Melena et al. 2000 menyatakan bahwa, ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologi dan ekonomi bagi kehidupan di bumi. Terdapat 6 fungsi ekosistem
mangrove ditinjau dari ekologi dan ekonomi, yaitu: 1. Menyediakan daerah asuhan untuk ikan, udang, dan kepiting, serta
mendukung produksi perikanan di wilayah pesisir. 2. Menghasilkan serasah daun dan bahan-bahan pengurai yang berguna sebagai
bahan makanan hewan-hewan estuari dan perairan pesisir. 3. Melindungi lingkungan sekitar dengan melindungi daerah pesisir dan
masyarakat di dalamnya dari badai, ombak, pasang surut, dan topan. 4. Menghasilkan bahan organik organic biomass yaitu karbon dan
menurunkan polusi bahan organik di daerah perairan pesisir dengan menjebak dan menyerap berbagai polutan yang masuk ke dalam perairan
tersebut. 5. Menyediakan daerah wisata untuk pengamatan burung, dan pengamatan
jenis-jenis satwa lainnya. 6. Menyediakan kayu api untuk bahan bakar, kayu untuk bahan bangunan, daun
nipah untuk atap dan kerajinan tangan, serta lahan tambak untuk budidaya
perikanan.
2.4 Sumberdaya Larva Ikan Bandeng
2.4.1 Pendugaan Kelimpahan Stok
Stok didefenisikan sebagai suatu subgugus dari satu spesies yang mempunyai parameter pertumbuhan dan mortalitas yang sama serta menghuni
suatu wilayah geografis tertentu. Merupakan kelompok hewan terpisah secara geografis tetapi hidup bercampur dengan kelompok lainnya Sparre and Venema,
1999. Definisi stok yang lain yang diberikan oleh Gulland 1983 in Sparre and Venema 1999, bahwa suatu subkelompok dari satu spesies dapat diperlakukan
sebagai satu stok jika perbedaan dalam kelompok tersebut dan percampuran dengan kelompok lain mungkin dapat diabaikan tanpa membuat kesimpulan yang
absah. Pengkajian stok dimaksudkan untuk mendeskripsikan hubungan antara
proses masukan dan keluaran serta alat yang digunakan, yang disebut model. Dapat diartikan sebagai upaya pencarian tingkat pemanfaatan maksimum untuk
memberikan saran dalam pemanfaatan jangka panjang suatu sumberdaya. Model pengkajian stok terbagi atas model analitik dan model holistik. Model analitik
lebih dapat mengeluarkan hasil peramalan yang lebih dapat dipercaya, karena deskripsi stok dilakukan berdasarkan data yang lebih rinci. Data tersebut
mencakup; 1 data survival, 2 data hasil tangkapan dan upaya, 3 data frekuensi panjang, 4 tangkapan per upaya, dan 5 data frekuensi umur dalam
runtun waktu tertentu. Model holistik digunakan pada keadaan dimana data yang tersedia terbatas pada; 1 data survival saja, 2 data hasil tangkapan dan upaya
saja, 3 data frekuensi panjang saja, dan atau 4 data tangkapan per upaya dan frekuensi panjang saja. Model holistik tidak mengharuskan untuk menggunakan
data struktur umur atau panjang ikan, tetapi mengganggap stok ikan tersebut sebagai biomassa yang homogen. Oleh sebab itu dalam model holistik, tipe data
apapun yang dipunyai dapat digunakan untuk menghasilkan informasi dan saran- saran Sparre and Venema 1999.
Aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengkajian stok adalah metode yang hendak digunakan untuk menganalisa kumpulan data yang dimiliki.
Untuk mengkaji stok sesaat standing stock dari benih alam komersial dan ikan demersal, dapat dilakukan dengan metode trawl dasar Sparre and Venema
1999. Model holistik yang paling sering digunakan adalah metode swept area alur sapuan efektif per luas sapuan Widodo et al. 1998; Sparre and Venema
1999. Ditambahkan oleh Sparre and Venema 1999, metode swept area didasarkan pada ”hasil tangkapan per satuan area” dari survei dengan trawl.
Ukuran dari suatu stok ikan dalam suatu perairan dapat dinyatakan dalam jumlah total individu maupun berat total individu biomassa. Jumlah total
individu maupun biomassa suatu stok ikan di laut sulit diukur secara langsung. Oleh sebab itu dalam menduga ukuran stok ikan seringkali digunakan jumlah atau
berat relatif yang dinyatakan sebagai densitas atau kelimpahan abundance. Densitas atau kelimpahan ikan diartikan sebagai jumlah atau berat individu yang
disapu oleh alat tangkap pada luasan tertentu CPUA Effendie 1997; Widodo et al.
1998. Nilai dugaan CPUA menurut Sparre and Venema 1999, adalah hasil tangkapan dibagi luas sapuan mil laut, km
2
atau m
2
. Luas sapuan disimbolkan dengan “A” dan diasumsikan sebagai perkalian antara panjang alur dengan lebar
mulut jaring trawl dan atau seser. Lebar mulut jaring tersebut tidak akan berbeda untuk tiap tarikan. Posisi awal dan posisi akhir tarikan perlu ditentukan
untuk menghitung jarak sapuan. Akurasi nilai dugaan kelimpahan ini bergantung pada akurasi dari nilai dugaan luas sapuan. Ditambahkan pula oleh Aziz 1989,
pendugaan kelimpahan stok atau kelimpahan relatif adalah penting dalam menejemen perikanan sebagai suatu langkah untuk menduga parameter penting
lainya. Beberapa pendugaan kelimpahan diperlukan untuk mengevaluasi dampak dari besarnya unit dan usaha menejemen terhadap suatu populasi ikan, disamping
untuk menduga laju eksploitasi akibat penangkapan atau sebab lain.
2.4.2 Faktor Kondisi