Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama

Tahap selanjutnya, siswa menghubungkan materi jual beli tersebut pada bidang agama. Ini mengingat pembelajaran di kelas 3 MI masih merupakan pembelajaran tematik. Yakni menghubungkan antar pelajaran satu dengan yang lainnya. Rinciannya, Islam juga mengatur tentang hubungan manusia satu dengan yang lainnya atau disebut mu’amalah. Begitu juga tentang jual beli, ada jual beli yang diperbolehkan halal dan jual beli yang tidak diperbolehkan haram. Pada materi ini, siswa hanya memahami garis besarnya saja dan sedikit mengulang materi fiqih. Siswa kemudian menyebutkan tempat-tempat jual beli di lingkungan rumah. Masing-masing siswa berebut menyebutkan nama-nama toko di sekitar rumahnya. Lalu guru bersama siswa mengelompokkan jenis tempat jual beli tersebut sesuai dengan ciri- ciri tempatnya. Yakni, toko, swalayan, pasar, toko kelontong, atau warung. Ada siswa yang mengatakan bahwa orang tuanya juga seorang pedagang. Ada yang berdagang di pasar dan ada pula yang buka toko kecil-kecilan di rumah. Semua siswa mengaku pernah membeli sesuatu di toko maupun di pasar. Tetapi yang pernah mengalami menjadi pedagangpenjual belum ada. Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam peristiwa berikut: Guru menanyakan kepada siswa siapa diantara mereka yang di rumah orang tuanya berjualan dan kadang membantu melayani pembeli. Semua siswa kontan ramai menunjuk temannya yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang. Siswa tersebut yaitu Arfi dan Andi. Arfi yang merasa orang tuanya bukan pedagang menyangkal. bapak ibukku gak jualan… siswa yang lain menanggapi anu sok manggul bakso saha ?… Arfi menimpali itu mah bukan …. Guru kemudian menanggapi “Berarti orang tua Arfi bukan pedagang ya?” Arfi menjawab, “Bukan, Bu…”. “Kalau Andi?” Yang bernama Andi menjawab, “Ya Bu, emakku jualan di pasar..” “Jualan apa? Andi pernah bantu emak melayani pembeli?” “Jualan sayur, gak pernah Bu… Paling Cuma nungguin aja…”. Guru menanggapi, “Tapi,sering lihat ibu jualan, kan? Setidaknya tahu bagaimana cara melayani pembeli. Coba ceritakan sediki t, bagaimana cara melayani pembeli..”. Andi sedikit bingung, kepalanya yang tidak gatal digaruk-garuk dengan pandangan berputar ke arah langit- langit. “naon nya, Bu… hehehehe…. Ya, ada pembeli pengen beli apa, terus dilayanin. Tanya hargana berapa terus dibayar. Barang dibungkus. Sudah. Hehehehe..”. “Iya bagus, benar yang dikatakan andi tadi” Selanjutnya siswa mempelajari syarat-syarat terjadinya jual beli. Jika salah satu syarat tersebut tidak ada, maka tidak syah akad jual beli tersebut. Siswa juga mengetahui pengertian pasar dan jenis- jenis pasar. Ada pasar yang diberi nama menurut tempatnya, seperti pasar bogor dan ada pula pasar yang diberi nama menurut nama hari, seperti pasar Jumat. Selain itu ada pasar yang diberi nama berdasarkan pada barang yang diperdagangkan, seperti pasar buah. Pasar berdasarkan bertemu atau tidaknya penjual dan pembeli, terdiri dari pasar nyata dan pasar tidak nyata. Pasar nyata adalah pasar yang penjual dan pembelinya dapat bertemu secara langsung. Pasar tidak nyata adalah pasar yang pembeli dan penjualnya tidak bertemu langsung. Kegiatan jual beli dilakukan dengan perantara. Barang yang diperjualbelikan hanya berupa contoh barang. Siswa juga menyebutkan ciri-ciri masing-masing tempat jual beli tersebut. Selanjutnya guru member tips-tips dalam memilih barang, agar pembeli tidak menyesal setelah membeli, yaitu dengan mempertimbangkan dengan matang sebelum benar-benar membeli dan meneliti ada tidaknya cacat barang tersebut. