PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 235
Peraturan Kepala Desa tidak boleh mengatur hal yang tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh Peraturan Desa. Ini merupakan salah satu bentuk pembatasan
terhadap kekuasaan yang dimiliki oleh kepala desa. Sedangkan pada posisinya sebagai pelaksana peraturan yang lebih tinggi, Peraturan Kepala Desa memuat materi yang
menjadi kewenangannya atau materi yang diperintahkan atau didelegasikan dari peraturan yang lebih tinggi.
Peraturan Kepala Desa tetap saja dapat mengatur materi yang tidak ditentukan dalam Peraturan Desa. Namun materi itu harus tetap diperintahkan oleh peraturan
yang lebih tinggi, misalnya diperintahkan oleh Undang-Undang, Peraturan Pemerintah atau Peraturan Daerah. Peraturan kepala Desa merupakan salah satu peraturan yang
“lebih bebas” dalam menentukan substansi yang akan diaturnya, namun tetap harus mempunyai dasar hukum dalam pengaturan materi tersebut.
Sebagai contoh Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan Kepala Desa tentang Pelaksanaan Pungutan terhadap Hasil Usaha Desa Berbasis Kewenangan Lokal Skala
Desa. Isi Peraturan Kepala Desa adalah menetapkan siapa yang berwenang, apa saja tindakan yang dilakukan dan prosedur pelaksanaan pungutan tersebut. Konsideran
dalam Peraturan Kepala Desa cukup mencantumkan norma perintah delegasi dari Perdes, misalnya: “berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 Peraturan Desa Gemenggeng
Nomor 1 Tahun 2015 tentang ...., maka perlu ditetapkan Peraturan Kepala Desa tentang Pungutan atas Hasil Usaha Desa Berdasarkan Kewenangan Lokal Skala Desa
”.
e. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyusunan Peraturan di Desa
Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi: Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; Menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat Desa; dan Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis
dengan masa keanggotaan selama 6 enam tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpahjanji.Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan
dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 lima orang dan paling banyak 9 sembilan orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan
Keuangan Desa.
Adapun mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa, sebagai berikut: 1 Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa; 2 Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
paling sedikit 23 dua pertiga dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa;
3 Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat;
4 Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara;
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
236
| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa
5 Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit ½ satu perdua ditambah 1 satu dari jumlah
anggota Badan Permusyawaratan Desa yang hadir; dan 6 Hasil musyawarah Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan keputusan
Badan Permusyawaratan Desa dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh sekretaris Badan Permusyawaratan Desa.
Dalam rangka penyusunan RPJMDesa, Pemerintah Desa menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa perihal laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
Selanjutnya Badan Permusyawaratan Desa menyebarluaskan informasi tentang hasil pengkajian keadaan desa kepada masyarakat Desa untuk mendapatkan masukan dan
aspirasi.
Dalam rangka menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, Badan Permusyawaratan Desa menyelengarakan Musyawarah Desa untuk perencanaan desa
dengan mengundang masyarakat dusun danatau kelompok masyarakat yang mengajukan usulan rencana kegiatan pembangunan Desa. Musyawarah Desa tersebut
membahas dan menyepakati:
1 Laporan hasil pengkajian keadaan Desa; 2 Rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi
kepala Desa; dan 3 Rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Khusus untuk pembahasan rencana prioritas kegiatan “rumusan arah kebijakan
pembang unan desa”, dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang dibagi
berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Tahap selanjutnya, Kesepakatan dalam Musyawarah Desa yang telah dihasilan akanmenjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam menyusun rancangan
RPJMDesa.Pemerintah Desa selanjutnya menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam rangka membahas dan menyepakati rancangan RPJMDesa
yang hasilnya menjadi dasar bagi kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan peraturan Desa tentang RPJMDesa.
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan Musyawarah Desa yang diselenggarakan dalam rangka menjabarkan RPJMDesa menjadi RKP Desa.
Musyawarah Desa tersebut harus mengundang masyarakat dusun danatau kelompok masyarakat yang mengajukan usulan rencana kegiatan pembangunan Desa.
Selanjutnya Badan Permusyawaratan Desa menyebarluaskan informasi tentang hasil penjabaran pembangunan jangka menengah desa.
Hasil kesepakatan Musyawarah Desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa. Pemerintah Desa menyelenggarakan
musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam rangka membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 237
pembangunan desa selanjutnya menjadi dasar bagi kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan peraturan Desa tentang RKP Desa.
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan Musyawarah Desa yang diselenggarakan dalam rangka penyusunan rancangan APB Desa berdasarkan RKP
Desa dengan mengundang masyarakat dusun danatau kelompok masyarakat yang mengajukan usulan rencana kegiatan pembangunan Desa. Selanjutnya Badan
Permusyawaratan Desa menyebarluaskan informasi tentang hasil kesepakatan musyawrah desa. Musyawarah Desa ini membahas rancangan APB Desa yang disusun
oleh Pemerintah Desa dimana hasil yang disepakati akan menjadi dasar bagi Kepala Desadan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang
APB Desa.
f. Kewenangan BupatiWalikota melakukan Evaluasi dan Klarifikasi Peraturan