Selisih ini dapat digunakan manajemen untuk mengukur
prestasi, memperbaiki efisiensi, dan memberi perlakuan tertentu misalnya sanksi atau penghargaan terhadap fungsi yang bertanggungjawab. Selisih yang terjadi
dapat berupa selisih menguntungkan favorable variances atau selisih tidak menguntungkan unfavorable variances.
2.1.14 Selisih Biaya Bahan Baku
Selisih biaya bahan baku adalah selisih antara biaya bahan baku standar yang telah ditentukan dimuka dengan biaya bahan baku yang sesungguhnya
terjadi atau dikeluarkan. Hasil dari perhitungan selisih biaya standard bahan baku dengan biaya bahan baku sesungguhnya dapat menentukan apakah perusahaan
mendapatkan laba atau rugi. Selisih biaya bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut:
SBB = BBSt
– BBS Dimana:
SBB = Selisih biaya bahan baku
BBS = Biaya bahan baku yang sesungguhnya
BBSt = Biaya bahan baku sesuai standarseharusnya
Jika BBSt BBS disebut selisih laba, sedangkan jika BBSt BBS disebut selisih rugi Mulyadi, 2012.
2.2 Penelitian Terdahulu yang Terkait
Zuhriyah 2002 dalam penelitiannnya yang dilakukan di perusahaan penyamakan kulit tentang kajian manfaat ISO 14001 menyatakan bahwa syarat
utama untuk suksesnya sertifikasi ISO 14001 di suatu perusahaan yaitu kepemimpinan dan keterlibatan top manajemen, keterlibatan dan komitmen
seluruh karyawan, sumber dana, dan proyek manajemen yang baik. Penelitian ini juga membuktikan bahwa penerapan SML ISO 14001 di PT. Surya Puspita
menimbulkan penghematan biaya dalam hal pengawasan dan pembersihan lingkungan.
Penelitian mengenai efektivitas dan efisiensi pengelolaan kualitas lingkungan industri semen oleh Lestari 2004 memberikan hasil bahwa
pengelolaan kualitas lingkungan setelah pelaksanaan AMDAL dan penerapan SML ISO 14001 di pabrik semen untuk debu emisi dan ambient cukup efektif
dengan kecenderungan yang makin menurun dari waktu ke waktu. Pengelolaan lingkungan dalam kegiatan minimasasi limbah yang diterapkan untuk mengurangi
massa debu yang masuk ke lingkungan di pabrik semen dapat menghasilkan nilai efisiensi yang cukup tinggi.
Kusumawardhani 2012 memberikan hasil bahwa penerapan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa telah berjalan dengan baik sesuai dengan
standar ISO 14001. Environmental index yang dijadikan perusahaan sebagai parameter kinerja lingkungan juga membuktikan bahwa emisi yang dihasilkan
kegiatan perusahaan dapat dikendalikan dan memenuhi baku mutu.
Dari ketiga penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa penerapan ISO 14001 : 2005 pada sebuah perusahaan memberikan manfaat yang cukup besar
terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Dalam penerapan ISO 14001 : 2005 perlu adanya pemeriksaan terhadap sistem manajemen lingkungan, apakah sistem
manajamen lingkungan suatu perusahaan berjalan dengan baik sehingga memberikan kinerja yang meningkat pula yang selanjutnya akan dilanjutkan
dengan perbaikan berkesinambungan.
III KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL
Imperialisme modern saat ini menyebabkan kegiatan industrialisasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dapat mengambil
keuntungan yang sangat banyak dari kegiatan yang ada dalam industri tersebut. Namun pada kenyataannya dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia,
kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut memicu industri untuk lebih mengutamakan maximizing benefit dan minimizing cost daripada memperhatikan
lingkungan. Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan input
menjadi luaran output. Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada outputnya dengan melihat
spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbukan oleh industri diakibatkan karena adanya limbah yang keluar dari pabrik dan
mengandung bahan beracun dan berbahaya B3. Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan limbah melalui media udara, air dan tanah
yang merupakan komponen ekosistem alam. Limbah yang keluar dari pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai sumber pencemaran dan
perlu diketahui jenis bahan pencemar yang dikeluarkan, kuantitas maupun jangkauan pemaparannya.
Agar sumber pencemar tersebut dapat diatasi, maka dibuat beberapa instrumen lingkungan. Standardisasi merupakan salah satu kebijakan yang dibuat
yang berkaitan dengan lingkungan. Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah ISO 14001 yang didalamnya menyangkut aturan tentang Sistem Manajemen
Lingkungan SML. Standar ISO 14001 yang berlaku secara internasional kemudian diadopsi ke dalam terjemahan bahasa Indonesia yang termuat dalam
SNI 19-14001-2005. Dalam sektor industri penting baginya untuk menerapkan suatu pengelolaan
ataupun sistem manajemen lingkungan. Dengan menerapkan SML ISO 14001 tersebut perusahaan akan berupaya untuk tetap melindungi lingkungan disamping
tujuannya mencari keuntungan. Hal tersebut diterapkan perusahaan dengan
melakukan program-program yang dapat mengurangi pencemaran dan juga memperbaiki proses produksi hingga ke tahap ramah lingkungan semaksimal
mungkin. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji dan
membuktikan apakah penerapan ISO 14001 tersebut masih dijalankan oleh perusahaan dengan efektif atau tidak. Lalu apakah kinerja lingkungan sebagai
hasil dari penerapan ISO 14001 tersebut dapat membantu perusahaan untuk melindungi lingkungan dengan mematuhi peraturan mengenai standar kadar
limbah yang ditetapkan, dan juga bagaimana penerapan ISO 14001 dapat memberikan manfaat terhadap perusahaan dari segi ekonomi dan lingkungan.