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan ulang setiap submateri tersebut sesuai dengan kemampuan berbahasa dan tingkat pengetahuan masing-masing siswa. Guru menunjuk siswa secara acak dan membantu siswa menguraikan pendapatnya. Guru juga menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan submateri. Dalam hal ini, masih banyak siswa yang dengan malu-malu mengungkapkan pendapatnya. Ada yang sama sekali diam, entah karena malu atau tidak faham. Namun oleh teman sebangkunya memberi tahu dengan bisik-bisik, lalu anak tersebut mengikuti apa yang dikatakan temannya. Dari jumlah keseluruhan siswa yang masuk ada 30 siswa dan 1 siswa yang lain absen karena sakit, data kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut. Tabel. 4.4 Data Observasi Kemampuan Unjuk Pendapat Siswa 1 NO Unjuk pendapat siswa Jumlah siswa Prosentasi 1 Aktif dan benar 6 20 2 Aktif dan terjadi kesalahan 5 16 3 Malu-malu dan benar 5 16 4 Malu-malu dan terjadi kesalahan 10 33 5 Not responding 3 10 Jumlah 29 100 Jumlah siswa yang respon x 100 Jumlah seluruh siswa Dari 3 siswa yang “not responding” atau sama sekali tidak paham dengan materi, setelah diselediki ternyata mempunyai keterbatasan dalam berfikir. Belum bisa membaca Padahal berdasarkan pengamatan peneliti, sekolah sudah berusaha maksimal untuk membantu siswa tersebut dengan pendampingan tambahan di luar jam sekolah. Akan tetapi dari diri siswa tersebut gampang sekali lupa dengan materi yang diajarkan, konsentrasi rendah sekali, mudah putus asa, tidak ada semangat untuk belajar, ditambah kurang adanya dukungan dari orang tua siswa untuk belajar di rumah. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan metode resitasi pemberian tugas, guru membagi kelas menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa. Tiap kelompok mendapat gambar tempat jual beli, tugas mereka adalah mengelompokkan gambar tersebut sesuai dengan jenis tempat jual beli. Gambar-gambar tersebut digunting kemudian ditempelkan ke kolom yang telah disiapkan. Siswa mengidentifikasi gambar tersebut sesuai dengan ciri-ciri pada gambar, guru memasukkan hasil 1 Data observasi guru pada pelaksanaan metode resitasi minggu pertama Selasa, 10 Maret 2013 penelitian siswa pada tabel observasi tiap individu siswa lihat lampiran 17. Contoh lembar kerja siswa adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 4.5 Contoh Lembar Kerja Siswa No Gambar Keterangan Gambar Ciri-Cirinya 1 Pasar tradisional  Biasanya terdapat dipedesaan  Tempatnya tidak teratur  Ada tawar harga  dsb 2 dst Keterangan: 1 Pada kolom “Gambar” diisi dengan potongan gambar dan ditempelkan ke dalam kolom tersebut. 2 Pada kolom “Keterangan Gambar” adalah nama gambar tersebut sesuai dengan kategori tempat jual beli. Ex: pasar, toko, swalayan. 3 Kolom “Ciri-cirinya” merupakan ciri-ciri yang menonjol dari tempat jual beli tersebut. Pada kegiatan potong memotong dan menempelkan gambar, peneliti melihat semua siswa terlihat senang, ini terlihat seringkali siswa menawarkan bantuan untuk menggantikan temannya yang kebagian memotong dan menempelkan gambar. Namun saat kegiatan mengisi tabel dan mendiskusikan ciri-ciri gambar tersebut sesuai dengan tempat jual belinya, masih banyak siswa yang kurang sadar akan kerjasama kelompok. Banyak siswa yang masih mengandalkan teman satu kelompoknya yang dianggap pintar. Guru mengkondisikan siswa yang mempunyai tingkat kesadaran rendah tersebut dan memberi stimulus agar mereka juga ikut kerjasama kelompok. Guru di sini selain mengamati kerjasama kelompok, juga mengamati partisipasi individu siswa dalam kerja kelompok. Hasil kerja kelompok siswa sebagaimana tabel 4.6. Tabel. 4.6 Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-1 No Kelompok Alternatif penelitian Skor rata- rata kerjasama Aktifitas Inisiatif 1 I 65 80 70 71,6 2 II 70 75 75 73,3 3 III 70 85 75 76,6 4 IV 70 80 70 73,3 5 V 65 80 70 71,6 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kesadaran untuk melakukan diskusi dan kerjasama kelompok masih kurang. Namun dalam hal aktifitas dan inisiatif, siswa terlihat sangat antusias. Berdasarkan wawancara oleh peneliti, siswa suka dengan kegiatan yang bersifat visual atau gambar, apalagi terdapat kegiatan menggunting dan menempel gambar yang membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan dan tidak dirasa sebagai beban. Sebagaimana wawancara berikut. Guru: “Bagaimana perasaanmu dengan penggunaan metode resitas i seperti ini?” 2 A siswa yang terlihat menonjol dan berprestasi: A : “Senang, Bu. Tugas yang diberikan tidak menjadi beban dan tidak membosankan. Tugas terasa menyenangkan, karena ada kegiatan menggunting dan menempel. Dan membuat kita jadi cepat faham dengan pelajarannya.” B siswa yang aktif namun mempunyai prestasi yang sedang B : “Senang Karena ada gambarnya sehingga mudah memahaminya. Kalau biasanya nggak ada gambarnya yang sebagus ini. Bisa motong-motong gambar dan nempelin gambar. ” C siswa dengan prestasi rendah dan sering tidak naik kelas C : “Menyenangkan. Karena tugasnya mudah, hanya memotong gambar dan menempelkan saja. Kalau yang mengerjakan yang sulit- sulit, saya nggak bisa” 2 Wawancara dengan siswa pada selasa 10 Maret 2013 di ruang kelas III. Siswa A Bintang, siswa B Oki dan siswa C Dahra Dari hasil wawancara tersebut di atas, bisa dikatakan bahwa metode resitasi ini efektif dan dianggap menyenangkan oleh siswa. Karena pada dasarnya dalam pemberian tugas ini, peneliti mengatur kegiatan pembelajaran semenarik mungkin sehingga siswa tidak merasa terbebani dengan tugas yang diberikan. Selain metode ini efektif dan menyenangkan, ternyata juga masih ada beberapa siswa yang kurang sadar akan adanya kerjasama kelompok, siswa masih mengandalkan teman satu kelompoknya yang lebih pintar dan rajin. Dengan demikian pada pertemuan selanjutnya, guru perlu memotivasi lagi agar siswa dapat bekerjasama kelompok dengan baik, tidak mengandalkan teman yang lain. Guru juga memberi pekerjaan rumah dengan mengerjakan soal-soal di LKS. 2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Minggu ke 2. Setelah kegiatan apersepsi, guru meminta siswa untuk membahas pekerjaan rumah minggu kemarin. Pekerjaan siswa ditukar dengan pekerjaan teman sebangkunya, lalu soal dijawab secara bergilir. Siswa mengoreksi bersama jika ada jawaban yang kurang benar. Sedikit mengulang pelajaran minggu kemarin, siswa dengan bantuan guru menjelaskan beberapa hal materi yang lalu. Pada tahap selanjutnya, guru memberi penjelasan tentang sejarah jual beli yakni dengan cara barter. Dalam memberi penjelasan, guru tidak langsung memberi pengertian secara langsung. Akan tetapi guru memberi rangsangan dengan membawa media gambar lampiran 18. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan gambar tersebut. Banyak siswa yang menjawab tanpa aturan dan terkesan main-main. Ketika siswa ditunjuk untuk menjelaskan dengan berdiri siswa terlihat enggan dan berkata, “nggak, Bu… malu Kalau duduk saya mau Bu”. Hafiz, siswa yang terlihat menonjol kecerdasannya mengungkapkan pendapatnya meski dengan bahasa campuran Indonesia-sunda. “Saya tahu, Bu. Pada jaman dahulu jual beli tidak menggunakan uang. Tetapi patuker-tuker … Eh, tukar menukar barang. Misalnya seperti gambar itu, kalau saya butuh beras dan saya punya jagung, ya…jagung tadi saya tukar dengan orang yang punya beras”. Guru menanggapi dengan pujian. Namun tetap memberi kesempatan kepada yang lain untuk mengungkapkan pendapatnya. Selanjutnya banyak siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya, meski masih banyak yang jawabannya sama persis dengan yang sebelumnya. Kegiatan seperti ini untuk melatih siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya dan mengembangkan cara berfikir siswa. Dengan pujian, guru dapat memotivasi siswa untuk lebih baik lagi. Ini terbukti banyak siswa yang sebelumnya tidak berani berbicara, tapi setelah banyak teman-temannya yang mendapat pujian meski masih terdapat beberapa kesalahan dan guru memperbaiki kesalahan tersebut, siswa yang lain menjadi lebih berani dan mencoba berbicara. Setelah memahami pengertian barter, siswa bersama guru mengidentifikasi kelemahan barter. Guru mengajak siswa mempraktekkan barter secara langsung dengan teman sebangkunya. Barang yang ditukar sesuai dengan kesepakatan masing-masing siswa. Peristiwa seperti ini dapat dilihat pada catatan lapangan berikut: Siswa diinstruksikan guru untuk saling tukar menukar barang dengan teman sebangkunya, barang sesuai kebutuhan masing- masing siswa. Maka terjadilah barter dan kesepakatan antar siswa, selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menghitung nilai barang tersebut dengan nilai rupiah. Setelah dihitung-hitung, banyak siswa yang merasa rugi, karena antara barang miliknya dengan barang yang ditukar lebih rugi tidak terima, dan ingin barangnya dikembalikan lagi. Akhirnya, siswa dibantu guru menyimpulkan kelemahan praktek barter tersebut. Bahwa terbukti dalam barter sering terjadi ketidakseimbangan antara nilai barang yang ditukar dengan barang didapat, sehingga merugikan salah satu pihak. Maka dari itu, dibuatlah mata uang sebagai alat tukar barang untuk memudahkan kegiatan jual beli dan agar terjadi kesamaan harga jual antara daerah satu dengan daerah yang lain. Dalam pembelajaran kali ini guru menerapkan pembelajaran kontekstual atau pembelajaran dengan pengalaman langsung. Siswa menemukan dan menyimpulkan sendiri dari apa yang ia lakukan. Siswa dituntut lebih aktif dibanding sebelumnya, ini untuk meningkatkan kualitas belajar mereka. Mengingat persaingan di luar semakin ketat dan perkembangan tekhnologi semakin cepat. Siswa sebagai bibit yang siap tumbuh perlu dipupuk dan dikembangkan menjadi manusia yang cerdas dan berkepribadian. Selanjutnya adalah mengenal kegiatan jual beli di lingkungan sekolah. Guru memberi stimulus dengan memberi deskripsi cerita. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa koperasi merupakan perwujudan perekonomian berdasarkan asas kekeluargaan, koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya para siswa dan dibina oleh guru. Modal koperasi diperoleh dari simpanan anggotanya. Simpanan para anggota koperasi sekolah berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Oleh karena kegiatan koperasi sekolah merupakan kegiatan jual beli, maka pastilah mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut disisihkan dan dikenal dengan sebutan Sisa Hasil Usaha SHU. Selain itu, siswa dididik untuk bertanggungjawab, dibiasakan berlaku setia kawan terhadap sesama siswa dan berlatih organisasi. Sedangkan kantin sekolah adalah warung tempat menjual makanan dan minuman yang berada di lingkungan sekolah. Kantin sekolah dikelola oleh pihak sekolah ataupun koperasi sekolah. Kemudian dilakukan tanya jawab antara guru dan siswa tentang materi tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata siswa di kelas III ini tergolong siswa yang aktif dan selalu ingin tahu. Jarang sekali yang terlihat malu-malu, kecuali beberapa siswa perempuan yang jika ditunjuk untuk menjawab terlihat malu-malu atau kadang diam. Setelah diamati pada pertemuan kedua ini, dari 18 siswa laki- laki dan 12 siswa perempuan, 6 siswa laki-laki terlihat aktif daripada 12 siswa laki-laki lainnya dan 4 siswa perempuan terlihat lebih aktif dibanding 8 siswa perempuan lainnya. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Pembagian kelompok sama dengan pertemuan sebelumnya dan juga dengan metode pembelajaran yang sama yakni metode resitasi pemberian tugas. Setiap kelompok mendapat gambar peta konsep. Peta konsep tersebut berisi tabel-tabel kosong yang nantinya akan disalin siswa pada lembar kertas manila dan dihias dengan spidol warnai-warni, tugas dikerjakan secara kelompok. Peta konsep menjelaskan tentang bapak koperasi Indonesia, karakteristik koperasi dan kepengurusannya. Agar peta konsep ini terlihat menarik, maka siswa menyiapkan kertas manila putih dan spidol berwarna. Berikut lembar tugas siswa yang harus disalin dan kotak-kotak yang kosong diisi. Gambar 4.1 Lembar Tugas Resitasi 3 3 Lembar tugas resitasi minggu ke 2 selasa, 17 Maret 2013, yang dibuat