kerjasama, bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Implementasinya tidak dikemas dalam bentuk mata
pelajaran baru ataupun maeri tambahan.
“Tujuan diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup adalah Pertama, memfungsikan pendidikan
sesuai dengan fitrahnya yaitu mengembangkan potensi peserta didik menghadapi perannya dimasa yang akan datang. Kedua,
memberikan peluang bagi intitusi pelaksana pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan
potensi sumber daya yang ada. Ketiga, membekali siswa dengan kecakapan hidup
agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan masalah hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi
yang mandiri, masyarakat dan warga negara. ”
10
2 Aspek-aspek kecakapan hidup Life Skill Aspek-aspek kecakapan hidup meliputi :
11
Kecakapan dasar meliputi belajar mandiri, membaca menulis dan menghitung, kecakapan berkomunikasi, kecakapan berfikir, kecakapan
kalbu, kecakapan
mengelola raga,
kecakapan merumuskan
kepentingan dan cara pencapaiannya kecakapan berkeluara dan sosial. a Kecakapan instrumental meliputi kecakapan memanfaatkan
teknologi, kecakapan mengelola sumber daya alam, kecakapan bekerja sama dengan orang lain, kecakapan memanfaatkan
informasi, kecakapan
menggunakan sistem,
kecakapan berwirausaha, kejujuran, memilih dan mengembangkan karier,
menjaga harmoni dengan lingkungan, dan menyatukan bangsa. b General life skill meliputi kecakapan kesadaran diri yaitu sadar
sebagai mahluk tuhan, sadar pada potensi diri, sebagai mahluk sosial dan mahluk lingkungan. Kecakapan berfikir yaitu kecakapan
menggali informasi, menyelesaikan masalah secara kreatif dan arif, kecakapan mengambil keputusan.
10
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal.268.
11
Ibid., hal.268-269
c Spesifik life skill kecakapan yang terkait dengan pekerjaan yang ada dilingkungan dan ingin ditekuni yaitu kecakapan memelihara
sukma dan memelihara raga. d Social skill meliputi memelihara hubungan dengan masyarakat
umum, memelihara hubungan dengan masyarakat khusus. e Environmental skill meliputi memelihara lingkungan nyata, dan
ghaib. f Occupational skill yaitu menguasai salah satu pekerjaan yang halal.
2. Pembelajaran
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL
Bagaimana untuk mengetahui pembelajaran kontekstual berhasil diterapkan dalam kelas maka harus tahu terlebih dahulu apa itu pembelajaran
kontekstual, di bawah ini penjabaran tentang pembelajaran kontekstual yaitu:
1 Latar Belakang Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual mempunyai dua latar belakang yang banyak
dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yaitu: 1 Latar belakang Filosofis, berangkat dari pemikiran epistemology
giambatista vico yang mengemukaan tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari alam semesta yang artinya seseorang
dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. oleh karenanya pengetahuan itu tidak
terlepas dari orang yang tahu karena pengetahuan merupakan struktur
konsep dari subjek yang mengamati.
2 Latar belakang Psikologis, sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang
dari sudut psikologis, pembelajaran kontekstual berpijak pada aliran psikologis kognitif.
“Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa
mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. ”
12
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Pranada Media Group.2008, hal.257.
2 Hakikat Pendekatan Pembelajaran kontekstual
Landasan filosofis pembelajaran kontekstual adalah “konstruktivisme
yaitu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi mengkonstruksian atau membangun pengetahuan dan
keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proporsi yang mereka alami dalam kehidupannya.
”
13
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan peajaran
akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa menyusun proyek atau
menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik
kesimpulan, ketika secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan
membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan dan dengan cara ini mereka menemukan
makna.
14
Lingkungan di luar diri memberikan informasi yang membentuk struktur fisik otak. Untuk memahami dan menghargai kekuatan lingkungan
dengan mengubah struktur fisik otak, kita harus memiliki pengetahuan dasar tentang bagaimana sel-sel otak berfungsi. Lingkungan memutuskan hubungan
seperti apa, jika ada, yang terjadi antar saraf. Indra kita, sudah barang tentu, memberikan informasi mengenai lingkungan ke otak. Ketika dunia luar
merangsang salah satu indra itu, hal itu menyebabkan rangsangan saraf untuk berjalan kewilayah otak tertentu, setiap wilayah dapat dibandingkan dengan
suatu Negara bagian yang terpisah yang setiap wilayah memiliki bentuk “
khusus, tekstur, dan batasan yang jelas dan setiap wilayah menjalankan fungsinya masing-masing.
