Instrumen Tes Instrumen Penelitian
1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan kesahihan atau ketepatan suatu instrumen, apakah instrumen tersebut tepat untuk mengukur hal yang hendak
diukur. Untuk mengukur validitas tes, dapat ditentukan menggunakan teknik korelasi point biserial sebagai berikut:
8
r
pbis
=
Keterangan: r
pbis
= koefisien korelasi point biserial M
p
= rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
M
t
= rerata skor total. S
t
= standar deviasi dari skor total. p
= proporsi siswa yang menjawab benar.
q =
proporsi siswa yang menjawab salah 1 – p.
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rhitung dibandingkan dengan rtabel korelasi point biserial dengan
α = 0, 05. Apabila r
hitung
r
tabel
maka soal tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan validitas menggunakan r korelasi point biserial, dari 40 butir soal
yang dibuat diperoleh 21 soal yang valid dan 19 soal yang tidak valid.
9
Soal yang dinyatakan valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil validasi
instrumen tes di bawah ini:
8
Ibid., h. 187.
9
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.5
q p
S M
M
t t
p
Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil validasi instrumen tes Butir Soal
Jumlah Soal Keterangan
1, 4, 5, 7, 8, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 28, 29, 30, 32, 34, 36, 37, 38, 40
21 Valid
2, 3, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 26, 27, 31, 33, 35, 39
19 Tidak Valid
2 Uji Reliabilitas Instrumen
Perhitungan reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya, yaitu konsisten atau tetap apabila diujikan berkali-kali.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus yang dikemukakan Kuder
– Richardson yaitu rumus K-R 20, adalah sebagai berikut:
10
r
11
=
1
n n
2 2
S pq
S
Keterangan: r 11 =
reliabilitas tes secara keseluruhan. p
= proporsi subjek yang menjawab item yang benar. q
= proporsi subjek yang menjawab item yang salah q = 1-p. Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
N = banyaknya item.
S = standar deviasi dari tes.
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes, nilai yang didapat dari 21 butir soal yang valid, reliabilitasnya yaitu sebesar 0,89.
11
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2008, ed. Revisi, cet. 8, h. 100-101.
11
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.6
3 Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal yaitu sukar, sedang, atau mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap
butir soal tersebut, dapat ditentukan dengan rumus:
12
JS B
P
Keterangan: P
= taraf kesukaran.
B = jumlah siswa yangt menjawab butir soal dengan benar.
JS = jumlah seluruh peserta tes.
Kriteria taraf kesukaran yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya, semakin besar indeks
yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun kriteria indeks taraf kesukaran soal tersebut adalah:
13
P = 0,00 : soal terlalu sukar
0,01 P ≤ 0,30 : soal sukar 0,30 P ≤ 0,70 : soal sedang
0,70 P ≤ 1,00 : soal mudah
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, tidak terdapat butir soal yang termasuk kategori terlalu sukar, 14 butir soal termasuk kategori sukar, 20 butir soal
termasuk kategori sedang, dan 6 butir soal termasuk kategori mudah.
14
4 Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu soal dalam membedakan siswa yang pandai berkemampuan tinggi, dengan siswa
12
M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 133.
13
Ibid., h. 133-134.
14
Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.7
yang kurang pandai berkemampuan rendah. Daya pembeda tiap butir-butir soal ditentukan dengan rumus:
15
D =
B B
A A
J B
J B
= P
A
- P
B
Keterangan: D
= daya pembeda. BA =
jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.
JA =
jumlah peserta tes kelompok atas. BB
= jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar. JB
= jumlah peserta tes kelompok bawah.
PA =
proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab soal benar.
PB =
proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal benar.
Adapun klasifikasi dari daya pembeda soal:
16
D ≤ 0 : sangat jelek.
0,01 D ≤ 0,20 : jelek 0,20 D ≤ 0,40 : cukup
0,40 D ≤ 0,70 : baik 0,70 D ≤ 1,00 : baik sekali
15
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 213-214.
16
M. Subana dan Sudrajat. Op. Cit., h. 135.
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh data dengan kategori baik sekali sebanyak 1 soal, kategori baik sebanyak 13 butir soal, kategori
cukup sebanyak 12 butir soal, kategori jelek 8 butir soal, dan kategori sangat jelek drop sebanyak 6 butir soal.
17