Pentingnya Sikap Nasionalisme Sikap Nasionalisme

setiap warga negara akan memiliki rasa kebanggaan, kesetiaan, dan kecintaan terhadap tanah air, serta senantiasa mempertahankan dan memajukan bangsa dan negaranya dengan berbagai cara. Oleh karena itu, mengingat sangat pentingnya sikap nasionalisme ini, maka penanaman sikap nasionalisme sangat dianjurkan mulai saat ini, agar setiap warga negara memiliki sikap nasionalisme yang tinggi. Penanaman sikap nasionalisme dapat dilakukan mulai dari lingkup yang terdekat yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. 16

e. Upaya-upaya Peningkatan Sikap Nasionalisme

Upaya-upaya peningkatan sikap nasionalisme diantaranya adalah menurut pendapat Suparlan dan Tilaar. Suparlan menyimpulkan “lewat pendidikan nasional diharapkan warga Negara memiliki kesadaran cinta tanah airnya, tebal semangat kebangsaan, tinggi kesetiakawanan sosial, percaya pada diri sendiri, inovatif dan kreatif, mampu membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan negara dan bangsa”. Adanya pelaksanaan pengajaran pendidikan wawasan kebangsaan diharapkan dapat memberi andil bagi pembentukan nasionalisme, pendidikan wawasan kebangsaan dapat membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 17 Sikap nasionalisme tidak tumbuh dengan sendirinya. Upaya menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan. Tilaar dalam bukunya Mengindonesia Etnitas dan Bangsa Indonesia mengemukakan bahwa ada beberapa faktor penting dalam menumbuhkan sikap nasionalisme. 16 Gita Enggarwati , “Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sumampir”, Skripsi pada Universitas Negeri Yogyakarta, 2014 h. 17 17 Ivan Nove Ainun Najib, Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas Viii Di SMP N 1 Nglegok Kabupaten Blitar, jurnal online. 2013. h.4 Faktor-faktor tersebut di antaranya: 1 bahasa, 2 budaya, 3 pendidikan. Pendidikan yang tersentralisasi dalam pengertian tertentu dapat menjadi suatu alat pemersatu yang sangat kuat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat menjadi tempat yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme kepada generasi muda. Selain dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, penanaman nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler ekskul. 18

f. Penanaman Sikap melalui Mata Pelajaran IPS di Sekolah

Dasar Wina Sanjaya mengemukakan pembelajaran sikap individu dapat dibentuk dengan cara pola pembiasaan dan modeling. 1. Pola pembiasaan Di dalam proses pembelajaran di dalam kelas, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan. Contohnya, siswa selalu mendapat reward berupa pemberian hadiah dari gurunya jika siswa tersebut menunjukkan prestasi yang tinggi kepada gurunya, sehinga lama- kelamaan siswa tersebut akan selalu berusaha untuk menunjukkan berbagai hal yang positif dalam dirinya. Hal ini juga berlaku dalam penanaman sikap nasionalisme siswa. Pembiasaan guru untuk mengenalkan dan mengajarkan pentingnya sikap nasionalisme dapat menjadikan anak terbiasa untuk menjadi seorang nasionalis. Misalnya, ketika akan memasuki ruang kelas guru senantiasa membiasakan diri untuk berjabat tangan dan bertegur sapa dengan siswanya. Kebiasaan guru tersebut dapat menanamkan rasa persatuan dan kesatuan karena siswa dibiasakan untuk saling 18 Asep Tantan Triatna, “Peranan Ekstrakurikuler Paskibra Dalam Meningkatkan Nasionalisme Siswa : Studi Deskriptif Analitis Terhadap Ekstrakurikuler Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung ”, S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, h. 2, tidak dipublikasikan menghargai antar sesamanya. Pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah selalu mengecek kehadiran siswa di kelas. Kegiatan guru tersebut dimaksudkan agar siswa senantiasa memiliki perilaku disiplin dalam dirinya. Selain itu, pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan cara mengaktifkan siswa ketika pembelajaran. Keberanian dan kerja keras dalam diri siswa dapat ditanamkan karena guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat, ide, atau gagasannya selama pembelajaran berlangsung. Guru juga dapat memberikan aktivitas kepada siswa berupa kegiatan yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

