Pelaksanaan Tindakan Siklus Kedua
uang mereka tidak cukup. Kelompok II dan IV merupakan kelompok yang modalnya paling besar dibanding kelompok lainnya, sehingga
sangat mudah untuk membeli jajanan-jajanan yang lebih banyak dan berkualitas. Kelompok III dengan modal yang tidak terlalu banyak,
namun mereka dapat memperkirakan jajanan yang kiranya diminati pembeli.
Selesai siswa melakukan praktek simulasi jual beli di pasar, siswa kembali ke sekolah. Jarak sekolah dan pasar sekitar 100 meter.
Sampai di sekolah siswa istirahat sebentar melepas lelah. Saat istirahat seperti ini, kondisi siswa masih ngos-ngosan dan terlihat
sekali-sekali mengipas-ngipaskan buku ke wajahnya, guru sesaat bertanya kepada anak-anak.
G: “Bagaimana perasaan kalian saat di pasar tadi?” S: “Senaaaaaang..”.
G: “Capek apa tidak?” S: “Capeeeek..” Semua siswa “Panaaas…”
S: “Tapi senang, Bu…” Beberapa siswa menimpali S: “Bu, besok lagi ya bu, ya…” Mamad siswa yang selalu aktif
G: “Ada yang merasa tidak senang?” S: “Saya” Fauzan angkat tangan
G: “Alasannya tidak suka kenapa?” F: “Hehehehe….” cengar-cengir “Nggak, nggak, Bu… becanda
Hehehe..Senang kok Bu..” G: “Ada pendapat lain?”
S: “Malu, Bu..tadi di pasar..” Sarina siswa yang terlihat menonjol G: “Malu kenapa?”
B: “Dilihati orang-orang di pasar” G: “Ada yang merasa malu seperti Sarina?”
M: “Iya Bu, malu Bu.. papanggih tatanga..” Jamil
5
Selanjutnya siswa laki-laki mempersiapkan meja dan bangku sebagai tempat berjualan. Waktu berjualan mereka adalah saat
istirahat berlangsung, target pembeli adalah seluruh warga sekolah. Jam istirahat sekolah berdentang, inilah waktu yang ditunggu-
tunggu siswa kelas III. Semua siswa sudah siap dengan barang dagangannya pada bangku kios masing-masing kelompok. Suasana
5
Wawancara dengan siswa di ruang kelas III , setelah kegiatan simulasi jual beli di pasar. Selasa, 24 Maret 2013
seperti ini dapat dilihat pada lampiran foto lampiran 19 . Jam istirahat di MI Darunnajah ini lumayan panjang, yakni dari pukul
09.20-09.50. Lima menit pertama keadaan kios masih sepi, karena masih banyak siswa kelas lain yang belum keluar kelas. Selanjutnya
banyak siswa yang mulai berdatangan melihat kegiatan bazar kecil- kecilan ini. Banyak siswa yang cukup melihat dan ragu-ragu untuk
membeli. Ada beberapa siswa kelas II yang masih membeli jajanan di koperasi sekolah dan di luar sekolah. Siswa yang berperan sebagai
penjual, terlihat sibuk mempromosikan barang dagangannya. Berikut hasil pengamatan peneliti pada kegiatan tiap kelompok:
Kelompok I Kios Naruto
Kelompok 1 ini berdasarkan kesepakatan kelompok diberi nama kios Naruto, sebagaimana terlihat pada foto lampiran 19 gambar 5 .
Terdiri dari Dzulkifli, Ajeng, Alfin, Amanda,Sri, dan Ana. Kios ini menjual mie dan aneka stik coklat yang semua harganya Rp.100,-
dengan modal awal Rp.3600,-. Pada perkiraan awal, barang jualan kelompok 1 ini akan segera habis karena harganya yang terjangkau
dibanding dengan kelompok lain. Ternyata barang dagangan mereka kurang diminati pembeli, mungkin karena isi dari kemasan terlalu
sedikit. Sehingga barang dagangan laku agak lama. Usaha kelompok dalam mempromosikan dagangan kurang. Terlihat enggan dan sering
ditinggal pergi. Satu-satunya siswa yang setia menunggu kios adalah Amanda, namun jika ada pembeli ia terlihat cuek dan kurang
antusias. Kelompok 1 ini terlihat kurang semangat dalam menjajakan dagangannya. Yang membeli dagangan mereka rata-rata adalah para
guru, mungkin para guru merasa kasian karena dagangan mereka jarang sekali diminati pembeli. Hanya beberapa siswa yang berminat
membeli. Dari 20 buah barang yang dijual, hanya sisa 2 buah.
