Hasil Uji Pengaruh antara Modal, NPF, Inflasi, dan
2 Permasalahan mendasar dari krisis keuangan yang berdampak pada krisis
ekonomi ini terutama diakibatkan oleh buruknya kualitas lembaga-lembaga keuangan yang menerapkan suku bunga sebagai sistem ribawi yang ternyata
gagal berfungsi sebagai alat indirect screening mechanism. Bahkan ia sendiri berpotensi menjadi trouble maker yang melahirkan tiga macam krisis
perbankan yang semuanya berpengaruh negatif pada kehidupan sektor riil. Kegagalan sistem bunga ini sama sekali bukanlah sebuah tudingan tanpa
alasan. Bersama-sama telah kita saksikan bagaimana semua lembaga keuangan dengan sistem bunga mengalami keterpurukan pada saat terjadinya
krisis. Pada sisi lain Bank Muamalat Indonesia yang berbasis syariah menunjukan perkembangan yang positif.
Hal lain yang mendukung kondisi di atas adalah pendapat dari Chapra dalam tesisnya yang menyimpulkan dengan tegas bahwa sistem bunga sistem
keuangan dan sistem moneter berbasis pada suku bunga tidak akan efektif dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomi, yaitu pemenuhan kebutuhan pokok,
pertumbuhan ekonomi yang optimal, pemerataan distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi. Sebaliknya, sistem keuangan dan ekonomi bebas riba yaitu
dengan menghindari suku bunga serta menerapkan prinsip profit and loss sharing
pada lembaga perbankan dapat menciptakan perekonomian yang lebih stabil dan efisien. Nurul Huda dkk., 2008:234.
Sistem perbankan Indonesia menganut dual banking system yakni sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Hal ini diakui dan
dikenal sejak diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan
3 syariah. Kemudian di perkuat dengan UU No. 10 tahun 1998 sebagai
pengganti UU No. 7 tahun 1999. Yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk surat keputusan direksi Bank
Indonesia BI. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka unit usaha syariah atau bahkan
mengkonversikan diri menjadi bank syariah secara total. Rossar Maries, 2008.
Selanjutnya pada tahun 1999 dikeluarkan UU No. 23 yang kemudian diamandemen dengan UU No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang
memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Posisi perbankan syariah
makin diperkuat dengan fatwa MUI No. 01 tanggal 24 Januari 2004 mengenai haramnya bunga bank. Dengan keberadaan undang-undang tersebut telah
memberikan kesempatan yang lebih luas untuk pengembangan jaringan perbankan syariah. Langkah yang ditempuh antara lain melalui izin
pembukaan unit usaha syariah UUS oleh bank umum konvensional, atau konversi sebuah kantor cabang atau sebuah bank umum konvensional menjadi
bank syariah. Ari Cahyono, 2009. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki