mulut jaring trawl dan atau seser. Lebar mulut jaring tersebut tidak akan berbeda untuk tiap tarikan. Posisi awal dan posisi akhir tarikan perlu ditentukan
untuk menghitung jarak sapuan. Akurasi nilai dugaan kelimpahan ini bergantung pada akurasi dari nilai dugaan luas sapuan. Ditambahkan pula oleh Aziz 1989,
pendugaan kelimpahan stok atau kelimpahan relatif adalah penting dalam menejemen perikanan sebagai suatu langkah untuk menduga parameter penting
lainya. Beberapa pendugaan kelimpahan diperlukan untuk mengevaluasi dampak dari besarnya unit dan usaha menejemen terhadap suatu populasi ikan, disamping
untuk menduga laju eksploitasi akibat penangkapan atau sebab lain.
2.4.2 Faktor Kondisi
Faktor kondisi merupakan keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dalam angka. Faktor kondisi ikan berkorelasi dengan panjang tubuh, jenis
kelamin, tingkat kematangan gonad, dan umur ikan. Selain itu, faktor kondisi juga digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan kondisi perairan dan
kualitas air dengan ikan. Oleh sebab itu, perhitungan faktor kondisi dapat digunakan sebagai indikator kondisi perairan bagi pertumbuhan ikan. Perhitungan
faktor kondisi, didasarkan pada panjang dan berat ikan Royce 1972 in Effendi 1997. Ditambahkan oleh Oymak et al. 2001, faktor kondisi bervariasi menurut
pertumbuhan, umur serta kebiasaan makan, dan kepadatan ikan di suatu perairan.
2.5 Analisis Alokasi Upaya dan Perilaku Pengumpul Larva Ikan Bandeng
Menurut Bene and Tewfik 2000, untuk memelihara sumberdaya ikan yang sehat guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan
sumberdaya tersebut perlu memperhitungkan dinamika stok serta memperhatikan; integrasi antara dinamika armada, perilaku nelayan, dan dinamika aturan. Oleh
sebab itu, suatu peraturan yang dibuat untuk mengatur pengusahaan suatu sumberdaya perikanan agar dapat menjamin keberlanjutan sumberdaya tersebut
dan aktivitas masyarakat yang memanfaatkannya dapat berjalan dengan baik, maka seluruh proses yang mempengaruhi dinamika sumberdaya tersebut harus
dipahami dengan baik. Suatu contoh diberikan oleh Hilborn 1985 in Bene and Tewfik 2000, tentang krisis yang terjadi pada pengelolaan ikan Cod dan Salmon
di Canada pada tahun 1980-an. Pada krisis ini, penurunan stok kedua sumberdaya
tersebut bukan disebabkan oleh ketidaktahuan nelayan tentang berapa stok yang harus dimanfaatkan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh kurangnya pemahaman
tentang bioekologi kedua ikan tersebut dan pengaturan nelayan. Pendekatan analisis sistem dalam menentukan alokasi upaya penangkapan
dan perilaku nelayan merupakan kerangka analisis multidisipliner terpadu untuk menganalisa hubungan interaksi antara komponen berbeda dari pengusahaan
suatu sumberdaya perikanan. Komponen-komponen tersebut terdiri atas; mekanisme biologis, ekonomis, dan sosial yang secara langsung menentukan
keberlanjutan usaha. Dalam analisis sistem, pemahaman respon nelayan terhadap perubahan biologi, ekonomi, dan kondisi kebijakan aturan dapat digunakan
sebagai masukan yang sangat menunjang untuk merancang upaya pengelolaan sumberdaya tersebut. Keistimewaan dari analisis ini adalah, data yang digunakan
dapat berupa data harian, bulanan, atau tahunan tergantung fenomena yang diamati. Disamping itu, dapat juga digunakan data kualitatif seperti, data hasil
penelitihan sebelumnya dan data pribadi yang tidak dipublikasikan untuk menggambarkan karakteristik sosial dari masyarakat yang menjadi objek
pengamatan Bene and Tewfik 2000. Pendekatan analisis sistem untuk menduga alokasi upaya penangkapan dan
perilaku nelayan dapat dilakukan melalui perhitungan; 1 indeks musiman bulanan Ij dalam persen, 2 prakiraan keuntungan ekonomi, dan 3 perilaku
nelayan. Tujuannya adalah, untuk mengetahui apakah nelayan memberikan respons terhadap setiap musim kelimpahan dan keuntungan yang akan diperoleh.
Hasil analisis ini digunakan untuk mempelajari fenomena yang terjadi pada pemanfaatan suatu sumberdaya larva ikan disuatu kawasan perairan tertentu Bene
and Tewfik 2000.
2.6 Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan