usahaternak sapi perah yang dijalani adalah sebagai usaha sampingan. Pekerjaan utama kedua responden tersebut juga masih berhubungan dengan usahaternak sapi
perah, yaitu bertani dan karyawan KPBS Pangalengan. Sementara usahaternak sapi perah merupakan pekerjaan utama bagi 30 responden dari KPS Garut.
Melihat kondisi dari status usataternak yang dijalankan, menggambarkan bahwa untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dari peternak mengandalkan
usahaternak yang dijalankan dari susu yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan peternak sendiri tergantung pada usahaternak yang
dijalankan, karena lebih dari 86 persen responden menyatakan bahwa usahaternak yang dijalankan adalah usaha utamanya. Sehingga kesempatan untuk
mendapatkan pendapatan sampingan, dapat dikatakan tidak ada. Kondisi ini tentunya juga, akan memberikan konsekuensi terhadap pengembangan
usahaternaknya, karena terdapat prioritas dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga dari hasil yang diperoleh bila dibandingkan untuk mengembangkan
usahaternak, karena keterbatasan modal yang dimiliki.
5.5.2. Umur Peternak Responden
Umur merupakan salah satu komponen yang menggambarkan karakteristik responden. Data umur responden yang terdapat pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa
sebaran umur responden secara keseluruhan adalah 23-64 tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa responden peternak sapi perah dalam penelitian ini berada
dalam kisaran umur produktif yaitu 15-64 tahun. Tabel 12 menjelaskan bahwa mayoritas responden berada pada kisaran
umur dibawah 50 tahun dimana mayoritas responden dari KPSBU Lembang
berada pada kisaran umur 23-29 tahun, sedangkan mayoritas responden dari Pangalengan dan Cikajang berturut-turut berada pada selang 37-43 tahun dan 30-
36 tahun. Hal ini diprediksi sebagai indikasi dari pendapat sebagian besar responden yang menyatakan bahwa peternakan sapi perah yang mereka jalani
membutuhkan curahan tenaga dan waktu kerja yang relatif tinggi serta membutuhkan ketekunan dan kesabaran yang relatif lebih tinggi dari pekerjaan
tani lainnya. Hal ini diduga sebagai akibat dari tata laksana pengelolaan sapi perah yang umumnya masih tradisional.
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Sentra Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009
Selang Umur
tahun Kec. Lembang
Kec. Pangalengan Kec. Cikajang
Jumlah Jumlah
Jumlah 23-29
9 30.00
0.00 4
13.30 30-36
3 10.00
8 26.70
11 36.70
37-43 8
26. 70 9
30.00 6
20.00 44-50
5 16.70
7 23.30
4 13.30
51-57 3
10.00 4
13.30 3
10.00 58-64
2 6.60
1 3.30
1 3.30
65-71 0.00
1 3.30
0.00 72-78
0.00 0.00
1 3.30
Jumlah 30
100 30
100 30
100
5.5.3. Tingkat Pendidikan Peternak Responden
Tingkat pendidikan peternak responden akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh responden pernah
mengikuti pendidikan formal. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh peternak tersebut masih rendah.
Sebaran tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13. Sebagian besar petani responden di Kecamatan Lembang
60 persen hanya mencapai tingkat pendidikan hingga sekolah dasar SD dan sederajat. Hanya sebagian kecil petani yang mencapai tingkatan Sekolah
Menengah Pertama SMP yaitu 20 persen, Sekolah Menengah Atas SMA sebesar 17 persen, dan Diploma I hanya sebesar tiga persen. Sama halnya dengan
peternak responden di Kecamatan Lembang, mayoritas peternak responden di Kecamatan Pangalengan dan Cikajang juga hanya sekolah hingga pendidikan SD.
Sebagian kecil peternak berhasil meraih pendidikan SMP dan SMA.
Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Sentra Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009
Tingkat Pendidikan Kec. Lembang
Kec. Pangalengan Kec. Cikajang
Jumlah Jumlah
Jumlah SD sederajat
18 60.00 24
80.00 19
63.30 SMP sederajat
6 20.00 4
13.30 5
16.70 SMA sederajat
5 17.00 2
6.70 6
20.00 Diploma
1 3.00
0.00 0.00
Jumlah 30
100 30
100 30
100
Tingkat pendidikan yang relatif rendah di tingkat peternak tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap penggunaan dan penerapan teknologi untuk
pengembangan usahaternaknya. Sehingga peran pemerintah dan koperasi sangat dibutuhkan dalam pengembangan usahaternak sapi perah ini. Peran yang
dimaksud adalah dalam bentuk pendampingan, pembinaan dan pelatihan secara terus menurus untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kuantitas dari susu
sapi segar yang dihasilkan oleh peternak.
5.5.4. Pengalaman Beternak