”
15
Satu muatan lagi dalam implementasi Kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan, bahwa KTSP memberikan sinyal dalam implementasinya
13
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008, Cet.4, hal 41
14
Elain B.Johnson, CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa Learning.2010, hal.35
15
Ibid., hal.53
menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang membantu guru
mengaitkan konten atau pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penenrapannya dalam
kehidupan sehari-hari. US. Departemen. of Education the National School- to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001
16
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada
“masalah- masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab
mereka sebagai bagian dari warga negara dan yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.
”
17
Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanf
aatannya dalam kehidupan nyata. “ Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak,
belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat.
”
18
Pembelajaran kontekstual menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan dan lintas disiplin serta pengumpulan,
penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru.
“Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yang telah diusungkan oleh John Dewey pada tahun 1916 mengusulkan suatu kuriulum dan metodologi
pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengelaman siswa. ”
19
Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah pustaka menjadi semakin jelas bahwa pembelajaran kontekstual merupakan
16
Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta: Press.2007, hal.101.
17
Ibid., hal.102.
18
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008, Cet.4, hal.40
19
Trianto, Op.Cit., hal.102
suatu perpaduan dari banyak praktek yang baik dan bebebrapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan
penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa. Pembelajaran kontestual telah berkembang di negara-negara maju dengan nama beragam. Di
negara Belanda disebut dengan istilah Realistic Teaching and Education RTE yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Di Amerika disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning CTL yang
“intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan motivasi
peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari mereka.
”
20
3 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan adalah sebagai berikut:
CTL adalah system yang menyeluruh. Terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan
dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya yang terpisah. Memampukan para siswa membuat hubungan yang
menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah.
“Secara bersama-sama mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para
siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik. ”
21
Pembelajaran kontekstual adalah “suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan, sosial, dan budaya pribadinya. ”
22
20
Ibid., hal.103
21
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa Learning, 2010, hal.65
22
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal.273.
The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning 2001 mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran
yang memungkunkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan penegetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan
di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalm dunia nyata.
“Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan mengenai apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-maslah riil yang
berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka dan sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.
”
23
Center on Education and Work at the University of Wiscounsin Madison 2002 mengartikan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
suatu konsep belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa
membeuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan
pekerja serta meminta ketekunan belajar.
24
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menguatkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademi mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah-
masalah yang disimulasikan.University of Washington 2001
25
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan
antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit
demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
23
Ibid., hal.273-274
24
Ibid., hal.274
25
Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,Jakarta Press.2007, hal.102
Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual yaitu:
26
1 Belajar bukanlah menghafal akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
2 Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lalu, pengetahuan itu merupakan organisasi yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang
dimilikinya. 3 Belajar adalah proses pemecahan masalah sebab dengan memecahkan
masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi.
4 Belajar adalah proses proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
5 Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. 6 Konsep dasar dan karakteristik pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning adalah “suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya mereka. ”
27
Pembelajaran konpetensi ini merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistic menyeluruh, terdiri dari berbagai
komponen masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya. Paparan pengertian pembelajaran kontekstual di atas dapat diperjelas
sebagai berikut.
28
Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
berorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak mengarapkan agar siswa hanya
menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi
26
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Prenada media Group.2008 hal.258
27
Ibid., hal.253
28
U din Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., Bandung:Alfabeta.2008 hal.163
pelajaran. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yan dipelajari dengan situasi kehidupan
yang nyat, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini
akan memperkuat dugaan materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga,
pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya
pembelajaran kontekstual
tidak hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapisebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera
kehidupan nyata. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL adalah sebuah system
yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, suatu system pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna
dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Dengan memanfaatkan kenyataan bahwa lingkungan
merangsang sel-sel otak untuk membentuk jalan. “Sebagai pendidik kita dapat
yakin mendefinisikan isi sebagai sesuatu yang akan dipelajari berupa pengetahuan yang hampir tanpa batas.
”
29
4 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual, terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual
yaitu:
30
29
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa Learning.2010, hal.57-58
30
U din Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., Bandung:Alfabeta.2008 hal.163
1 Dalam CTL pebelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.
2 Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru yang diperoleh dengan cara deduktif,
artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari dengan secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3 Pemahaman pengetahuan, artinya penetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
meminta tanggapan dari yang laintentang pengetahuan yang diperolehnya
dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4 Mempraktekan
pengetahuan dan
pengalaman tersebut,
artinya pengetahuan dan pengalaman
yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan
perilaku siswa.
5 Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan.
Trianto mengemukakan ada enam karakteristik atau kunci pembelajaran kontekstual yang dikutip dari Universiti of Washington yaitu:
31
1 Pembelajaran bermakna yaitu pembahaman, relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus
dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebgai relevan dengan hidup mereka. 2 Penerapan pengetahuan yaitu penerapan kemampuan untuk melihat
bagaimana materi yang dipelajari ditetapkan dalam tahapan dan fungsi pada masa sekarang dan akan datang.
31
Trianto, Pendekatan-pendekatan Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta Press.2007, hal.102
3 Berfikir tingkat lebih tinggi siswa dilatih untuk menggunakan fikiran kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu atau
memecahkan suatu masalah. 4 Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, konten pengajaran
berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar local, negara bagian, nasional, assosiasi dan industri.
5 Responsive terhadap budaya yaitu pendidikan harus memahami dan menghormati nilai, keyakinan dan kebiasaan siswa, sesame rekan dan
masyarakat tempat mereka mendidik. 6 Penilaian autentik yaitupenggunaan bernagai macam strategi penilaian
yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.
Berbeda dengan Elain dalam bukunya menyebutkan terdapat delapan komponen yang mencangkup system CTL yaitu:
32
1 Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna. 2 Melakukan pekerjaan yang berarti
3 Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri 4 Bekerja sama
5 Berpikir kritis dan kreatif 6 Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7 Mencapai standar yang tinggi 8 Menggunakan penilaian autentik.
5 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Banyak pendekatan yang dikenal dan digunakan dalam pembelajaran dan tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini
berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaan. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa,
32
Elain B. Johnson, Op. Cit., Hal.65-66
kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru, berfokus pada masalah personal, lingkungan, sosial, berfokus pada teknologi
seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar.
Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka pendekatan pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman, dan
kemandirian serta konteks kehidupan dan ingkungan.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme
yang sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau
penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa
agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat
aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru berperan sebagai pemilih bahan-bahan
belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu agar setiap siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan
sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu melakukan
proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran kontekstual menekankan pada aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Pembelajaran
kontekstual memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan
tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran kontekstual belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh
informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi baru dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan
hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.
6 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Elaine B. Jhonson mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan yaitu
“saling ketergantungan
interdependence, diferensiasi
differensiasi, dan
pengorganisasian self organization. ”
33
Pertama, prinsip saling ketergantungan interdependence menurut hasil kajian para ilmuwan segala yang ada di dunia ini aldalah saling
berhubungan dan tergantung. Segala yang ada baik manusia maupun mahluk hidup lainnya selalu saling berhubungan satu sama lainnya membentuk pola
dan jarring sistem hubungan yang kokoh dan teratur. Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan
suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, tempat bekerja, dan masyarakat. Dalam kehidupan disekolah siswa saling
berhubungan dan tergantung dengan guru, kepala sekolah tata usaha, orang tua siswa, dan nara sumber yang ada sisernya. Dala proses pembelajaran siswa,
berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana belajar iklim sekolah dan lingkungan.
Saling berhubungan ini bukan berarti bukan hanya sebatas pada memberikan dukungan kemudahan, akan tetapi jga member makna tersendiri,
sebab makna ada jika ada hubungan yang berarti. “Pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang bersifat
konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata. ”
34
Kesaling ketergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan
pertemuan dengan rekannya. “Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda
33
Udin Saepudin Sa‟ud,Inovasi Pendidikan., Bandung:Alfabeta.2008, hal.165
34
Ibid., hal.166
dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunikasi.