guru atas inisiatif pribadi. KOPERASI SEKOLAH BAPAK KOPERASI INDONESIA ………………………….. PENGURUS KOPERASI SEKOLAH ………………………….. DIBIMBING OLEH …………………………… ANGGOTA KOPERASI SEKOLAH …………………… …………………… …………………… ……… BARANG YANG DIJUAL DISEKOLAH ………………………………… ………………………………… ………………………………… ……………………… SHU kependekan dari …………………… …………………… …………………… …………………… ….. PENGURUS KOPERASI SEKOLAH ………………………….. DIBIMBING OLEH …………………………… ANGGOTA KOPERASI SEKOLAH …………………… …………………… …………………… ……… Sesuai dengan waktu yang ditentukan pekerjaan kelompok diberhentikan, guru menunjuk salah satu siswa dalam suatu kelompok untuk menjelaskan isi diagram yang dibuat tersebut. Siswa selanjutnya mempresentasikan pekerjaannya dengan bahasa sehari-hari. Rata-rata siswa mampu mempresentasikan hasil pekerjaannya, meskipun dengan keterbatasan bahasa. Menindaklanjuti pada diskusi kelompok pada pertemuan yang lalu yang dinilai peneliti belum maksimal, maka kali ini peneliti mengusahakan hasil semaksimal mungkin. Siswa diharapkan mampu bekerjasama kelompok dengan baik. Tiap siswa diharapkan lebih aktif dengan menyumbangkan ide-idenya. Pada saat terjadi diskusi kelompok, guru mencatat hasil kerja siswa. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut. Tabel. 4.7 Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-2 No Kelompok Alternatif penelitian Skor rata- rata kerjasama Aktifitas Inisiatif 1 I 70 70 90 76,6 2 II 90 70 70 76,6 3 III 80 75 85 80 4 IV 75 70 75 73,3 5 V 70 80 75 75 Sebagaimana data yang terlihat pada tabel 4.7 di atas jika dibandingkan dengan tabel 4.6 pada pertemuan minggu sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perkembangan dalam kerja kelompok mengalami peningkatan dari minggu kemarin. Ini karena siswa mulai memahami pentingnya kerjasama kelompok. Serta pantauan dan motivasi dari guru dengan memberi stimulus bagaimana caranya siswa yang tidak aktif dapat ikut bekerja sama. Perbandingan hasil kerja kelompok pada siklus 1 minggu ke 1 dan 2, dapat dilihat pada gambar grafik 4.2 berikut. Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Hasil Kerja Kelompok Minggu 1 dan Minggu 2 No Kelompok Alternatif penelitian Skor rata-rata kerjasama Aktifitas Inisiatif Minggu ke 1 2 1 2 1 2 1 2 1 I 65 70 80 70 70 90 71,6 76,6 2 II 70 90 75 70 75 70 73,3 76,6 3 III 70 80 85 75 75 85 76,6 80 4 IV 70 75 80 70 70 75 73,3 73,3 5 V 65 70 80 80 70 75 71,6 75 Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa, maka peneliti mengadaka pretest kepada siswa yang dilaksanakan pada akhir Minggu ke 1 siklus I. Adapun perolehan nilai pretest IPS siswa kelas III dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel. 4.8 Data hasil Pretest siklus 1 Minggu ke 1 Siswa Nilai Keterangan A1 60 Tuntas A2 60 Tuntas A3 20 Belum A4 10 Belum A5 30 Belum A6 40 Belum A7 10 Belum A8 30 Belum A9 20 Belum A10 65 Tuntas A11 - A12 60 Tuntas A13 - - A14 60 Tuntas A15 20 Belum A16 60 Tuntas A17 10 Belum A18 20 Belum A19 30 Belum A20 20 Belum A21 40 Belum A22 10 Belum A23 - A24 20 Belum A25 10 Belum A26 30 Belum A27 10 Belum A28 30 Belum A29 10 Belum A30 40 Belum Jumlah 845 Nilai Rata-rata 28 Nilai terendah 10 Nilai tertinggi 65 Tuntas 6 20.00 Tidak tuntas 24 80.00 Adapun perolehan nilai postes pada siklus I minggu ke 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 4.9 Data hasil Posttest Siklus 1 Minggu ke 2 Siswa Nilai Keterangan A1 80 Tuntas A2 70 Tuntas A3 60 Tuntas A4 50 Belum A5 50 Belum A6 70 Tuntas A7 50 Belum A8 60 Tuntas A9 50 Belum A10 80 Tuntas A11 - A12 60 Tuntas A13 50 Belum A14 80 Tuntas A15 50 Belum A16 80 Tuntas A17 50 Belum A18 50 Belum A19 80 Tuntas A20 50 Belum A21 80 Tuntas A22 50 Belum A23 - A24 60 Tuntas A25 50 Belum A26 70 Tuntas A27 50 Belum A28 70 Tuntas A29 60 Tuntas A30 70 Tuntas Jumlah 1740 Nilai Rata-rata 58 Nilai terendah 50 Nilai tertinggi 80 Tuntas 16 53,33 Tidak tuntas 12 40 nilai = jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 60 x 100 Jumlah siswa

