Keterangan : C
j
= hasil tangkap pada hari ke- j dan E
j
= jumlah upaya pada hari ke- j.
3.4.3 Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan
A. Penentuan Indikator Keberlanjutan
Indikator keberlanjutan dianalisis secara deskriptif dengan cara pemberian bobot untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing variabel
pengukur pada indikator yang telah ditentukan. Dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu; 1 mengidentifikasikan indikator dan variabel pengukur
setiap indikator yang berpengaruh langsung pada keberlanjutan usaha pemanfaatan sumberdaya larva ikan bandeng dihubungkan dengan kondisi
Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp saat ini, 2 mengajukan indikator dan variabel pengukur setiap indikator untuk mendapatkan
persepsi responden, 3 pemberian bobot berdasarkan persepsi responden, dan 4 menghitung proporsi persepsi responden berdasarkan hasil
pembobotan pada setiap variabel pengukur pada masing-masing indikator. Besarnya skor akhir proporsi persepsi responden pada masing-masing
variabel pengukur indikator, didapat dengan memanfaatkan persamaan berikut:
Keterangan : P
i
= proposi persepsi responden dari variabel ke- i, JP
i
= jumlah persepsi responden dari variabel ke- i dan JR = jumlah responden yang menjawab.
Pertanyaan yang diajukan adalah, apakah variabel ke- i pada masing-masing indikator penting untuk usaha pemanfaatan sumberdaya larva ikan bandeng.
Pembobotan dilakukan berdasarkan skala Likert Nazir 2003, dimana bobot 3 diberikan bila sangat penting, bobot dua bila penting, dan bobot 1
bila kurang penting. Untuk menentukan variabel mana yang terpilih pada masing-masing indikator, dilakukan dengan cara memilih proporsi persepsi
dengan nilai tertinggi. Nilai proporsi pada tahapan analisis ini selanjutnya digunakan untuk analisis evaluasi keberlanjutan.
B. Evaluasi Keberlanjutan
Tujuan dari tahapan ini adalah, untuk mengevaluasi dampak dari pengelolaan pesisir Kota Jayapura Teluk Youtefa dan pesisir Kampung
Holtekamp guna menentukan kualitas implementasi dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya larva ikan bandeng, sehingga dapat dicapai
pemanfaatan yang berkelanjutan. Ditujukan untuk menilai tingkat keberlanjutan dan kinerja pemanfaat larva tersebut melalui pengukuran
tingkat pemanfaatan, guna memberikan gambaran efektivitas pemanfaatannya agar tujuan dan sasaran yang diinginkan dapat dicapai.
Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah: 1 Kriteria efesiensi
Variabel yang digunakan untuk penilaian kriteria efisiensi, adalah variabel dari indikator ekonomi yang terpilih. Pertanyaan yang diajukan adalah,
apakah variabel ke- i dari indikator ekonomi penting untuk usaha pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng.
2 Kriteria keberlanjutan Variabel yang digunakan untuk penilaian kriteria keberlanjutan, adalah
variabel dari indikator ekologi dan kebijakan yang terpilih. Pertanyaan yang diajukan adalah, apakah variabel ke- i dari indikator ekologi dan kebijakan
penting untuk usaha pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng. 3 Kriteria pemerataan.
Variabel yang digunakan untuk penilaian kriteria pemerataan, adalah variabel dari indikator sosial yang terpilih. Pertanyaan yang diajukan
adalah, apakah variabel ke- i dari indikator sosial penting untuk usaha pemanfaat sumberdaya larva ikan bandeng.
Selanjutnya dilakukan perbandingkan antara nilai riil saat ini dengan CTV Crtitical Treshold Value dari masing-masing variabel terpilih pada setiap
indikator dengan teknik amoeba. CTV merupakan nilai kritis atau nilai
ideal dari setiap variabel terpilih. Masing-masing nilai riil variabel memiliki konsekuensi yang berbeda terhadap CTV-nya, dimana setiap nilai variabel
tersebut memiliki konsekuensi positif terhadap nilai CTV-nya. Semakin besar nilai riil dari CTV-nya, semakin baik keragaan variabel tersebut
Glasser and Diele 2004; Adrianto 2007.
3.4.4 Multi Criteria Desicion Making MCDM
Analisis Multi Criteria Decision Making MCDM, digunakan untuk menentukan skenario terbaik pengelolaan pesisir Kota Jayapura terutama kawasan
Teluk Youtefa dan pesisir Kampung Holtekamp, guna menunjang pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan termasuk di dalamnya pemanfaatan larva
ikan bandeng. Teknik analisis data menggunakan software simple multi atribut rating technigues
SMART. Teknik SMART merupakan keseluruhan proses dari perantingan skenario- skenario dan pembobotan dari atribut yang ada.
