PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
270
| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa
e. Ragam Bahasa Peraturan Perundang-undangan
Berdasarkan  UU  No.  12  Tahun  2011,  bahasa  Peraturan  Perundang –undangan  pada
dasarnya  tunduk  pada  kaidah  tata  Bahasa  Indonesia,  baik  pembentukan  kata, penyusunan  kalimat,  teknik  penulisan,  maupun  pengejaannya.  Namun  bahasa
Peraturan Perundang-undangan mempunyai corak tersendiri yang bercirikan kejernihan atau  kejelasan  pengertian,  kelugasan,  kebakuan,  keserasian,  dan  ketaatan  asas  sesuai
dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan maupun cara penulisan.
Terkait  detail  mengenai  bahasa  peraturan  perundang-undangan,  sepenuhnya diatur  dalam  Lampiran  II  Teknik  Penyusunan  Peraturan  Perundang-undangan  Bab  III
Ragam  Bahasa  Peraturan  Perundang-undangan  UU  No.  12  Tahun  2011  tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Ragam  bahasa  perundang-undangan  adalah  gaya  bahasa  yang  dipergunakan dalam suatu peraturan perundang-undangan, sehingga ia merupakan bahasa Indonesia
yang tunduk pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia, akan tetapi didalamnya terkandung ciri-ciri khusus yaitu, adanya sifat keresmian, kejelasan makna, dan kelugasan.
1 Sifat keresmian
. Sifat ini menunjukkan adanya situasi kedinasan, yang menuntut ketaatan dalam penerapan kaidah bahasa, dan ketaatan kepada kaidah bahasa.
2 Sifat  kejelasan  makna
.  Sifat  ini  menuntut  agar  informasi  yang  disampaikan dinyatakan dengan kalimat-kalimat yang memperlihatkan bagian-bagian kalimat
secara  tegas,  sehingga  kejelasan  bagian-bagian  kalimat  itu  akan  memudahkan pihak  penerima  informasi  dalam  memahami  isi  atau  pesan  yang  disampaikan.
Sifat kejelasan makna ini menuntut agar kalimat-kalimat yang dirumuskan harus menunjukkan  dengan  jelas  mana  subyek,  predikat,  obyek,  pelengkap,  atau
keterangan yang lainnya.
3 Sifat kelugasan
. Sifat kelugasan ini menuntut agar setiap perumusannya disusun secara wajar, sehingga tidak berkesan berlebihan atau berandai-andai.
Ciri-ciri bahasa Peraturan Perundang-undangan antara lain: 1
Lugas dan pasti untuk menghindari kesamaan arti atau kerancuan; 2
Bercorak hemat hanya kata yang diperlukan yang dipakai; 3
Objektif dan menekan rasa subjektif tidak emosi dalam mengungkapkan tujuan atau maksud;
4 Membakukan  makna  kata,  ungkapan  atau  istilah  yang  digunakan  secara
konsisten; 5
Memberikan definisi atau batasan pengertian secara cermat; 6
Penulisan  kata  yang  bermakna  tunggal  atau  jamak  selalu  dirumuskan  dalam bentuk tunggal;
Contoh: buku-buku ditulis buku
murid-murid ditulis murid
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 271
7 Penulisan  huruf  awal  dari  kata,  frasa  atau  istilah  yang  sudah  didefinisikan  atau
diberikan  batasan  pengertian,  nama  jabatan,  nama  profesi,  nama  institusi lembaga  pemerintahketatanegaraan,  dan  jenis  Peraturan  Perundang-undangan
dan  rancangan  Peraturan  Perundang-undangan  dalam  rumusan  norma  ditulis dengan huruf kapital.
Contoh: Pemerintah
Wajib Pajak Rancangan Peraturan Pemerintah
8 Bahasa  Peraturan  Perundang-undangan  pada  dasarnya  tunduk  kepada  kaidah
tata  Bahasa  Indonesia,  baik  yang  menyangkut  pembentukan  kata,  penyusunan kalimat,  teknik  penulisan,  maupun  pengejaannya,  namun  demikian  bahasa
Peraturan  Perundang-undangan  mempunyai  corak  tersendiri  yang  bercirikan kejernihan  atau  kejelasan  pengertian,  kelugasan,  kebakuan,  keserasian,  dan
ketaatan asas sesuai dengan kebutuhan hukum.
Contoh: Pasal 34
1 Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati setia
dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Rumusan yang lebih baik: Pasal 34
1 Suami isteri  wajib  saling  mencintai, menghormati,  setia,  dan  memberi
bantuan lahir bathin. 9
Dalam  merumuskan  ketentuan  Peraturan  Perundang-undangan  digunakan kalimat yang tegas, jelas, singkat, dan mudah dimengerti.
Contoh: Pasal 5
1 Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Rumusan yang lebih baik: Pasal 5
1 Permohonan berisi lebih dari seorang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat 1 harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
272
| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa
10  Hindarkan  penggunaan  kata  atau  frase  yang  artinya  kurang  menentu  atau konteksnya dalam kalimat kurang jelas.
