Sulliva 1954 in Hayes and Laevastu 1982 menyatakan bahwa, pengaruh suhu terhadap ikan antara lain; 1 sebagai modifier proses metabolik kebutuhan
makan dan pertumbuhan, 2 sebagai modifier bagi aktivitas badan laju renang, dan 3 sebagai stimulus saraf. Dikatakan oleh Lee et al. 1986, ikan bandeng
dapat mentolerir kisaran suhu dari 10 C hingga 40
C, hidup sehat pada suhu 15
C hingga 30 C, dengan pertumbuhan optimal pada suhu 25
C hingga 30 C.
Hasil penelitian Villaluz and Unggai 1983 in Watanabe 1986 menemukan bahwa, pertumbuhan dan perkembangan larva ini cepat pada suhu 28.9
C hingga 35.2
C, sedang pada suhu 23.7 C hingga 28.9
C, dan lambat pada suhu 17.5 C
hingga 23.6 C.
Pengkonsentrasian makanan ikan sangat erat hubungannya dengan suhu, disamping beberapa faktor linkungan lain. Dengan mengetahui suhu optimum
suatu spesies ikan akan dapat digunakan untuk meramal daerah konsentrasi ikan, kelimpahan musiman, dan distribusi atau migrasi ikan Baskoro et al. 2004. Dari
studi kebiasaan makan juvenil milkfish yang diambil dari lagoons payau di Tarawa Selatan Kiribati oleh Luckstadt and Reiti 2002, dimana suhu perairan pada
pukul 06.00 adalah 27.2 C dan 35.2
C pada pukul 16.00, makanan yang ditemukan mendominasi isi perut juvenil milkfish di perairan tersebut adalah
Chlorophycea dan Cyanophycea yang merupakan jenis algae hijau bersel tunggal.
2.3.2 Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh garam dalam gram yang terdapat didalam satu kilogram air laut. Salinitas bersifat lebih stabil di lautan
terbuka, dibanding daerah intertidal Nybakken 1986. Fluktuasi salinitas di intertidal dapat terjadi karena upwelling, masuknya air tawar dalam debit yang
besar, dan atau karena pengaruh hujan yang turun secara terus menerus. Namun demikian, perubahan salinitas ini relatif kecil kecuali daerah dekat sungai yang
mengeluarkan debit air tawar dalam jumlah besar Kinne 1963; Nybakken 1986. Menurut Kinne 1963, fluktuasi salinitas berdampak pada perubahan masa air
dan perubahan stabilitas kondisi suatu perairan yang mana dapat mempengaruhi derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme perairan. Hal ini
disebabkan dalam tahapan pertumbuhan ikan, perubahan salinitas akan mempengaruhi pengaturan osmotik ikan dan menentukan daya apung dari telur-
telur ikan pelagis. Ditambahkan oleh Hayes and Laevastu 1982, salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam hubunganya dengan
penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan lingkungannya. Pengaruh ini berbeda pada setiap organisme baik fitoplankton, zooplankton, maupun
iktioplankton. Menurut Lignot et al. 2000, meski iktioplankton biasanya dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmotik, namun cenderung memilih perairan
dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya, sehingga secara langsung akan sangat mempengaruhi distribusinya.
Beberapa spesies ikan dapat hidup pada salinitas yang berbeda-beda, tetapi ada pula yang hanya dapat hidup pada salinitas tertentu. Duenas and Young
1984 in Watanabe 1986, mendapati larva ikan bandeng pada nol hari sampai hari ke tujuh tergolong euryhaline sedang 8-7 ‰, pada hari ke tujuh hingga ke
empat belas stenohaline 27-28 ‰, dan euryhaline tinggi 0-70 ‰ pada hari ke dua puluh satu.
Hasil studi Lin et al. 2003, tentang expresi Natrium Na, Kalium K, dan Adenosin Tri Phospat Na,K-ATPase insang juvenil milkfish terhadap
penyesuaian salinitas, menunjukkan bahwa aktivitas NKA meningkat bersamaan dengan meningkatnya protein. Peningkatan NKA pada insang juvenil di perairan
tawar lebih tinggi dibanding pada air payau sedang pada juvenil di air laut sangat kecil. Hasil studi ini menunjukkan, perubahan salinitas yang sangat ekstrim akan
mengakibatkan peningkatan kebutuhan protein yang lebih banyak untuk meningkatkan NKA sebagai upaya osmoregulator untuk beradaptasi terhadap
kondisi lingkungan yang hiposaline. Dengan kata lain, peningkatan osmoregulasi terhadap perubahan salinitas yang sangat ekstrim, akan menyerap sebagian besar
protein guna meningkatkan aktivitas NKA dengan maksud menyediakan energi untuk bergerak dibandingkan untuk pertumbuhan. Oleh sebab itu dapat
dikatakan juga bahwa meski ikan bandeng adalah spesies euryhaline namun perubahan salinitas yang sangat ekstrim dapat menghambat pertumbuhannya.
2.3.3 Arus