Tahapan dalam analisis MCDM adalah: 1
Merumuskan skenario atau alternatif pengelolaan pesisir Kota Jayapura. 2
Menentukan kriteria dan subkriteria yang akan digunakan untuk menilai skenario yang telah dirumuskan.
3 Menyusun struktur hirarki pengelolaan perikanan berkelanjutan, dimulai
dari tujuan yang ingin dicapai, kriteria yang digunakan, subkriteria, sampai pada skenario alternatif yang dirumuskan dan relevan dengan pengelolaan
pesisir Kota Jayapura. 4
Menentukan bobot atau skor pada setiap subkriteria. Bobot suatu skenario alternatif dengan kriteria yang harus diambil disusun
berdasarkan matriks yang dapat dilihat pada Tabel 6 Fauzi dan Anna 2001. Tabel 6 Matriks pembobotan dalam analisis MCDM
Kriteria – j C
1
C
2
C
3
….. C
m
Bobot – j W
1
W
2
W
3
…. W
m
S1 a
1
X
11
X
12
X
13
…. X
1m
S2 a
2
X
21
X
22
X
23
…. X
2m
S3 a
3
X
31
X
32
X
33
…. X
3m
… … … … … … …
S
m
a
n
X
n1
X
n2
X
n3
… X
nm
Keterangan : S
i
i = 1,2,3, ... m = skenario pilihan yang ada, C
j
j = 1,2,3, ..., m = kriteria dengan bobot W
j
, dan a
ij
i = 1,2,3, ... m; j = 1,2,3, ... n = pengukuran keragaan dari suatu skenario A
i
berdasarkan kriteria C
j
. Dalam penelitian ini, kriteria yang ditentukan untuk analisis MCDM adalah,
kriteria ekologi, ekonomi, dan sosial. Sedang subkriteria yang dipilih sebagai penilai bagi setiap kriteria pada masing-masing skenario yang dirumuskan diambil
dari hasil analisis indikator untuk keberlanjutan. Proses pemilihan subkriteria ini dilakukan berdasarkan nilai tertinggi yang masuk dalam kelas nilai terpilih.
Penentuan kelas nilai terpilih menggunakan persamaan interval kelas, sebagai berikut Djarwanto 1993 in Nazir 2003:
Keterangan : Range
= nilai maksimum – nilai minimum, dan k = jumlah kelas. Nilai k, diperoleh dengan memanfaatkan persamaan Sturge in Nazir 2003, yaitu:
Keterangan : n = jumlah kelas yang diinginkanditentukan 2 kelas.
Tahapan berikutnya adalah tahapan fungsi agregasi Agregation Functions. Pada tahapan ini dilakukan perhitungan rata-rata geometrik dari hasil yang
diperoleh pada masing-masing subkriteria. Rata-rata geometrik dihitung dengan menggunakan formula:
Keterangan : y
= rata-rata geometrik, n = jumlah responden dan S
i
= persepsi responden ke- i, sehingga persamaan menjadi:
Proses interaksi dalam analisis MCDM, menggunakan perangkat lunak Decision
Criterium Plus.
4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis
4.1.1 Letak dan Luas Wilayah
Kota Jayapura terletak di tepian Teluk Yos Sudarso dan secara geografis berada pada posisi antara 1
28’ 17.26” hingga 3 58’ 0.28” Lintang Selatan dan
antara 137 34’ 10.6” hingga 141
0’ 8.22” Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan
dengan Samudera Pasifik, sebelah selatan dengan Kabupaten Kerom, sebelah timur dengan Negara Papua New Guinea PNG dan sebelah barat dengan Distrik
Sentani dan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura. Luas masing-masing distrik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Luas wilayah Distrik di Kota Jayapura
Distrik Luas wilayah
km
2
Jayapura Utara 51.00
Jayapura Selatan 43.40
Abepura 155.70
Heram 63.20
Muaratami 626.56
Sumber : BAPPEDA Kota Jayapura 2008.
Selanjutnya luas masing-masing kelurahan dan kampung yang termasuk dalam lokasi penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Luas kelurahan dan kampung lokasi penelitian
KelurahanKampung Luas wilayah km
2
Kel. Entrop 16.94
Kamp. Enggros 19.05
Kel. Waymhorock 19.65
Kamp.Yoka 16.19 Kamp. Holtekamp
18.73
Sumber : BAPPEDA Kota Jayapura 2008 .
4.1.2 Keadaan Iklim
Data Badan Meterologi dan Geofisika BMG wilayah V Jayapura tahun 2008, menunjukkan curah hujan Kota Jayapura bervariasi antara 29 sampai 456
mm per tahun. Rata-rata jumlah hari hujan bervariasi antara 9 sampai 24 hari per tahun. Suhu harian bekisar antara 24.2 °C sampai 32.6 °C. Kelembaban udara