Dampak Hubungan Pusat-Daerah Persaingan Ideologis

164 IPS SMP Kelas IX

a. Dampak Hubungan Pusat-Daerah

Konflik yang terjadi di pemerintahan pusat pun berdampak ke daerah. Upaya Nasution untuk membersihkan pemerintahan sesuai undang-undang darurat, menyebabkan banyak pejabat yang lari ke daerah. Banyak anggota kabinet yang menjalin hubungan dengan dewan-dewan militer di daerah. 1 Pembentukan Dewan-Dewan Daerah Ketidakpuasan daerah pada pemerintah pusat melatarbelakangi pembentukan dewan- dewan daerah. Kolonel Achmad Husein mem- bentuk Dewan Banteng di Padang, Sumatra Barat tanggal 20 Desember 1956. Kolonel Mauludin Simbolon membentuk Dewan Gajah di Medan tanggal 22 Desember 1956. Kolonel Ventje Sumual membentuk Dewan Manguni di Manado tanggal 18 Februari 1957. Beberapa pejabat militer di daerah yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah pusat mengadakan gerakan. Kolonel Simbolon, Kolonel Sumual, dan Kolonel Lubis bertemu dengan PM Ali Sastroamidjojo dan Bung Hatta. Tuntutannya adalah dilaksanakannya pemilu, diberlakukannya otonomi, PKI dilarang, dan digantikannya Nasution. Di tengah negosiasi antara pemerintah pusat dengan dewan-dewan tersebut, terjadi peng- ambilalihan pemerintahan di daerah. Ke- tegangan pun muncul. Para panglima daerah tersebut kemudian dipecat dari dinas militer. 2 Nasionalisasi Aset Belanda Kegagalan PBB memaksa Belanda untuk menyelesaikan masalah Irian Barat me- ningkatkan ketegangan politik. Anggota- anggota PKI dan PNI serta rakyat di berbagai daerah mengambil alih aset Belanda. Kabinet Djuanda tidak mampu menyelesaikan kasus tersebut. Gerakan rakyat di berbagai daerah semakin tidak terkendali. Nasution kemudian tampil dan memerintahkan tentara untuk mengelola perusahaan Belanda yang disita. Nasution perlahan-lahan mengendalikan panglima-panglima daerah dan TNI AD semakin diperhitungkan. Sumber: www.kodam-ii-sriwijaya.mil ▲ ▲ ▲ ▲ ▲ Gambar 6.8 Kolonel Simbolon Sumber: www.kitlv.nl ▲ ▲ ▲ ▲ ▲ Gambar 6.9 Ir. Djuanda Di unduh dari : Bukupaket.com IPS SMP Kelas IX 165

b. Persaingan Ideologis

Dominannya PKI dalam kehidupan politik nasional mendapat reaksi dari partai dan organisasi lainnya. Ideologi komunisme yang dikembangkan PKI bertentangan dengan ke- yakinan bangsa Indonesia. Pada bulan September 1957 Masyumi memelopori Muktamar Ulama se- Indonesia di Palembang. Muktamar mengeluar- kan fatwa bahwa komunisme diharamkan bagi kaum muslim. Muktamar juga meminta agar aktivitas PKI dibekukan dan dilarang di seluruh Indonesia. Perdebatan Islam dan PKI pun merembet dalam persidangan konstituante. Perdebatan terjadi antara pihak yang mendukung Islam dan Pancasila sebagai dasar negara. Macetnya konstituante menyebabkan krisis pemerintahan dan ketatanegaraan. Dengan didukung TNI, Bung Karno kemudian mengeluarkan dekrit yang memberlakukan kembali UUD 1945. Dekrit ini selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

c. Pergolakan Sosial Politik