PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47
tempat ibadah dan lain-lain. Jika ada uang ganti rugi atas pelepasan tanah desa, maka uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di desa
setempat. Kepala Desa berwenang mengeluarkan keputusan untuk pelepasan hak atas tanah desa tersebut, namun pemerintah memberikan batasan dan perlindungan,
dengan menegaskan bahwa Keputusan Kepala Desa bisa diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan musyawarah dea dan mendapat ijin tertulis dari BupatiWalikota
dan Gubernur. Ketentuan ini memperkuat peran perlindungan yang dilakukan pemerintah terhadap hak asal-usul desa, guna menjaga kelestarian sekaligus
menghindari penyalahgunaan wewenang kepala desa.
Jika tanah merupakan sumberdaya ekonomi bagi desa, maka adat, lembaga dan pratana lokal, serta kearifan lokal merupakan sumberdaya sosial budaya bagi desa.
Komponen sosial budaya inilah yang membedakan desa dengan daerah, sekaligus membentuk desa sebagai “masyarakat berpemerintahan” yang menyatu dengan
kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Pranata dan kearifan lokal memang sangat beragam, tetapi secara umum mengutamakan prinsip keseimbangan,
kecukupan dan keberlanjutan. Prinsip keseimbangan mengajarkan tentang harmoni yang seimbang dalam hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
alam dan manusia dengan Tuhan. Prinsip kecukupan dan keberlanjutan menjadi nilai dasar dalam pengelolaan sumberdaya alam. Pranata lokal mengajarkan bahwa setiap
jenis sumberdaya alam laut, sungai, air, hutan dan sebagainya dikelola bersama untuk kepentingan bersama; juga mengatur masyarakat untuk memanfaatkan berbagai
sumberdaya alam secukupnya, atau melarang setiap orang berbuat serakah mengambil sumberdaya alam secara berlebihan. Kecukupan itu menjadi dasar bagi keberlanjutan,
artinya sumberdaya alam yang tersedia tidak boleh dihabiskan secara serakah untuk hari ini, tetapi juga harus diwariskan secara terus-menerus kepada anak cucu generasi
mendatang.
Dalam ranah kewenangan asal-usul, konservasi dan revitalisasi kearifan lokal yang dilakukan desa, merupakan contoh yang paling terkemuka. Kearifan lokal mengandung
pranata lokal atau sistem norma yang mengejawantahkan nilai-nilai, asas, struktur, kelembagaan, mekanisme, dan religi yang tumbuh, berkembang, dan dianut
masyarakat lokal, dalam fungsinya sebagai instrument untuk menjaga keteraturan interaksi antar warga masyarakat social order, keteraturan hubungan dengan sang
pencipta dan roh-roh yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural spiritual order, dan menjaga keteraturan perilaku masyarakat dengan alam lingkungan atau ecological
order
Rachmad Syafa‟at, Saafroedin Bahar, I Nyoman Nurjaya, 2008.
6. Kewenangan lokal berskala desa
.
Kewenangan lokal terkait dengan kepentingan masyarakat setempat yang sudah dijalankan oleh desa atau mampu dijalankan oleh desa, karena muncul dari prakarsa
masyarakat. Dengan kalimat lain, kewenangan lokal adalah kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal
desa. Kewenangan yang terkait dengan kepentingan masyarakat ini mempunyai cakupan yang relatif kecil dalam lingkup desa, yang berkaitan sangat dekat dengan
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
48
| Modul Pelatihan Penyegaran Pendampingan Desa
kebutuhan hidup sehari-hari warga desa, dan tidak mempunyai dampak keluar eksternalitas dan kebijakan makro yang luas.