2. Modeling

Pembelajaran sikap seseorang dapat dilakukan melalui proses modeling, yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Modeling adalah proses peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Misalnya, ada seorang siswa yang sangat mengagumi gurunya. Siswa tersebut akan cenderung meniru semua perilaku guru tersebut. Sebagai contoh, jika gurunya selalu berpakaian rapi saat di sekolah, maka siswa tersebut juga akan mengikuti hal yang sama seperti gurunya. Akan tetapi, guru tersebut juga harus menjelaskan alasannya karena agar sikap yang muncul nantinya didasari oleh kebenaran akan suatu sistem nilai. Pada dasarnya, salah satu karakteristik anak yang sedang berkembang adalah keinginan untuk mencontoh atau melakukan peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Jadi, guru dapat mencontohkan siswa untuk berperilaku sebagai sebagai seorang nasionalis agar dapat menanamkan sikap nasionalisme pada siswanya. Misalnya, guru senantiasa menggunakan pakaian yang merupakan produk dalam negeri dan selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada saat menerangkan materi pembelajaran. Ketika siswa melihat perilaku guru tersebut, maka di dalam diri siswa akan timbul perasaan untuk menirukan atau meneladaninya. Siswa akan senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai wujud perilaku cinta tanah airnya. Siswa juga selalu mengenakan pakaian produksi dalam negeri sebagai wujud perasaan bangga karena mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia dan mereka ingin senantiasa menunjukkan hal tersebut kepada orang lain. Sikap manusia bukanlah sesuatu yang melekat sejak lahir, akan tetapi diperoleh melalui pembiasaan. Begitu pun dengan upaya penanaman sikap nasionalisme di lingkungan sekolah dapat dilaksanakan melalui proses pembiasaan. Menurut Anis Ibnatul Muthoharoh, dkk tanpa tahun: 6 di dalam penelitiannya yang berjudul “Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan di SD Negeri Kuningan 02 Semarang Utara”, pelaksanaan pendidikan nasionalisme dapat dilakukan melalui proses pembiasaan yang meliputi: 1 kegiatan rutin; 2 kegiatan spontan; 3 kegiatan pemberian keteladanan; dan 4 kegiatan terprogram. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan ketika itu juga dan biasanya dilakukan saat guru atau tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perilaku siswa yang terlihat kurang baik. Kegiatan keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dalam memberi contoh terhadap tindakan yang baik, sehingga diharapkan akan menjadi panutan bagi siswa. Selanjutnya, kegiatan terprogram yaitu berupa kegiatan yang telah diterapkan di sekolah tersebut. Terkait dengan penanaman sikap melalui mata pelajaran IPS, maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari penanaman nilai yang berlaku di masyarakat. Materi dan pokok bahasan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan kepemilikan nilai-nilai yang baik pada diri siswa. Oleh karena itu, pembinaan nilai yang baik melalui mata

Dokumen yang terkait

Avoidance of the English Phrasal Verbs as a Strategy in Learning Process: A Case Study of the English Department Students of Faculty of Letters Jember University 2011 and 2012 Academic Years

1 4 7

The effectiveness of the use of flannel board on vocabulary achievement of the fifth year students of SDN Wonokusumo II Mojosari Mojokerto in the 2002/2003 academic year

0 2 97

Error analysis of the use of english articles in writing compositions made by the first year students of SMU Bakti Ponorogo in the 2000/2001 academic year

0 5 63

An Analysis of students' error in english free writing focused on the use of tenses: casre study of the eleventh year students of MAN Cikarang, Bekasi

0 16 125

An analysis on the difficulties faced by the students in learning passive voice in the simple past tense (a case study on the XI grade students of IPA Clase of SMAN I Kebandungan)

3 30 58

Influence the use of Value Clarification Tehnique Learning Model (VCT) Against Nationalism attitude on the subjects of social studies students in grade V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat". Thesis Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of

1 50 0

The use of analysis of covariance in the

0 4 13

AN ANALYSIS OF FIGURATIVE LANGUAGE IN KATY PERRY’S SONG THESIS Presented to the Language Education Departement of the Faculty of Teacher Training and Education of the State Islamic Institute of Palangka Raya in Partial Fulfillment of Requirements for the

0 1 20

Education, contraceptive use in women and the chance of six months exclusive breastfeeding in Indonesia

0 0 6

Dimension of an Islamic Model Value on the Existence of Syariah Waltmart

0 1 7