telur ikan pelagis. Ditambahkan oleh Hayes and Laevastu 1982, salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam hubunganya dengan
penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan lingkungannya. Pengaruh ini berbeda pada setiap organisme baik fitoplankton, zooplankton, maupun
iktioplankton. Menurut Lignot et al. 2000, meski iktioplankton biasanya dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmotik, namun cenderung memilih perairan
dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya, sehingga secara langsung akan sangat mempengaruhi distribusinya.
Beberapa spesies ikan dapat hidup pada salinitas yang berbeda-beda, tetapi ada pula yang hanya dapat hidup pada salinitas tertentu. Duenas and Young
1984 in Watanabe 1986, mendapati larva ikan bandeng pada nol hari sampai hari ke tujuh tergolong euryhaline sedang 8-7 ‰, pada hari ke tujuh hingga ke
empat belas stenohaline 27-28 ‰, dan euryhaline tinggi 0-70 ‰ pada hari ke dua puluh satu.
Hasil studi Lin et al. 2003, tentang expresi Natrium Na, Kalium K, dan Adenosin Tri Phospat Na,K-ATPase insang juvenil milkfish terhadap
penyesuaian salinitas, menunjukkan bahwa aktivitas NKA meningkat bersamaan dengan meningkatnya protein. Peningkatan NKA pada insang juvenil di perairan
tawar lebih tinggi dibanding pada air payau sedang pada juvenil di air laut sangat kecil. Hasil studi ini menunjukkan, perubahan salinitas yang sangat ekstrim akan
mengakibatkan peningkatan kebutuhan protein yang lebih banyak untuk meningkatkan NKA sebagai upaya osmoregulator untuk beradaptasi terhadap
kondisi lingkungan yang hiposaline. Dengan kata lain, peningkatan osmoregulasi terhadap perubahan salinitas yang sangat ekstrim, akan menyerap sebagian besar
protein guna meningkatkan aktivitas NKA dengan maksud menyediakan energi untuk bergerak dibandingkan untuk pertumbuhan. Oleh sebab itu dapat
dikatakan juga bahwa meski ikan bandeng adalah spesies euryhaline namun perubahan salinitas yang sangat ekstrim dapat menghambat pertumbuhannya.
2.3.3 Arus
Arus berperan dalam transportasi ikan dan larvanya di laut. Karakter arus bervariasi setiap tahun dan berperan penting dalam migrasi musiman ikan pelagis
dan semi pelagis. Anomali arus permukaan dapat mempengaruhi distribusi
iktioplankton, juwana, dan juga migrasi pemijahan ikan Laevastu and Hayes 1982. Menurut Wahbah et al. 2001, adanya arus yang berlawanan akan
menjadi perangkap bagi keberadaan makanan ikan di laut. Pola aliran arus mempengaruhi pola penyebaran nutrient, transport sedimen, plankton, ekosistem
laut, dan geomorfologi pantai. Sverdrup et al. 1972, membagi arus laut ke dalam tiga golongan besar, yaitu :
1. Arus yang disebabkan oleh perbedaan sebaran densitas di laut, dimana arus
dengan densitas lebih berat akan mengalir ke tempat air berdensitas lebih ringan. Arus jenis ini biasanya memindahkan sejumlah besar massa air ke
tempat lain. 2.
Arus yang ditimbulkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut. Arus jenis ini biasanya membawa air ke satu jurusan dengan arah yang sama
selama satu musim tertentu. 3.
Arus yang disebabkan oleh pasang surut. Arus jenis ini mengalir bolak balik dari dan ke pantai atau berputar.
Pada daerah teluk, pola arus lebih didominasi oleh pasang surut dan angin. Pengaruh gaya pasang surut untuk membangkitkan arus jauh lebih besar
dibanding yang dibangkitkan oleh gaya gesek angin pada permukaan air laut.
2.3.4 Ketersediaan Makanan
Di perairan, keberadaan makanan dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik seperti; suhu, cahaya, ruang, dan luas permukaan. Selanjutnya jenis makanan ikan
dipengaruhi oleh umur, tempat, dan waktu Effendi 1997. Suresh et al. 2006 menyatakan bahwa, jenis makan yang dimakan oleh ikan berbeda menurut spesies
dan umur. Jenis makan pun dapat berbeda pada spesies yang sama tetapi berbeda tempat. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan suatu jenis makan di habitat
tersebut. Umumnya makanan yang pertama kali dimakan oleh semua ikan dalam
mengawali hidupnya fase larva dan juvenil adalah plankton bersel tunggal yang berukuran mikroskopis. Dapat berupa fitoplankton atau zooplankton Sverdrup et
al . 1972; Nybakken 1986; Odum 1993. Dari hasil studi kebiasaan makan juvenil
milkfish di lagoons payau Tarawa Selatan Kiribati, yang dilakukan oleh Luckstadt
and Reiti 2002, ditemukan makanan yang dominan dalam saluran pencernaan
juvenil milkfish adalah jenis algae hijau bersel tunggal yang terdiri dari
Chlorophycea dan Cyanophycea yang mencapai 60 dari total isi saluran pencernaan, baik pada siang maupun malam hari. Sementara itu Diatome,
Copepoda, Phyleeopod, dan Naupli hanya merupakan bagian kecil dari isi perut mereka.
Komunitas fitoplankton akan mengalami suatu suksesi dominasi jenis secara terus menerus, yang dipengaruhi oleh; cahaya, konsentrasi dan rasio unsur hara,
serta bentuk-bentuk kimia unsur hara Goldman and Carpenter 1974. Menurut Sanders et al. 1987, peningkatan unsur hara yang terus menerus dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan struktur komunitas fitoplanton. Karena setiap jenis fitoplankton memiliki perbedaan kebutuhan untuk berbagai nutrien.
Perubahan pada struktur komunitas terjadi karena perubahan fluks dan konsentrasi relatif unsur hara. Dikatakan oleh Effendi 1997, dengan mempelajari kebiasaan
makan ikan, dapat mengetahui kandungan gisi alami, dapat digunakan untuk mempelajari hubungan ekologis antara keberadaan suatu populasi organisme
dengan lingkungannya, misalnya; bentuk pemangsaan, persaingan makanan, dan rantai makanan.
2.3.5 Ekosistem Mangrove