Kelompok II Kios Bunga
Kelompok II ini beranggotakan Andi, Arfi, Dahra, Dzikra,Sova, dan Elis. Kios mereka diberi nama kios bunga. Kelompok ini
merupakan kelompok yang paling aktif dan kompak. Ini sudah
terlihat sejak memilih barang ketika di pasar tadi, mereka kompak memilih barang apa yang akan dijual. Dan pada saat kegiatan jual
beli di sekolah, seluruh kelompok kompak dalam bekerja sama dan menjaga kios bersama-sama. Sebagaimana tergambar pada lampiran
19 foto 6. Barang dagangan kelompok ini semua berharga Rp. 500,- dengan modal awal Rp. 10.500,-, terdiri dari makroni dan roti. Pada
awalnya dagangan mereka belum laku, hanya ada satu dua yang terjual. Itupun yang membeli kelompok mereka sendiri, tapi lama-
lama dagangan mereka mulai habis. Kelompok ini tergolong kreatif dan semangat, ini terbukti karena mereka mempromosikan dagangan
secara berkeliling bahkan ke ruang guru juga. Dari 25 buah barang dagangan, sisa 8 buah. Sisa yang paling banyak adalah roti bolu.
Kelompok III Kios Persib
Kios persib ini merupakan nama kios dari kelompok III foto lampiran 19 gambar 7, yang beranggotakan Intan, josep, fairil,
fauzan, Hoki, dan hafidz. Modal awal Rp. 6.300,- dagangan yang dijual terdiri dari ringgo Rp.200,- dan tik tak Rp.500,-. Pada awal
mula dagangan mereka langsung diserbu pembeli, karena ringgo dan tik tak termasuk jajanan yang banyak diminati siswa. Namun meski
banyak yang berminat, namun dagangan mereka tidak sampai habis terjual. Kelompok ini dalam mempromosikan dagangan kurang
semangat, mereka hanya menunggu pembeli dengan pasrah. Pernah sesekali josep sang ketua mempromosikan dagangannya ke siswa
lain, itupun jika ia diingatkan oleh guru agar lebih semangat lagi. Jika tidak, mereka hanya menunggu dagangan dengan pasrah. Dari
18 buah barang dagangan yang dijual, sisa 6 buah.
Kelompok IV Kios Cinta
Beranggotakan Jamil, Reza, Rifa’i, Salman,Sarina, dan Sandi, kelompok IV ini memberi nama kiosnya kios cinta foto lampiran 19
gambar 8. Dengan modal Rp. 10.000,- barang dagangan mereka terjual habis. Barang yang dijual terdiri dari minuman rasa buah
fansi dan wafer keju nabati, masing-masing berharga Rp.500,-. Kios
ini yang paling cepat diserbu pembeli, karena satu-satunya kios yang menjual minuman. Pada saat itu bertepatan siswa kelas 6 selesai
olahraga, otomatis mereka langsung menyerbu minuman yang dijual. Sepuluh buah minuman fansi rasa buah langsung ludes habis. Wafer
keju nabati juga banyak diminati siswa. Kelompok ini juga termasuk kelompok yang aktif, barang dagangan yang masih sedikit mereka
tawarkan ke teman-temannya yang lain agar cepat habis.
Kelompok V Kios Doraemon
Kios doraemon merupakan kios dari kelompok terakhir foto lampiran 19 gambar 9, yakni kelompok V. Terdiri dari Exalt,
Husaeni, Novita, Bintang, dan Putri. Dengan modal Rp.7300,- dagangan mereka habis terjual semua. Kelompok V ini merupakan
kelompok kedua yang berhasil menjual habis barang dagangannya setelah kelompok 4, meski tergolong lambat dalam penjualannya.
Barang dagangan mereka adalah roti, biskuit, dan wafer top yang semuanya berharga Rp. 500,-. Pada awalnya jarang pembeli yang
tertarik untuk mampir di kios mereka, ini berlangsung hingga hamper berakhirnya jam istirahat. Namun dengan ketelatenan dan
dengan tidak putus asa mempromosikan jajanannya, barang dagangan mereka berhasil habis. Exalt yang merupakan ketua
kelompok mereka sangat aktif keliling menawarkan dagangannya. Dalam penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi
sebagaimana pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.14 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah
.
