IPS SMP Kelas IX
175
Selain untuk proyek tersebut, anggaran pemerintah juga dihabiskan untuk membiayai politik konfrontasi. Saat cadangan
anggaran habis, pemerintah menghimpun dana-dana revolusi dan memperbanyak utang luar negeri. Dampak dari kebijakan tersebut
adalah tingginya inflasi, melonjaknya harga kebutuhan masyarakat, dan tergencetnya perekonomian rakyat. Bukan
pemandangan yang aneh apabila selama demokrasi terpimpin banyak terjadi antrean beras dan minyak.
c. Kehidupan Sosial
Doktrin Nasakom yang disuarakan Bung Karno mempengaruhi kehidupan sosial ke-
masyarakatan. Hal ini terlihat sekali dalam kehidupan pers. Surat kabar yang menentang
Nasakom atau PKI diberedel. Misalnya Pedoman, Nusantara, Keng Po, Pos Indonesia, dan Star
Weekly. Sebaliknya, surat kabar PKI merajai dunia penerbitan pers saat itu, seperti Harian Rakyat,
Bintang Timur, dan Warta Bhakti. Mereka juga menerbitkan surat kabar Bintang Muda, Zaman
Baru, dan Harian Rakyat Minggu. Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia PWI milik
pemerintah didominasi oleh golongan komunis. Surat kabar milik PKI melakukan propaganda dan
agitasi terhadap lawan-lawan politiknya. Dengan jalan itu, PKI berhasil mendominasi kehidupan
sosial politik masyarakat.
Untuk memurnikan ajaran Bung Karno dari pengaruh komunis, beberapa tokoh membentuk
Barisan Pendukung Soekarnoisme BPS. BPS diketuai oleh Adam Malik dibantu oleh
B.M. Diah, Sumantoro, dan kawan-kawan. Berdirinya BPS mendapat tekanan dari PKI.
Bahkan, PKI memfitnah bahwa BPS merupakan bentukan Amerika. Bung Karno kemudian
mendukung PKI dengan melarang kegiatan BPS.
d. Kehidupan Budaya
Saat PKI merajai kehidupan politik, semua kegiatan kebudayaan terpengaruh. Sejak tahun
1950 PKI telah membentuk Lembaga Kebudaya- an Rakyat Lekra dengan tokoh utamanya
Pramoedya Ananta Toer. Lekra dengan kejam menindas dan meneror kaum intelektual dan
sastrawan Indonesia yang tidak mau bergabung dengannya. Pada saat yang sama, Lekra mem-
Sumber: tjamboek28.multiply
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.25
Surat kabar Star Weekly.
Sumber: www.brabantsdagblad
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.26
Pramoedya Ananta Toer
Di unduh dari : Bukupaket.com
176
IPS SMP Kelas IX
propagandakan misi dan kepentingan PKI terutama berkaitan dengan penyebaran ideologi
komunis. Para mahasiswa PKI bergabung dalam Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia
CGMI. Mereka meneror mahasiswa lain yang tidak mau bergabung.
Para sastrawan dan cendekiawan penentang Lekra membuat Manifes Kebudayaan tanggal
17 Agustus 1963. Mereka mendukung Pancasila, tetapi menolak bergabung dengan Nasakom. Para
sastrawan dan intelektual itu menghendaki suatu kebudayaan Indonesia yang tidak didominasi
oleh ideologi tertentu. Tokoh manifes ini adalah H.B. Jassin. PKI kemudian menggunakan ke-
kuasaan Bung Karno untuk melarang kegiatan manifes kebudayaan. Akhirnya, Bung Karno
benar-benar melarangnya tanggal 8 Mei 1964. Bahkan H.B. Jassin kemudian dipecat sebagai
dosen di Universitas Indonesia Jakarta.
Demikianlah cara PKI menciptakan suasana yang menguntungkan kepentingan politiknya. Mereka menempel setiap kebijakan Bung
Karno dengan membentuk lembaga-lembaga pendukung. Teror dan fitnah mereka jalankan untuk menghadapi kelompok antikomunis.
Berkat dukungan dan perlindungan Bung Karno, PKI mampu me- masuki seluruh sendi kehidupan bangsa. Oleh karena itu, PKI tinggal
menunggu waktu untuk merebut kekuasaan sesuai dengan doktrin komunisme.
5. Peristiwa G 30 SPKI
PKI merupakan partai terbesar di dunia di luar negara komunis. Pada tahun 1964 PKI telah berubah menjadi kekuatan yang besar dan
agresif dalam perpolitikan Indonesia. PKI mengusulkan kepada Bung Karno agar dibentuk ”Angkatan Kelima”. Yang dimaksud PKI adalah
agar rakyat yang di bawah pengaruhnya dipersenjatai. Oleh karena itu, para gerilyawan PKI memperoleh latihan kemiliteran di pangkalan
udara Halim Perdanakusuma. Jumlah kader PKI yang ikut kursus dan latihan hingga bulan September adalah dua ribu orang. Mendekati
akhir bulan September 1965, ribuan tentara berkumpul di Jakarta. Orang menduga bahwa itu dilakukan untuk menyambut hari ABRI
tanggal 5 Oktober. Dengan kedudukan dan potensi itu, PKI mem- persiapkan perebutan kekuasaan. Persiapan dilakukan secara matang
dilakukan oleh Biro Khusus yang dipimpin Sjam Kamaruzzaman.
Sumber: Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.27
H.B. Jassin
Di unduh dari : Bukupaket.com
IPS SMP Kelas IX
177
Biro Khusus menyarankan kepada pimpinan PKI D.N. Aidit untuk mengadakan perebutan kekuasaan pemberontakan. Hal ini
diputuskan dalam rapat pimpinan biro tersebut pada bulan Agustus 1965. Keputusan itu ditindaklanjuti dengan rapat rahasia
secara maraton.
No. Kegiatan Rapat
HasilKeputusan 1.
6 September 1965 Dihadiri para perwira dan membahas situasi
umum serta antisipasi sakitnya Bung Karno. Sjam melontarkan isu Dewan Jenderal yang akan
kudeta. Sjam menyarankan Aidit untuk men- dahului melakukan kudeta.
2. 9 September 1965
Membahas kesepakatan untuk melakukan kudeta, strategi yang akan digunakan, dan
pembagian tugas pasukan. 3.
13 September 1965 Konsolidasi di rumah Kolonel A. Latief.
4. 15 September 1965
Konsolidasi di rumah Kolonel A. Latief. 5.
17 September 1965 Konsolidasi di rumah Kolonel A. Latief.
6. 19 September 1965
Di rumah Sjam saat Mayor Sigit tidak menemukan bukti adanya Dewan Jenderal. Ia kemudian
tersingkir dari PKI. 7.
22 September 1965 Dilaksanakan di rumah Sjam dan diputuskan
sasaran gerakan kudeta dengan membentuk Pasukan Pasopati menculik para jenderal,
Pasukan Bimasakti Gedung RRI dan Tele- komunikasi, dan Pasukan Gatotkaca meng-
amankan Lubang Buaya.
8. 24 September 1965
Di rumah Sjam. 9.
26 September 1965 Di rumah Sjam.
10. 29 September 1965
Di rumah Sjam dan memutuskan memberi nama gerakannya sebagai Gerakan 30 September.
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia
Setelah melalui serangkaian rapat, PKI kemudian mengambil keputusan akhir. Keputusannya adalah komandan gerakan dijabat
Letkol Untung Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa. Resimen ini sehari-hari bertugas mengawal presiden.
a. Pemberontakan G 30 S PKI