Jenis kewenangan lokal berskala desa ini merupakan turunan dari konsep subsidiaritas, yang berarti bahwa baik masalah maupun urusan berskala lokal yang
sangat dekat dengan masyarakat sebaik mungkin diputuskan dan diselesaikan oleh organisasi lokal dalam hal ini adalah desa, tanpa harus ditangani oleh organisasi yang
lebih tinggi. Menutut konsep subsidiaritas, urusan yang terkait dengan kepentingan masyarakat setempat atas prakarsa desa dan masyarakat setempat, disebut sebagai
kewenangan lokal berskala desa.
Tabel Daftar positif kewenangan lokal berskala desa
No Mandat pembangunan
Daftar kewenangan lokal
1 Pelayanan dasar
Posyandu, penyediaan air bersih, sanggar belajar dan seni, perpustakaan desa, poliklinik desa.
2 Sarana dan prasarana
Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah ibadah, sanitasi dan drainase, irigasi tersier, dan lain-
lain.
3 Ekonomi lokal
Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, karamba ikan, lumbung pangan, tambatan perahu, wisata desa, kios,
rumah potong hewan dan tempat pelelangan ikan desa, dan lain-lain.
4 SDA dan lingkungan
Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, dll.
Daftar positif kewenangan desa juga bisa dijabarkan secara sektoral. Kewenangan lokal
desa secara sektoral ini meliputi dimensi kelembagaan, infastruktur, komoditas, modal dan pengembangan. Pada sektor pertanian misalnya, desa mempunyai kewenangan
mengembangkan dan membina kelompok tani, pelatihan bagi petani, menyediakan infrastruktur pertanian berskala desa, penyediaan anggaran untuk modal,
pengembangan benih, konsolidasi lahan, pemilihan bibit unggul, sistem tanam, pengembangan teknologi tepat guna, maupun diversifikasi usaha tani.
Pelaksanaan kewenangan lokal tersebut berdampak terhadap masuknya program-program pemerintah ke ranah desa. Pasal 20 UU No. 62014 menegaskan
bahwa pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b diatur dan
diurus oleh Desa. Pasal ini terkait de
ngan Pasal 81 ayat 4: “Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa” dan ayat 5: “Pelaksanaan program
sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan dengan Pembangunan Desa”.
Rangkaian pasal itu menegaskan bahwa kewenangan lokal bukanlah kewenangan pemerintah supradesa termasuk kementerian sektoral melainkan menjadi
kewenangan desa. Penegasan ini disampaikan oleh UU No. 62014 karena selama ini hampir setiap kementerian sektoral memiliki proyek masuk desa yang membawa
perencanaan, birokrasi, pendekatan, bantuan dan membangun kelembagaan lokal di
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49
ranah desa. Ada desa mandiri energi ESDM, pengembangan usaha agribisnis perdesaan Pertanian, desa siaga Kesehatan, program pembangunan infrastruktur
perdesaan PU, pamsimas PU, desa prima Pemberdayaan Perempuan dan Anak, desa produktif Nakertrans, satu desa satu produk Koperasi dan UMKM, desa
berketahanan sosial Sosial, program keluarga harapan Sosial dan lain-lain. Semua itu adalah kewenangan lokal berskala desa yang dimandatkan oleh UU No. 62014 untuk
diatur dan diurus oleh desa.
Namun bukan berarti kementerian sektoral tidak boleh masuk ke desa. Tentu sifat bersama concurrent kepentingan masyarakat setempat dengan urusan pemerintahan
tidak bisa dihindari. Karena itu dibutuhkan pembagian kerja dan sinergi. Kelembagaan, perencanaan, penganggaran dan pelayanan merupakan otoritas dan akuntabilitas desa,
sementara pembinaan teknis termasuk inovasi ilmu dan teknologi merupakan domain KementerianLembaga KL atau Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD teknis. Sebagai
contoh desa mempunyai kewenangan lokal untuk mengembangkan dan memberdayakan kelompok tani serta merencanan dan menganggarkan kepentingan
petani. Sedangkan KL maupun SKPD pertanian melakukan pembinaan dan dukungan terhadap inovasi teknologi pertanian.
7. Kewenangan Penugasan