IPS SMP Kelas IX
165
b. Persaingan Ideologis
Dominannya PKI dalam kehidupan politik nasional mendapat reaksi dari partai dan
organisasi lainnya. Ideologi komunisme yang dikembangkan PKI bertentangan dengan ke-
yakinan bangsa Indonesia. Pada bulan September 1957 Masyumi memelopori Muktamar Ulama se-
Indonesia di Palembang. Muktamar mengeluar- kan fatwa bahwa komunisme diharamkan bagi
kaum muslim. Muktamar juga meminta agar aktivitas PKI dibekukan dan dilarang di seluruh
Indonesia. Perdebatan Islam dan PKI pun merembet dalam persidangan konstituante.
Perdebatan terjadi antara pihak yang mendukung Islam dan Pancasila sebagai dasar negara.
Macetnya konstituante menyebabkan krisis pemerintahan dan ketatanegaraan. Dengan didukung TNI, Bung Karno kemudian
mengeluarkan dekrit yang memberlakukan kembali UUD 1945. Dekrit ini selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
c. Pergolakan Sosial Politik
Pada masa demokrasi terpimpin Bung Karno menggalang kekuatan dengan negara-negara sosialis dan komunis. Dampak
kebijakan ini adalah terbukanya kesempatan bagi PKI untuk memperkuat basis dukungan. Administrasi pemerintahan pun
menjadi tidak terkendali. Pemerintah kurang memperhatikan aspirasi daerah dan para bekas pejuang. Terjadilah kesenjangan
antara pemerintah pusat dan daerah. Di kalangan TNI sendiri sering terjadi perpecahan. Sementara itu, beberapa negara luar
juga turut campur tangan dalam masalah Indonesia. Akumulasi dari kondisi tersebut mengakibatkan munculnya pergolakan di
berbagai daerah. 1 Piagam Perjoangan Rakyat Semesta
Pada tanggal 2 Maret 1957 Panglima Tentara Teritorium VII Makassar Letkol Ventje
Sumual mengumumkan darurat perang di daerahnya. Dengan pengumuman itu maka
Sumual berwenang mengambil alih seluruh kekuasaan di Indonesia bagian timur. Letkol
Ventje Sumual kemudian memproklamasikan Piagam Perjoangan Rakyat Semesta Permesta.
Piagam Permesta tersebut ditandatangani oleh 51 tokoh masyarakat di Indonesia bagian
timur.
Sumber: permesta.8m.net
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.11
Proklamasi Permesta.
Sumber: www.kitlv.nl
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.10
Ali, Nasution, Idham, dan Aidit pada tahun 1963.
Di unduh dari : Bukupaket.com
166
IPS SMP Kelas IX
Peristiwa tersebut benar-benar mengancam persatuan Indonesia. Amerika Serikat terlibat dalam gerakan ini. Salah
satu pilotnya A.L. Pope tertembak di Ambon. Kabinet Ali Sastroamidjojo gagal mengatasinya dan tanggal 14 Maret 1957
mengembalikan mandatnya. Presiden Soekarno kemudian membentuk Kabinet Karya dengan Perdana Menteri
Ir. Djuanda.
2 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
Pada awal tahun 1958 terjadi pertemuan antara beberapa tokoh militer dan sipil di
Sumatra. Kolonel Simbolon, Kolonel Lubis, dan kawan-kawan bertemu dengan Moh.
Natsir, Sjafrudin Prawiranegara, Sumitro Djojohadikusumo, dan lain-lain. Hasil
pertemuan tanggal 10 Februari 1958 berupa beberapa ultimatum yaitu Kabinet Djuanda
dibubarkan, Hatta dan Hamengkubuwono IX ditunjuk membentuk kabinet sampai di-
laksanakan pemilu, dan Bung Karno harus kembali ke posisi konstitusionalnya.
Ultimatum tersebut ditolak oleh peme- rintah. Kolonel Lubis, Kolonel Simbolon,
Kolonel Acmad Husein, dan lain-lain dipecat dari dinas militer. Tanggal 15 Februari 1958
dibentuklah Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia PRRI. Perdana Menteri
PRRI adalah Mr. Sjafrudin Prawiranegara. Anggota kabinetnya antara lain Moh. Natsir,
Burhanuddin Harahap, Sumitro Djojohadi- kusumo, dan Simbolon. PRRI juga didukung
oleh Kolonel D.J. Somba di Sulawesi Utara tanggal 17 Februari 1959.
Itulah beberapa pergolakan yang terjadi hingga awal tahun 1960-an. Upaya pemerintah untuk
menghadapi pergolakan ini dengan diplomasi dan operasi militer. Pemerintah menggelar musyawarah
nasional antara tokoh pusat dan daerah tanggal 14 September 1957. Gerakan Permesta dihadapi
dengan Operasi Sapta Marga. PRRI dihadapi dengan menggelar Operasi 17 Agustus.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.12
Kolonel Zulkifli Lubis
Sumber: www.kitlv.nl
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 6.13
Mr. Sjafrudin Prawiranegara
Di unduh dari : Bukupaket.com
IPS SMP Kelas IX
167 2. Pemberontakan PKI dan Konflik Dalam Negeri
Doktrin komunis adalah merebut kekuasaan negara yang sah dengan cara apa pun. Setiap peluang dan kesempatan yang ada akan
digunakan oleh orang-orang komunis untuk mengembangkan ideologinya. Mereka akan menjalankan aksinya bagaimanapun kondisi
yang dihadapi bangsa. Ini harus kita pahami dan waspadai bersama. Coba buka kembali sejarah pergerakan bangsa. Saat pergerakan
nasional tengah berkembang, PKI mengadakan pemberontakan pada tahun 19261927. Organisasi pergerakan lainnya pun terkena
dampaknya. Saat itu, pemerintah Belanda sangat menekan kaum pergerakan.
a. Pemberontakan PKI Madiun