Dari uraian tersebut, dapat dibuat alur pemikiran sebagai berikut:
Gambar 3 Bagan Alur Pemikiran Operasional Keterangan :
: Ruang Lingkup Penelitian : Keterkaitan Langsung
Peningkatan pencemaran Lingkungan
Penetapan Standar Internasional Sistem Manajemen Lingkungan
Analisis Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 di perusahaan
Penilaian Kinerja Lingkungan Perusahaan
Kinerja lingkungan berdasarkan pengukuran
limbah Benefit untuk
Perusahaan Perkembangan Industri
Analisis kuantitatif dan deskriptif
Kualitatif
Analisis kuantitatif dan uji statistik
Analisis kuantitatif dan
deskriptif
Penghematan biaya konsumsi
air dan listrik Parameter Limbah
Cair Industri
Mengkaji Kondisi
Eksisiting SML ISO
14001
Upaya Pemenuhan
Standar
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT XYZ plant 2, Jakarta Utara. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan: 1 Perusahaan memberikan izin untuk
dilakukan penelitian di tempatnya dan bersedia untuk memberikan data yang terkait dengan penelitian. 2 Perusahaan ini telah mendapat sertifikasi ISO 14001.
Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada responden yang merupakan officer head dari divisi Environment Healt and Safety EHS yang menangani ISO 14001 PT. XYZ dan memiliki
wewenang untuk memberikan penjelasan terkait penelitian. Wawancara langsung juga dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait yang dapat dijadikan informan
dalam penelitian serta observasi lapang. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki PT XYZ, seperti
dokumen terkait ISO 14001, prosedur SML ISO 14001 perusahaan, data parameter limbah cair industri, dan juga jumlah konsumsi air dan listrik. Selain itu
data sekunder diperoleh juga dari studi kepustakaan berupa buku-buku, jurnal, internet serta data pendukung dari studi literatur relevan yang terkait dengan
penelitian.
4.3 Metode Penentuan Sampel
Sampel yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah key person. Key person tersebut merupakan seseorang atau karyawan dari PT. XYZ
plant 2 yang memiliki wewenang untuk memberikan informasi terkait ISO 14001 dan juga mentor peneliti selama melakukan penelitian. Key person yang dijadikan
sumber informasi untuk penelitian di PT. XYZ berjumlah 1 orang. Sementara
informan lainnya seperti karyawan PT. XYZ yang berada di bagian produksi, Water Treatment, EHS diwawancarai secara informal.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling jenis purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak dilakukan
secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja disesuaikan dengan tujuan penelitian. Informan selain key person sebelumnya
harus dipastikan telah mendapatkan konfirmasi dari key person untuk memberikan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder yang kemudian data tersebut selanjutnya diolah secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis secara kuantitatif digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja lingkungan perusahaan yang kemudian hasilnya akan digambarkan melalui grafik
dan diuraikan secara kualitatif deskriptif. Analisis kuantitatif juga digunakan untuk mengukur kadar limbah cair perusahaan yang kemudian dilanjutkan dengan
pengujian secara statistik. Analisis kuantitatif juga dilakukan untuk menghitung estimasi manfaat secara finansial yang diperoleh perusahaan melalui program-
program lingkungan yang diterapkan. Data yang telah terkumpul kemudian diolah secara manual dengan
menggunakan software Microsoft Excel 2007, program statistik SPSS 16.0 dan juga Minitab. Untuk memudahkan menjawab tujuan-tujuan penelitian dan
pemahaman dalam melakukan proses analisis maka digunakan matriks metode penelitian seperti pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Matriks Keterkaitan antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Metode, dan
Jenis Data.
No Tujuan Penelitian
Sumber Data Metode Analisis
Data Jenis Data
1 Mengkaji efektivitas
penerapan SML ISO 14001 di PT. XYZ
Data Primer wawancara key
person melalui kuesioner
Data Sekunder dokumen
perusahaan Analisis
Kuantitatif dan Kualitatif
Penilaian kinerja lingkungan dan
informasi mengenai
implementasi SML ISO 14001
perusahaan.
2
3 Menganalisis kinerja
lingkungan terhadap limbah berdasarkan ISO
14001
Mengestimasi nilai keuntungan ekonomi
perusahaan sebagai dampak penerapan ISO
14001 Data sekuder
dokumen perusahaan
Data sekunder dokumen
perusahaan Analisis
Kuantitatif dan uji statistik
Analisis Kuantitatif
Selisih biaya bahan baku
Pengukuran limbah cair industri,
referensi peraturan yang menjadi
acuan
Perhitungan volume konsumsi
air fasum dan daya pemakaian listrik
Sumber: Penulis 2013
4.4.1 Efektivitas Penerapan SML ISO 14001 PT. XYZ
Efektivitas penerapan SML ISO 14001 dicerminkan oleh penilaian kinerja lingkungan berdasarkan SML perusahaan. Instrumen penelitian yang digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara terstruktur mengggunakan kuesioner yang diberikan kepada key person.
Kuesioner yang digunakan mengambil pola yang sesuai dengan metode PDCA ISO 14001 dan
dikembangkan dalam “Daftar Periksa Kondisi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001”. Di dalam kuesioner tersebut terdapat pertanyaan-
pertanyaan yang disusun dengan bahasa formal mengenai kesesuaian SML yang diterapkan perusahaan dengan standar ISO 14001. Pertanyaan yang tertera pada
kuesioner dijawab dalam bentuk angka 0 sampai dengan 4, yaitu: 0 = Tidak, perusahaan belum melaksanakan kegiatan ke arah ini
1 = Tidak, tetapi perusahaan ingin menerapkannya. 2 = Ya, perusahaan sudah menerapkan tetapi masih perlu penyempurnaan
untuk memenuhi standar.