c. Observasi Siklus 1

1 Observasi Guru Hasil observasi yang dilaksanakan selama pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan pendekatan kontekstual pada materi jual beli. Pengamatan dilakukan oleh observer wali kelas yang mencatat seluruh aktivitsa guru selama proses pembelajaran. Hasil observasi dari tindakan pertama terhadap guru sesuai dengan perencanaan dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4.10 Lembar Observasi Guru Siklus 1 4 No Kegiatan Guru keterangan Pert. 1 Pert 2 1 Menjelaskan manfaat dari pembelajaran √ √ 2 Menggali pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari √ √ 3 Melakukan pembagian kelompok √ √ 4 Memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan tugas √ √ 5 Mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait materi √ √ 6 Melakukan pengamatan dan memberi penilaian hasil belajar siswa secara individu √ √ 4 Hasil observasi yang lengkap dapat dilihat pada lampiran atau kelompok 7 Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari √ √ 8 Memberikan pengarahan kepada siswa untuk pembelajaran selanjutnya √ √ Berdasarkan tabel di atas terkait kegiatan guru, guru mengikuti setiap aspek yang diamati dalam lembar observasi dan melakukan setiap langkah yang berada di dalam RPP. 2 Observasi Siswa Untuk deskripsi data hasil observasi siswa pada materi jual beli diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.11 Lembar Observasi Siswa Siklus 1 No Kegiatan Siswa Pert. 1 Pert. 2 B C K B C K 1 Keberanian bertanya dan berpendapat √ √ 2 Kesadaran kerjasama kelompok √ √ 3 Keaktifan dalam melaksanakan tugas kelompok √ √ 4 Antusias √ √ 5 Mengerjakan tugas tepat waktu √ √ Pada tabel diatas terlihat bahwa dari aspek yang diamati menunjukan tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dinilai masih kurang pada minggu pertama, namun pada minggu kedua siswa sudah mulai aktif, baik bertanya, menjawab, menyampaikan pendapatnya maupun dalam kerjasama kelompok serta menunjukan antusias dan semangat yang meningkat dalam mengikuti pembelajaran.

