35 management can influence, include business mix wholesaleretail orientation,
income production net interest margin, service fee income, and trading profits, loan quality, and expense control. Uncontrollable, or external, factors
that influence bank performance include level of interest rates, general economic conditions, and the competitive environment in which the bank
operates. Banks cannot control these external factors, but they can build flexibility into their operating plans to react to changes in these factors. Two
ratio measures are commonly used in comparing bank performance – return on assets and return on equity. Returns on assets ROA is defined as net
income divided by average assets. Returns on equity is defined as net income divided by average equity owners investment, which is referred to as capital.
Generation of return to the owners of the bank results from both profitability on assets and the degree of leverage used.
Frank P. Johnson and Richard D. Johnson, 1985:43-44.
Menurut mereka tingkat keuntungan laba bersih yang dihasilkan oleh
bank dipengaruhi oleh faktor terkendali dan tidak terkendali. Faktor yang terkendali dapat mempengaruhi manajemen, termasuk campuran bisnis
eceranorientasi grosir, produksi pendapatan margin bunga bersih, pendapatan jasa biaya, dan keuntungan perdagangan, kualitas kredit, dan
pengendalian biaya. Tidak terkendali, atau eksternal, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank termasuk tingkat suku bunga, kondisi ekonomi
umum, dan lingkungan kompetitif dimana bank beroperasi. Bank tidak dapat mengendalikan faktor-faktor eksternal, tetapi mereka dapat membangun
fleksibilitas dalam operasi mereka berencana untuk bereaksi terhadap perubahan dalam faktor-faktor ini. Dua langkah rasio yang umum digunakan
dalam membandingkan kinerja bank - laba atas aktiva dan imbal hasil ekuitas. Pengembalian atas aset ROA didefinisikan sebagai pendapatan bersih dibagi
dengan aset rata-rata. Pengembalian atas ekuitas didefinisikan sebagai pendapatan bersih dibagi rata-rata ekuitas investasi pemilik, yang disebut
36 sebagai modal. Generasi kembali kepada pemilik hasil dari kedua profitabilitas
bank atas aset dan tingkat pengaruh yang digunakan. Sedangkan menurut Selamet Riyadi 2006:156, return on assets ROA
adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang
dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
H. Kerterkaitan variabel Modal, Non Performing Financing NPF, dan
Inflasi Terhadap Pembiayaan
Beberapa variabel yang peneliti anggap paling dominan mempunyai keterkaitan dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan
syariah adalah modal, non performing financing NPF, dan inflasi. 1. Keterkaitan Modal Terhadap Pembiayaan
Dalam tataran operasional, secara umum dalam kondisi normal, besarantotalitas pembiayaan sangat tergantung pada besaran dana yang
tersedia, baik yang berasal dari pemilik berupa modal sendiri, termasuk cadangan serta dana dari masyarakat luas, dana pihak ketiga. Jelasnya,
semakin besar funding suatu bank akan meningkatkan potensi bank yang bersangkutan dalam penyediaan pembiaayaan. Muhammad, 2005:52
Menurut Syafi’I Antonio 2001 dalam Pratin dan Akhyar Adnan 2005:38 salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk
pembiayaan loan adalah modal sendiri ekuitas, sehingga semakin
37 besar sumber dana ekuitas yang ada maka bank akan dapat
menyalurkan pembiayaan dalam batas maksimum yang lebih besar pula. 2. Keterkaitan Non performing Financing NPF Terhadap Pembiayaan
Menurut Sutojo 2008:2 Usaha bank yang berhasil mengelola kreditnya akan berkembang, sedangkan bank yang selalu dirongrong kredit
bermasalah akan mundur. Not Perfoming Loan NPL merupakan pembiayaan yang buruk yaitu pembiayaan yang tidak tertagih.
Besarnya NPL mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan kebijakan pembiayaankredit yang dijalankan oleh bank. Faktor-faktor yang
menyebabkan pembiayaan yang buruk ini Rose-Kolari, 1995 dalam Pratin dan Akhyar Adnan 2008:38 antara lain karakter buruk peminjam,
adanya praktek kolusi dalam pencairan pembiayaan, kelemahan manajemen, pengetahuan dan ketrampilan, dan perubahan kondisi
lingkungan. Untuk menekan atau meminimalkan tingkat NPL ini perlu dilakukan analisis pembiayaan. Semakin ketat kebijakan kreditanalisis
pembiayaan yang dilakukan manajemen bank semakin ditekan tingkat NPL akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh masyarakat
turun. Hal ini disebabkan karena waktu proses pembiayaan yang cukup lama, analisis pembiayaan yang mendalam, bahkan ada calon nasabah
yang merasa privasi pribadinya terganggu merasa tidak dipercaya karena adanya analisis karakter yang mendalam, sehingga calon nasabah
merasa lebih baik meminjam pindah ke bank lain yang lebih lunak dalam melakukan analisis pembiayaankebijakan kredit.
38 Menurut Karim dalam Pratin dan Akhyar Adnan 2005:38
pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL ketat kebijakan kredit
maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya.
3. Keterkaitan Inflasi Terhadap Pembiayaan Untuk menekan arus inflasi, terutama untuk usaha, pembangunan
ekonomi, kredit bank memegang peranan yang penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke
sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat. Dengan perkataan
lain, setiap kredit harus benar-benar diarahkan untuk menambah flow of goods
serta memperlancar distribusi barang-barang tersebut agar merata keseluruh lapisan masyarakat. Kredit bank disalurkan secara selektif untuk
menutup kemungkinan usaha-usaha yang bersifat spekulatif. Rivai, 2007:440
I. Keterkaitan Variabel Modal, Non Performing Financing NPF, Inflasi,
dan Pembiayaan Terhadap Return on Assets ROA