Aspek yang diobservasi Kelompok
I II
III IV
V
Aktif dalam melakukan tawar menawar.
60 80
70 90
80 Inovatif , mencari cara agar barang
dagangan cepat laku 60
90 70
90 80
Jujur dalam jual beli 90
90 90
90 90
Menata barang dagangan dengan baik
80 90
80 80
80 Partisipasi
setiap anggota
50 90
80 70
70
kelompok yang baik Jumlah
340 440 390
420 400
Rata-rata 68
88 78
84 80
Dari data tersebut di atas bahwa praktek simulasi jual beli telah berhasil. Ini terbukti dari jumlah rata-rata dari nilai observasi tiap
kelompok lebih dari 60, sebagaimana indikator ketuntasan minimal yang telah dipaparkan sebelumnya pada bab III.
Setelah jam istirahat selesai jam masuk berdentang, siswa mulai meringkas barang dagangannya sekaligus bangku-bangku tempat
mereka jualan tadi ke dalam kelas. Setelah semua bangku rapi dan keadaan sudah terkondisikan lagi, siswa berkumpul dengan
kelompoknya masing-masing. Sesuai petunjuk guru, siswa mulai menghitung untung dan rugi hasil penjualan. Selanjutnya uang hasil
penjualan dibagi rata pada setiap anggota kelompok, lengkap dengan keuntungan jika penjualan untung. Jika ada sisa dagangan yang
belum laku, dibagikan sesuai dengan kebijakan kelompok masing- masing. Guru juga menanyakan bagaimana kesan siswa terhadap
praktek simulasi tadi baik di pasar dan di lapangan sekolah tadi. Mereka serempak menjawab senang dan ingin lagi. Berikut hasil
penjualan siswa, pada tabel 4.11.
Tabel 4.15 Jumlah Hasil Penjualan Siswa
Kelompok Modal
Hasil Penjualan
Untung Sisa
Barang I
Rp 3.600 Rp 3.200
- 2 biji
II Rp 10.500
Rp 7.000 -
8 biji III
Rp 6.300 Rp 6.300
- 6 biji
IV Rp 10.000
Rp 11.000 Rp 1.000
- V
Rp 7.300 Rp 8.000
Rp 700 -
2 Siklus ke II minggu ke 2
Pada akhir pertemuan ini, merupakan kegiatan evaluasi, untuk memastikan tercapainya kompetensi dasar secara individual. Maka
dari itu diadakan tes tulis individual. Pada kesempatan ini, guru
menyebarkan kertas kosong untuk mengisi kesan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan metode simulasi. Skor tes
individual sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.16 Data Nilai Tes Formatif Siswa
No Interval skor
Frekuensi Status
1 95-100
5 Lulus
2 90-94
7 Lulus
3 85-89
4 Lulus
4 80-84
6 Lulus
5 75-79
3 Lulus
6 70-74
3 Lulus
7 65-69
Lulus
8 60-64
Lulus
9 55-59
Tidak Lulus
10 50-54
1 Tidak Lulus
11 00-49
1 Tidak Lulus
Jumlah 28
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan kelas adalah 92.00 yakni dari 30 siswa, yang
dinyatakan lulus adalah 28 siswa. Sedangkan yang gagal sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 8.00, karena skor tesnya kurang dari
nilai Ketuntasan yakni 60. Berdasarkan pengamatan peneliti, 2 orang yang tidak lulus ini dikarenakan mempunyai kemampuan yang
rendah, keduanya belum bisa membaca dan menulis dengan lancar. Keduanya merupakan salah satu siswa yang tidak tinggal kelas
lebih dari satu tahun. Guru dan wali kelas sudah berusaha membimbingnya semaksimal mungkin, tetapi keadaan dari siswa
sendiri gampang sekali lupa ditambah tidak adanya dukungan dari orang tua di rumah.
Sedangkan berdasarkan pendapat siswa dengan metode resitasi dan simulasi ini, tanggapan mereka bermacam-macam.
Guru membagikan kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman meraka selama menggunakan metode resitasi dan
simulasi, serta saran dan kesan pada pembelajaran kali ini.
Hasil rekapan angket berdasarkan dari pendapat siswa terhadap pertanyaan “Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi dan simulasi?”.
Jawaban rata-rata siswa singkat dan padat, karena berdasarkan pengamatan
peneliti kemampuan
siswa kelas
III dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia masih kurang. -
“Perasaan saya saat mengikuti pelajaran ini adalah senang karena dengan bu Fitriya diajak ke pasar, dan berjualan di halaman
sekolah. Saya dan teman-teman juga diberi tugas menggunting dan menggambar. Karena saya suka menggambar. Saya ingin
seperti ini terus. ” -
“Tugas yang diberikan bu Fitriya tidak membosankan, tetapi menyenangkan. Banyak gambar-gambarnya. Pada saat ke pasar
rasanya senang, capek, dan malu. Ketika berjualan di depan sekolah, daganganku masih banyak, tapi akhirnya dibeli oleh
guru- guru dan jualanku masih sedikit.”
- “Saya senang, karena saya diajak pergi ke pasar sama bu lia. Ini
pertama kali saya pergi ke pasar dengan teman-teman. Besok- besok lagi ya bu ya.. Karena saya senang sekali, teman-teman
juga sama senang.
- Apalagi jualan saya habis semua, dapat untung. Saya senang sekali dengan bu Fitriya ”
- “Aku suka jika tugasnya kelompokan, karena mudah
mengerjakannya. Apalagi aku senang disuruh gunting-gunting dan menempel. Aku juga suka diajak ke pasar walau rasanya
capek dan panas. Aku juga suka berjualan di halaman sekolah,
banyak yang membeli jualan saya dan habis. Aku senang” Sesuai dengan rata-rata isi angket siswa berpendapat mereka
senang dan ingin lagi, tidak ada yang merasa tidak senang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran simulasi dan
resitasi setelah diterapkan di kelas III MI Darunnajah ini memberikan manfaat dan pengalaman baru bagi siswa. Siswa merasa
senang diajak belajar di luar kelas dan dengan pengalaman langsung. Siswa juga merasa senang jika bekerja secara kelompok, karena
lebih ringan dalam mengerjakan tugas. Hal ini sebagaimana diungkapkan siswa dalam angket yang mereka isi.
Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa, maka peneliti mengadakan pretest kepada siswa melalui
pemberian soal pilihan ganda yang dilaksanakan pada akhir
pertemuan 3 siklus II. Adapun perolehan nilai pretest IPS siswa kelas III dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel. 4.17
Data hasil Pretest Siklus II Pertemuan ke 3 Siswa
Nilai Keterangan
A1 80
Tuntas A2
80 Tuntas
A3 60
Tuntas A4
50 Belum
A5 70
Tuntas A6
70 Tuntas
A7 40
Belum A8
70 Tuntas
A9 60
Tuntas A10
80 Tuntas
A11 30
Belum A12
70 Tuntas
A13 20
Belum A14
80 Tuntas
A15 60
Tuntas A16
80 Tuntas
A17 50
Belum A18
60 Tuntas
A19 70
Tuntas A20
50 Belum
A21 70
Tuntas A22
50 Belum
A23 50
Belum A24
70 Tuntas
A25 40
Belum A26
70 Tuntas
A27 50
Belum A28
70 Tuntas
A29 50
Belum A30
80 Tuntas
Jumlah 1760
Nilai Rata-rata 58,66
Nilai terendah 20
Nilai tertinggi 80
Tuntas 19
63.33 Tidak tuntas
11 36.66
nilai = jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 60 x 100
Jumlah siswa
Adapun perolehan nilai postest pada siklus II pertemuan minggu ke 4 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 4.18
Data hasil Posttest Siklus 2 pertemuan ke 4 Siswa
Nilai Keterangan
A1 90
Tuntas A2
90 Tuntas
A3 90
Tuntas A4
80 Tuntas
A5 76
Tuntas A6
90 Tuntas
A7 84
Tuntas A8
85 Tuntas
A9 83
Tuntas A10
95 Tuntas
A11 52
Belum A12
85 Tuntas
A13 45
Belum A14
95 Tuntas
A15 80
Tuntas A16
95 Tuntas
A17 75
Tuntas A18
81 Tuntas
A19 96
Tuntas A20
76 Tuntas
A21 95
Tuntas A22
70 Tuntas
A23 80
Tuntas A24
85 Tuntas
A25 70
Tuntas A26
91 Tuntas
A27 70
Tuntas A28
92 Tuntas
A29 85
Tuntas A30
93 Tuntas
Jumlah 2555
Nilai Rata-rata 85.16
Nilai terendah 45
Nilai tertinggi 96
Tuntas 28
92.00 Tidak tuntas
2 8.00
nilai = jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 60 x 100
Jumlah siswa