d. Refleksi Siklus 1

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi jual beli mampu membuat siswa lebih terkondisikan untuk belajar. Metode resitasi dan simulasi yang digunakan dapat membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk belajar. Hal ini menyebabkan sebagian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan siklus pertama secara keseluruhan, menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan RPP. Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan masih adanya kekurangan dalam hal: 1 Tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dinilai masih kurang pada minggu pertama, namun pada minggu kedua siswa sudah mulai aktif, baik bertanya, menjawab, maupun menyampaikan pendapatnya. Guru selalu memotivasi siswa untuk aktif. Ketidakaktifan siswa ternyata dikarenakan mereka kurang memahami materi pembelajaran, sehingga banyak siswa yang terlihat ragu-ragu untuk menyampaikan pendapatnya. 2 Kesadaran hidup bersosial dan kerjasama dengan sesama masyarakat, ditumbuhkan melalui kegiatan berdiskusi kelompok. Pada minggu pertama, kegiatan kerja kelompok sudah dianggap efektif namun masih kurang sempurna karena dalam kerjasama masih dirasa kurang. Sehingga pada minggu kedua, siswa ditekankan betapa pentingnya hidup bekerjasama dan memecahkan masalah bersama. 3 Pembelajaran dengan metode simulasi dalam materi barter ini, sebagian siswa dapat mengidentifkasi kelemahan barter serta mengetahui manfaat diadakannya uang sebagai alat untuk transaksi jual beli. 4 Komponen pembelajaran lain seperti: alokasi waktu pembelajaran, sumberbahanmedia pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan kegiatan penilaian dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai kompetensi yang dipersyaratkan dalam pembelajaran siklus pertama. Menyikapi sebagaimana fakta di atas, maka diambil langkah-langkah perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya, sebagai berikut: 1 Memberi pemahaman tentang makna pembelajaran konstektual; 2 Mengupayakan agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan. 3 Memberikan pemahaman tentang manfaat dan pentingnya kerjasama dalam kelompok 4 Memotivasi siswa untuk lebih banyak mencari informasi, selain dari guru dan buku pelajaran, agar hasil belajarnya meningkat. 5 Memotivasi siswa untuk lebih peka terhadap lingkunganya.

3. Siklus Kedua

a. Perencanaan Tindakan

Pada siklus kedua, peneliti menetapkan dua kali pertemuan atau selama 140 menit sebagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman kepada siswa tentang bagaimana cara jual beli dalam kehidupan sehari-hari. Pada minggu pertama, siswa diajak ke pasar terdekat untuk melakukan praktek jual beli. Peran siswa diposisikan sebagai pembeli. Selanjutnya melakukan paktek jual beli di lingkungan sekolah, peran siswa diposisikan sebagai penjual. Pada RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Pada minggu kedua, merupakan kegiatan evaluasi. Untuk memastikan ketercapaian kompetensi dasar secara individual, maka diadakan tes tulis individual pada pertemuan terakhir ini. Perencanaan dalam tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 1 Menyiapkan bahan pengajaran, terutama menentukan topik materi belajar, yaitu modul tentang jual beli. Berupa buku IPS penerbit diknas dan LKS IPS. 2 Menyiapkan rencana tahapan mengajar dengan mengacu format rencana pelaksanaan pembelajaran lampiran 13 dan 14. Namun dalam RPP ini sifatnya fleksibel, disesuaikan dengan kondisi yang ada. 3 Menyiapkan alat pembelajaran, berupa uang sebagai modal awal, beberapa jajanan sebagai barang dagangan, dan meja kursi sebagai tempat jual beli. 

Dokumen yang terkait

Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV MI pangkalan Kota Sukabumi

4 11 221

Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang

0 6 142

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

PENGGUNAAN METODE MENCARI PASANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR Penggunaan Metode Mencari Pasangan Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester I Madrasah Ibtidaiyah Tlawong 2012/2013.

0 0 17

PENDAHULUAN Penggunaan Metode Mencari Pasangan Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester I Madrasah Ibtidaiyah Tlawong 2012/2013.

0 1 6

NASKAH PUBLIKASI Penggunaan Metode Mencari Pasangan Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester I Madrasah Ibtidaiyah Tlawong 2012/2013.

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS.

0 0 8

Penerapan storytelling dalam rangka meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa menyenangkan pada mata pelajaran IPS di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Surabaya.

0 0 119

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH PUI SEGERAN KIDUL KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 23

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas X IPS 4 SMA Negeri 3 Gorontalo - Tugas Akhir

0 0 8