dengan harga Rp. 150 per kilogram, sedangkan ampas tahu diperoleh dari pabrik tahu setempat dengan harga Rp. 200 per kilogram.
5.5.8. Cara Penjualan Hasil Ternak
Susu segar merupakan hasil ternak yang sangat rentan dan mudah rusak sehingga memiliki risiko yang sangat besar. Oleh karena itu, komoditi ini
membutuhkan sistem pemasaran yang pasti baik dalam hal harga maupun kecepatan penanganan.
Sistem penjualan hasil ternak dalam hal ini penjualan susu segar mempengaruhi tingkat harga dan risiko pemasaran. Peternak menjual seluruh
produknya kepada koperasi dengan harga yang ditetapkan berdasarkan kualitas susu yang dihasilkan sehingga peternak memiliki insentif atas kualitas susu yang
dihasilkan. Produk susu yang dihasilkan oleh peternak seluruhnya disalurkan ke koperasi sebagai perantara untuk dijual kembali kepada IPS. Peternak dapat
dikatakan sangat jarang bahkan tidak mengkonsumsi susu yang dihasilkannya, dengan pertimbangan akan mengurangi susu yang akan dijual.
5.5.9. Tenaga Kerja
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usahaternak sapi perah adalah membersihkan kandang, mengambil hijauan, memberi pakan, memandikan ternak,
memerah susu, mengukur hasil susu dan membawa susu ke tempat pengumpulan susu TPS. Adapun jenis tenaga kerja yang digunakan biasanya terdiri dari tenaga
kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.
Tabel 16 menunjukkan bahwa pada umumnya peternak responden menggunakan tenaga kerja keluarga dalam melaksanakan usahaternak sapi perah.
Proporsi penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Lembang dan Pangalengan berturut-turut adalah 24.90 persen dan 9.40 persen dari keseluruhan jam kerja.
Sedangkan peternak responden di Cikajang tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang lebih besar dikarenakan
usahaternak yang dijalankan meruapakan usaha utama. Seluruh curahan waktu tenaga kerja diberikan untuk pengusahaan sapi perah, disamping biaya yang
terbatas untuk membayar tenaga kerja luar. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas usahaternak yang dilakukan responden adalah usahaternak skala kecil.
Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahaternak Sapi Perah Responden di Kecamatan Sentra Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009
Penggunaan TK Kec. Lembang
JKPbulan Kec. Pangalengan
JKPbulan Kec. Cikajang
JKPbulan Total
Total Total
TKK 4 674
75.10 1 2375
90.60 9 300
100.00 TKL
1 548 24.90
1 290 9.40
0.00 Jumlah
6 222 100
13 665 100
9 300 100
Keterangan: TKK
: Tenaga Kerja Keluarga TKL
: Tenaga Kerja Luar Keluarga JKP
: Jam Kerja Pria
Tabel 16 tersebut juga menggambarkan bahwa tenaga kerja yang dikeluarkan pada pengelolaan usahaternak di wilayah penelitian lebih besar dari
tenaga kerja luar keluarga. Besarnya tenaga kerja dalam keluarga tidak terlepas dari peran istri. Istri yang tidak memiliki pekerjaan lain atau hanya sebagai ibu
rumah tangga meluangkan waktunya untuk membantu suaminya dalam menjalankan kegiatan usahaternak.
VI. DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP PENGUSAHAAN SUSU SAPI LOKAL
6. 1. Efisiensi dan Daya Saing Pengusahaan Susu Sapi Lokal
Efisiensi dan daya saing susu sapi perah lokal di ketiga lokasi penelitian dianalisis dan diukur melalui keuntungan finansial, keuntungan ekonomi, analisis
keunggulan kompetitif dan komparatif dengan menggunakan Matriks Analisis Kebijakan Policy Analysis Matrix. Matriks PAM ini disusun berdasarkan data
penerimaan, biaya produksi, dan biaya tataniaga yang terbagi dalam dua bagian yaitu harga finansial privat dan harga ekonomi bayangan atau sosial.
Perhitungan dan uraian finansial dan sosial dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai 11. Masing-masing biaya produksi pada harga privat dan ekonomi dibagi menjadi
tradable asing, non tradable domestik, dan pajak.
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan matriks PAM akan diperoleh informasi mengenai efisiensi dan daya saing kegiatan usahaternak
sapi perah untuk menghasilkan susu sapi segar. Melalui informasi hasil tersebut akan diperoleh informasi apakah sebaiknya pemerintah mengimpor atau
memproduksi kebutuhan susu dalam negerinya, serta melihat dampak kebijakan pemerintah terhadap pengelolaan usahaternak sapi perah tersebut.
Simulasi terhadap perubahan kebijakan pemerintah juga dilakukan untuk melihat pengaruh kebijakan tersebut pada pengusahaan usahaternak. Simulasi
tersebut juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan terhadap upaya peningkatan daya saing peternak sapi perah di Provinsi Jawa Barat dalam
menjalankan kegiatan usahaternaknya. Hasil analisis berdasarkan perhitungan PAM dapat dilihat pada Tabel 17.