Kondisi Peternakan Sapi Perah di Jawa Barat

Padang Panjang, yakni Rp. 1 900 per liter susu pada Januari dan Rp. 2 700 per liter pada November 2008. Terdapat kenaikan harga susu, disebabkan harga susu dunia juga naik pada tahun tersebut. Tabel 8 mendeskripsikan bahwa harga rata-rata susu secara nasional pada Januari sebesar Rp. 2 661 per liter susu setiap bulannya mengalami kenaikan dan menjadi Rp 3 121 per liter susu pada November 2008. Harga susu segar per liter di daerah sentra susu Provinsi Jawa Barat memiliki nilai di atas harga rataan nasional. Kondisi ini diduga, karena jumlah perusahaan yang menampung susu segar untuk diolah oleh IPS, relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah yang hanya memiliki satu perusahaan IPS yakni PT. Sari Husada, dan Jawa Timur hanya PT. Nestle Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut, koperasi susu di Provinsi Jawa Barat memiliki kemampuan untuk ‘menawar harga jual’ lebih baik, walaupun tetap sebagai penentu harga adalah IPS. Harga yang tinggi di Kota Padang Panjang memberikan keuntungan tersendiri bagi peternak yang berada di daerah tersebut. Kondisi ini disebabkan, karena susu yang dijual oleh peternak di daerah ini tidak dijual kepada IPS tidak terdapat IPS di Provinsi Sumatera Barat, sehingga susu segar langsung dijual kepada konsumen.