Contoh : Istilah minuman keras mempunyai makna yang kurang jelas dibandingkan dengan
istilah minuman beralkohol. 11  Dalam  merumuskan  ketentuan  Peraturan Perandang-undangan,  gunakan  kaidah
tata bahasa Indonesia yang baku. Contoh kalimat yang tidak baku:
a. Rumah itu pintunya putih.
b. Pintu rumah ita warnanya putih.
c. lzin  usaha  perusahaan  yang  melanggar  kewajiban  sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dapat dicabut.
Contoh kalimat yang baku: a.
Rumah itu mempunyai pintu yang berwarna putih. b.
Pintu ramah itu berwarna putih. Warna pintu rumah itu putih. c.
Perusahaan  yang  melanggar  kewajiban  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 6 dapat dicabut izin usahanya.
12  Untuk  memberikan  perluasan  pengertian  kata  atau  istilah  yang  sudah  diketahui umum tanpa membuat definisi baru, gunakan kata meliputi.
Contoh: Pejabat negara meliputi direksi badan usaha milik negara dan direksi
badan usaha milik daerah. 13  Untuk  mempersempit  pengertian  kata  istilah  isilah  yang  sudah  diketahui  umum
tanpa membuat definisi baru, gunakan kata tidak meliputi. Contoh
Anak buah kapal tidak meliputi koki magang. 14  Hindari  pemberian  arti  kepada  kata  atau  frase  yang  maknanya  terlalu
menyimpang  dari  makna  yang  biasa  digunakan  dalam  penggunaan  bahasa sehari-hari.
Contoh : Pertanian meliput pula perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Rumusan yang baik: Pertanian meliputi perkebunan, peternakan, dan perikanan
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 273
15  Di dalam Peraturan Perundang-undangan yang sama hindari penggunaan: 1
Beberapa isfilah yang berbeda untuk menyatakan satu. ContoJ:
Istilah gaji, upah, atau pendapatan dapat menyatakan pengertian penghasilan. Jika untuk menyatakan penghasilan, dalam suatu pasal telah
digunakan kata gaji maka dalam pasal-pasal selanjutnya jangan menggunakan kata upah atau pendapatan untuk menyatakan pengertian
penghasilan.
2 Satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda.
Contoh: Istilah penangkapan tidak digunakan untuk meliputi pengertian penahanan
atau pengamanan karena pengertian penahanan tidak sama dengan pengertian pengamanan.
16  Jika  membuat  pengacuan  ke  pasal  atau  ayat  lain,  sedapat  mungkin  dihindari penggunaan  frase  tanpa  mengurangi,  dengan  tidak  mengurangi,  atau  tanpa
menyimpang dari; 17  Jika  kata  atau  frase  tertentu  digunakan  berulang-ulang,  maka  untuk
menyederhanakan  rumusan  dalam  peraturan  perundang-undangan,  kata  atau frase  sebaiknya  didefinisikan  dalam  pasal  yang  memuat  arti  kata,  istilah,
pengertian, atau digunakan singkatan atau akronim.
Contoh: 
Menteri adalah Menteri Keuangan 
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara yang selanjutnya disebut Komisi Pemeriksa adalah…
 Tentara  Nasional  Republik  Indonesia  yang  selanjutnya  disingkat  TNI
adalah… 
Asuransi Kesehatan yang selanjutnya disingkat ASKES.
18  Jika  dalam  peraturan  pelaksanaan  dipandang  perlu  mencantumkan  kembali definisi  atau  batasan  pengertian  yang  terdapat  dalam  Peraturan  Perundang-
undangan yang dilaksanakan, rumusan definisi atau batasan pengertian tersebut hendaknya tidak berbeda dengan rumusan definisi atau batasan pengertian yang
terdapat dalam Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi tersebut;
19  Untuk  menghindari  perubahan  nama  suatu  departemen,  penyebutan  menteri sebaiknya menggunakan penyebutan yang didasarkan pada tugas dan tanggung
jawab di bidang yang bersangkutan. Contoh:
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
274
| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa
Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang…misalnya, bidang ketenagakerjaan
20  Penyerapan  kata  atau  frase  bahasa  asing  yang  banyak  dipakai  dan  telah disesuaikan ejaanya dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat digunakan, jika kata
atau frase tersebut: 
Mempunyai konotasi yang cocok. 
Lebih  singkat  bila  dibandingkan  dengan  padanannya  dalam  Bahasa Indonesia.l
 Mempunyai corak internasional.
 Lebih mempermudah tercapainya kesepakatan.
 Lebih mudah dipahami daripada terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.
Contoh: a.
Devaluasi penurunan nilai uang b.
Devisa alat pembayaran luar negeri
21  Hindari  pemberian  arti  kepada  kata  atau  frase  yang  maknanya  terlalu Penggunaan kata atau frase bahasa asing hendaknya hanya digunakan di dalam
penjelasan  peraturan  perundang-undangan.  Kata  atau  frase  bahasa  asing  itu didahului oleh padanannya dalam Bahasa Indonesia, ditulis miring, dan diletakkan
di antara tanda baca kurung.
Contoh: a.
Penghinaan terhadap peradilan contempt of court b.
Penggabungan merger
f. Pilihan Kata atau Istilah