26
IPS SMP Kelas IX
4 Heiho yaitu prajurit pembantu bala tentara Jepang. 5 Fujinkai yaitu perkumpulan wanita untuk memobilisasi
pengumpulan bantuan logistik perang.
c. Pergerakan Kebangsaan Zaman Jepang
Kehadiran bala tentara Jepang di Indonesia semula disambut dengan
penuh antusias. Rakyat menyambut kedatangan tentara Jepang dengan
lambaian Merah Putih dan bendera Matahari Terbit. Hal ini memang
dibiarkan Jepang untuk meraih simpati penduduk. Saat semangat rakyat
menggelora, Jepang memanfaatkannya untuk kepentingan perang.
Kedatangan Jepang disikapi beragam oleh para pemimpin perjuangan. Sikap
tersebut antara lain:
1 Mau Bekerja Sama dengan Jepang
Para pemimpin melihat bahwa kehadiran Jepang merupakan peluang untuk meraih kemerdekaan. Ada beberapa
faktor yang melatarbelakanginya. Bangsa-bangsa di Timur Tengah mengalami masa kebangkitan. Jepang menang dalam
perang melawan Rusia tahun 1905.
Sejak tahun 1933 antara pe- mimpin Indonesia Hatta dan Gatot
Mangkupraja telah berinteraksi dengan Jepang. Di kalangan rakyat
muncul ramalan Jayabaya tentang datangnya orang kate yang akan
menguasai Nusantara selama umur jagung. Inilah yang menyebabkan
para pemimpin Indonesia mau bekerja sama.
Pemimpin politik direkrut ke dalam beragam lembaga Jepang. Tujuannya untuk merebut hati rakyat. Mr. Sjamsudin
ditunjuk untuk mengetuai Gerakan Tiga A. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur dipercaya
mengelola Pusat Tenaga Rakyat PUTERA pada bulan Maret 1943.
Sumber: www.kitlv.nl
▲ ▲
▲ ▲
▲
Gambar 1.31
Model propaganda Jepang: bendera Matahari Terbit digabung dengan bendera Merah Putih.
Sumber: www.kitlv.nl
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 1.32
Bung Karno dan para pejabat militer Jepang.
Di unduh dari : Bukupaket.com
IPS SMP Kelas IX
27
Jepang memberi kelonggaran pada Majelis Islam A’la Indonesia
MIAI. Organisasi ini didirikan di Surabaya oleh K.H. Mas Mansyur
tahun 1937. Anggaran dasar MIAI diubah menjadi, ”turut bekerja sama
dengan sekuat tenaganya dalam pe- kerjaan membangunkan masyarakat
baru, untuk mencapai kemakmuran bersama di lingkungan Asia Raya di
bawah pimpinan Dai Nippon”. Pada bulan Oktober 1943 MIAI diubah
menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia Masyumi.
2 Menolak Kerja Sama dengan Jepang
Tokoh pergerakan kebangsaan yang menolak bekerja sama dengan Jepang adalah Sutan Sjahrir dan dr. Tjipto
Mangunkusumo. Mereka menempuh jalur nonkooperasi. Sjahrir menganggap Jepang mengembangkan fasisme. Sjahrir
kemudian memelopori gerakan bawah tanah dan didukung oleh mantan anggota PNI Baru.
Tokoh lain yang menolak kerja sama dengan Jepang adalah Amir
Sjarifuddin. Namun, perjuangan Amir Sjarifuddin gagal setelah
ditangkap bulan Januari 1943 karena polisi militer Jepang mengetahui
tempat persembunyiannya. Pada bulan Februari 1944 sebanyak 53
pengikutnya ditangkap dan dihukum mati. Amir Sjarifuddin sendiri
dihukum seumur hidup. Atas jamin- an Bung Karno dan Bung Hatta,
hukuman Amir Sjarifuddin kemudian diperingan oleh pemerintah.
Itulah pergerakan kebangsaan pada masa awal dan pertengahan pendudukan Jepang di Indonesia. Pergerakan kebangsaan semakin
giat setelah Jepang mulai kalah dalam Perang Pasifik. Pada tanggal 7 September 1944 Jepang mengumumkan untuk memberi
kemerdekaan bagi Indonesia di kelak kemudian hari. Oleh karena itu, dibentuklah Dokuritsu Zunbi Cosakai atau Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Di lembaga inilah para pemimpin kita bergabung dan membahas rencana-rencana
yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia.
Sumber: www.kitlv.nl
▲ ▲
▲ ▲
▲
Gambar 1.34
Amir Sjarifuddin
Sumber: Images.masoye.multiply.com
▲ ▲
▲ ▲
▲
Gambar 1.33
Kantor MIAI
Di unduh dari : Bukupaket.com
28
IPS SMP Kelas IX
4. Perlawanan Rakyat pada Masa Pendudukan Jepang