5.2. Kondisi Peternakan Sapi Perah di Jawa Barat

Berdasarkan catatan statistik Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2009 tidak semua provinsi di Indonesia memiliki sapi perah, konsentrasi tebesar dari populasi sapi perah terdapat di Pulau Jawa Firman, 2007. Perkembangan populasi ternak yang cukup besar tersebut didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang usahaternak sapi perah seperti IPS, Balai Inseminasi Buatan, lingkungan geografis dan para peternak yang telah lama bergelut dengan sapi perah. Disamping itu, faktor positif yang menunjang perkembangan populasi sapi perah di Pulau Jawa adalah karena di pulau ini merupakan sumber pasar yang potensial untuk produk susu dengan jumlah populasi penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lainnya Firman, 2007. Menurut Ditjennak 2009 pada tahun 2008, Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil susu terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur. Sekitar 40 persen 30 714 kepala keluarga populasi ternak sapi perah Indonesia ada di Jawa Barat dan 32 persen 242 142 ton produksi susu segar nasional dihasilkan oleh Propinsi Jawa Barat Ditjennak dan GKSI, 2008. Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengeluarkan kebijakan melalui dinas peternakan untuk meningkatkan produksi susu sebagai bentuk pemberdayaan perternak sapi perah lokal untuk dapat meningkatkan pendapatannya. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah meningkatkan jumlah bibit sapi perah melalui UPT. Peternakan Sapi perah di Cikole Bandung. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah terbesar di Indonesia setelah Jawa Timur. Sampai dengan tahun 2008, jumlah sapi perah di Jawa Barat mencapai 111 250 ekor yang menghasilkan 242 102 ton susu segar. Tabel 9 dan 10 menyajikan perkembangan populasi ternak sapi dan produksi susu berdasarkan kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat. Tabel 9. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Perah di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2004-2008 No KabupatenKota Sapi Perah Ekor 2004 2005 2006 2007 2008 1 Bogor 5 356 5 435 5 123 5 268 5 907 2 Sukabumi 3 614 3 796 4 199 4 547 4 698 3 Cianjur 1 822 1 867 1 905 2 249 2 864 4 Bandung 44 680 50 354 53 203 53 965 27 017 5 Garut 23 803 12 802 14 157 15 959 16 197 6 Tasikmalaya 1 520 1 543 1 569 1 644 1 759 7 Ciamis 167 91 112 151 194 8 Kuningan 6 798 6 164 5 841 5 138 5 191 9 Cirebon 84 69 71 72 127 10 Majalengka 570 623 630 671 1 006 11 Sumedang 5 429 5 845 6 572 8 722 9 744 12 Indramayu 602 598 568 969 1 981 13 Subang 425 326 306 783 1 366 14 Purwakarta 15 19 24 17 7 15 Karawang 24 24 24 27 34 16 Bekasi 25 20 30 30 99 17 Bandung Barat - - - - 29 316 18 Kota Bogor 1 612 1 040 658 819 903 19 Kota Sukabumi 121 111 219 252 273 20 Kota Bandung 611 583 585 612 1 063 21 Kota Cirebon 9 6 6 4 4 22 Kota Bekasi - - - - - 23 Kota Depok 883 906 997 893 714 24 Kota Cimahi 494 212 219 279 356 25 Kota Tasikmalaya 294 321 349 418 419 26 Kota Banjar - - - - 11 Jawa Barat 98 958 92 755 97 367 103.489 111 258 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2009 Keterangan: ’-’ data tidak tersedia Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bogor adalah lima kabupaten dengan populasi ternak teratas sentra usahaternak sapi perah. Jumlah ternak dari kelima kabupaten tersebut mencapai 88 181 ekor atau mencapai 77.86 persen dari populasi sapi di Jawa Barat secara keseluruhan. Tabel 10. Perkembangan Produksi Susu di Propinsi Jawa Barat, Tahun 2004-2008 No KabupatenKota Produksi Susu ton 2004 2005 2006 2007 2008 1 Bogor 11 656 11 828 11 149 11 464 12 855 2 Sukabumi 7 865 8 261 9 138 9 895 10 224 3 Cianjur 3 965 4 063 4 146 4 894 6 233 4 Bandung 97 232 109 580 115 780 117 438 58 794 5 Garut 51 800 27 860 30 808 34 730 35 248 6 Tasikmalaya 3 308 3 358 3 414 3 578 3 828 7 Ciamis 363 198 244 329 422 8 Kuningan 14 794 13 414 12 711 11 181 11 297 9 Cirebon 183 150 155 157 276 10 Majalengka 1 240 1 356 1 371 1 460 2 189 11 Sumedang 11 815 12 720 14 302 18 981 21 205 12 Indramayu 1 310 1 301 1 236 2 109 4 311 13 Subang 925 709 666 1 704 2 972 14 Purwakarta 33 41 52 37 15 15 Karawang 52 52 52 59 74 16 Bekasi 54 44 65 65 215 17 Bandung Barat - - - - 63 797 18 Kota Bogor 3 508 2 263 1 432 1 782 1 965 19 Kota Sukabumi 263 242 477 548 594 20 Kota Bandung 1 330 1 269 1 273 1 332 2 313 21 Kota Cirebon 20 13 13 9 9 22 Kota Bekasi - - - - - 23 Kota Depok 1 922 1 972 2 170 1 943 1 554 24 Kota Cimahi 1 075 461 477 607 775 25 Kota Tasikmalaya 640 699 759 910 912 26 Kota Banjar - - - - 24 Jawa Barat 215 352 201 853 211 889 225 212 242 102 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2009 Keterangan : ’-’ data tidak tersedia Produksi susu di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 10. Besarnya populasi ternak kelima kabupaten tersebut menjadi penghasil susu terbesar. Kelima kabupaten tersebut menghasilkan 191 899 ton per tahun atau hampir 79.26 persen dari jumlah produksi susu sapi di Jawa Barat. Kabupaten Bandung sebelum dan sesudah pemekaran Kabupaten Bandung Barat, merupakan sentra populasi dan konsentrasi peternak sapi perah, terbukti dengan adanya dua koperasi susu terbaik dan terbesar yakni KPSBU Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Lembang dan KPBS Koperasi Peternak Bandung Selatan di Pangalengan. Susu yang diproduksi sebagian besar disalurkan ke koperasiKUD persusuan yang kemudian dipasarkan kepada IPS. Selain memasarkan hasil produksi susu para peternak, koperasi juga melayani kebutuhan pakan konsentrat, obat-obatan, inseminasi buatan, memfasilitasi penyaluran kredit maupun simpan pinjam untuk anggota. Peternakan sapi perah merupakan bagian dari usaha agribisnis pertanian. Pola agribisnis peternakan sapi perah rakyat dilihat pada pada Gambar 6. Sumber: GKSI, 2007. Gambar 6. Pola Agribisnis Peternakan Sapi Perah di Jawa Barat Melihat sistem agribisnis tersebut, tampak bahwa bisnis persusuan tidak dapat dipisahkan antara sub sistem off farm pra produksi, on farm budidaya dan Off farm II pasca produksi dan pemasaran hasil serta subsistem pendukungnya, yaitu lembaga keuangan dan lembaga-lembaga penelitian atau Peternak KOPKUD SUSU Obat Hewan Konsentrat penyuluhan hijauan Milk center Milk Process Milk Treatment Industri IPS Dairy pasar pasar Kelembagaan pendukung: perbankan, lembaga PenelitianSDM PT, Asosiasi dsb Institusi off farm I off farm II on farm penyediaan sumberdaya manusia. Oleh karenanya, pengembangan agribisnis berbasis sapi perah harus dilakukan secara terintegrasi oleh suatu manajemen yang sama dari hulu ke hilir. Menurut Firman 2007 dalam rangka peningkatan mutu produksi susu lokal, harus ditindaklanjuti dengan sertifikasi produk. Koperasi pada kondisi ini dapat bekerja sama dengan lembaga sertifikasi yang terakreditasi sebagai lembaga Sertifikasi Peningkatan Sistem Manajemen Mutu SPSMM. Koperasi yang menerapkan sistem manajemen yang mengacu pada kaidah-kaidah ISO 9000, sehingga diharapkan produk susu lokal akan mampu bersaing di pasar global dimasa mendatang. Selain itu yang diperlukan adalah mengantisipasi situasi perdagangan bebas, bahwa harga tidak ditentukan lagi oleh aturan sepihak, namun didasarkan kepada interaksi kekuatan permintaan dan penawaran. Selain itu, hilangnya berbagai bentuk proteksi akan menyebabkan meningkatnya susu impor di Indonesia, yang akan menjadi pesaing baru bagi kalangan produsen susu nasional

5.3. Kelembagaan Agribisnis Sapi Perah