IPS SMP Kelas IX
177
Biro Khusus menyarankan kepada pimpinan PKI D.N. Aidit untuk mengadakan perebutan kekuasaan pemberontakan. Hal ini
diputuskan dalam rapat pimpinan biro tersebut pada bulan Agustus 1965. Keputusan itu ditindaklanjuti dengan rapat rahasia
secara maraton.
No. Kegiatan Rapat
HasilKeputusan 1.
6 September 1965 Dihadiri para perwira dan membahas situasi
umum serta antisipasi sakitnya Bung Karno. Sjam melontarkan isu Dewan Jenderal yang akan
kudeta. Sjam menyarankan Aidit untuk men- dahului melakukan kudeta.
2. 9 September 1965
Membahas kesepakatan untuk melakukan kudeta, strategi yang akan digunakan, dan
pembagian tugas pasukan. 3.
13 September 1965 Konsolidasi di rumah Kolonel A. Latief.
4. 15 September 1965
Konsolidasi di rumah Kolonel A. Latief. 5.
17 September 1965 Konsolidasi di rumah Kolonel A. Latief.
6. 19 September 1965
Di rumah Sjam saat Mayor Sigit tidak menemukan bukti adanya Dewan Jenderal. Ia kemudian
tersingkir dari PKI. 7.
22 September 1965 Dilaksanakan di rumah Sjam dan diputuskan
sasaran gerakan kudeta dengan membentuk Pasukan Pasopati menculik para jenderal,
Pasukan Bimasakti Gedung RRI dan Tele- komunikasi, dan Pasukan Gatotkaca meng-
amankan Lubang Buaya.
8. 24 September 1965
Di rumah Sjam. 9.
26 September 1965 Di rumah Sjam.
10. 29 September 1965
Di rumah Sjam dan memutuskan memberi nama gerakannya sebagai Gerakan 30 September.
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia
Setelah melalui serangkaian rapat, PKI kemudian mengambil keputusan akhir. Keputusannya adalah komandan gerakan dijabat
Letkol Untung Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa. Resimen ini sehari-hari bertugas mengawal presiden.
a. Pemberontakan G 30 S PKI
PKI kemudian benar-benar melakukan pemberontakan dan pengkhianatan kepada bangsa Indonesia. Operasi pemberontakan
dipimpin oleh Letkol Untung dengan melibatkan satu batalion Divisi Diponegoro dan Divisi Brawijaya. Mereka dibantu oleh
Pemuda Rakyat PKI. Pusat gerakan di Lubang Buaya, dekat Halim Perdanakusuma.
Di unduh dari : Bukupaket.com
178
IPS SMP Kelas IX
PKI kemudian berhasil menculik dan membunuh para perwira TNI AD.
Mereka adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Harjono
M.T., Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Pandjaitan, dan Brigjen Soetojo
Siswomihardjo. Jenderal A.H. Nasution berhasil meloloskan diri. Namun, putri-
nya Irma Suryani Nasution dan ajudan- nya Lettu Pierre Andries Tendean tewas
tertembak. Korban PKI lainnya adalah Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun yang
mengawal rumah Wakil Perdana Menteri II dr. J. Leimena.
Selain melakukan pembunuhan, PKI juga merebut RRI Pusat dan gedung Telekomunikasi di Jalan Medan Merdeka. Keduanya
digunakan Letkol Untung untuk menyiarkan pengumuman G 30 S. Pukul 07.20 WIB Letkol Untung mengumumkan bahwa
gerakan mereka ditujukan kepada Dewan Jenderal yang katanya mau melakukan perebutan kekuasaan. Namun, kedok mereka
terbongkar pada siang harinya pukul 13.00 WIB.
Pemberontakan PKI juga berlangsung di Jawa Tengah dipimpin oleh Kolonel
Sahirman Asisten I Kodam VII Diponegoro. Setelah menguasai Markas
Kodam VIIDiponegoro, mereka merebut RRI, telekomunikasi, dan Korem-Korem
di Jawa Tengah. Korem 071Purwokerto dikuasai Letkol Soemitro, Korem
072Yogyakarta dikuasai Mayor Mulyono, Korem 073 Salatiga dikuasai Letkol Idris,
dan Brigif 6 dikuasai oleh Kapten Mintarso.
Akibat pemberontakan ini, Danrem 072 Kolonel Katamso dan Kasrem 072 Letkol Sugiyono diculik dan dibunuh secara keji. PKI
juga membunuh para perwira TNI AD di lingkungan Brigade Infanteri 6Surakarta dan merebut RRI, telekomunikasi, bank
negara, dan mendukung G 30 SPKI. Rakyat Surakarta benar-benar ketakutan dengan teror PKI.
Sumber: www.panyingkul
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.28
Tujuh pahlawan revolusi pada monumen Lubang Buaya.
Foto: Puguh S.
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.29
Patung Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono di monumen Kentungan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
IPS SMP Kelas IX
179
b. Penumpasan G 30 SPKI