”
35
Kedua, prinsip diferensiasi differensiasi yang menunjukan kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkanperbedaan, keseragaman,
dan keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukan reativitas yang luar biasa dari
alam semesta. Jika dari pandangan agama, kreativitas luar biasa tersebut bukan alam semestanya tetapi penciptanya. Diferensiasi bukan hanya
menunjukan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuan- kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan dan saling ketergantungan dalam
keterpaduan yang bersifat simbiosis atau saling menguntungkan. Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para
ilmuwan modern bahwa prinsip diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam semestanya, tetapi juga pada sistem
pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk mendidik engajar elatih, membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam semesta
ini. proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan menekankan pada kreativitas, keunikan, variasi dan kolaborasi.
Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam penbelajaran kontekstual.
“Karena pembelajrana kontekstual berpusat pada siswa, menekankan aktivitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan
teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.
”
36
Ketiga, prinsip pengorganisasian diri self organization, setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat
yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dengan yang lain. Tiap hal memiliki organisasi diri sendiri, suatu energy atau kekuatan hidu yang
35
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa Learning.2010, hal.86
36
Udin Saepudin Sa‟ud, Op.Cit., hal.166
memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas dan berbeda dengan yang lainnya.
“Berdasarkan teori tabula rasa John Locke mengatakan bahwa pikiran seseorang seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-
coretan gurunya. ”
37
Prinsip organisasi diri, menuntut pada pendidik dan para pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan
merealisasikan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. “Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa untuk
mencapai keunggulan
akademik penguasaan
keterampilan sandar,
pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat. ”
38
7 Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual
Dibawah ini merupakan cirri-ciri dari pembelajaran kontekstual yaitu:
39
1 Adanya kerja sama antar semua pihak 2 Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem
3 Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda- beda
4 Saling menunjang 5 Menyenangkan, tidak membosankan
6 Belajar dengan bergairah 7 Pembelajaran terintegrasi
8 Menggunakan berbagai sumber 9 Siswa aktif
10 Sharing dengan teman 11 Siswa kritis dan guru kreatif
12 Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya.
37
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di dalam Kelas Jakarta: Grasindo, 2009, Cet. 6, Hal. 2
38
Udin Saepudin Sa‟ud,Op.Cit., hal.166
39
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal.276.
13 Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.
8 Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual
Yang perlu diketahui dalam pembelajaran kontekstual adalah kata kunci untuk jalannya sebuah pembelajaran yaitu:
40
1 Real world learning 2 Mengutamakan pengalaman nyata siswa belajar dari mengalami dan
menemukan sendiri 3 Berfikir tingkat tinggi
4 Berpusat pada siswa 5 Siswa aktif, kritis, dan kreatif.
6 Pengetahuan bermakna dalam kehidupan 7 Dekat dengan kehidupan nyata
8 Perubahan prilaku 9 Siswa praktik buan menghafal
10 Learning bukan teaching 11 Pendidikan bukan pengajaran
12 Pembentukan 13 Pemecahan masalah
14 Siswa aktif dan guru mengarahkan 15 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
9 Komponen Pembelajaran Kontekstual
Ada Tujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu :
41
1 Menjadikan siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif 2 Membangun keterkaitan
3 Melakukan pekerjaan yang berarti
40
Ibid., hal.277
41
Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Kaifa Learning.2010, hal.93-95
4 Menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis 5 Bekerja sama
6 Mengembangkan setiap individu 7 Mengenali dan mencapai standar tinggi.
10 Lima Elemen Belajar Kontekstual
Ada lima elemen yang perlu diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual yaitu:
42
1 Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activating knowledge 2 Perolehan pengetahuan baru acquiring knowledge dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu kemudian memperhatikan detailnya
3 Pemahaman pengetahuan understanding knowledge yaitu dengan cara menyusun konsep sementara, melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapat tanggapan dan konsep tersebut direvisi dan dikembangkan 4 Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman applying knowledge
5 Melakukan refleksi reflecting knowledge.
11 Asas-Asas Dalam Pembelajaran Kontekstual
Asas-asas sering juga disebut komponen pembelajaran kontekstual melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuh
asas yaitu “konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pependekatanan, refleksi, dan penilaian nyata. ”
43
1 Kontruktivisme konstruktivism, Kontruktivisme merupakan landasan pendekatan kontekstual yaitu
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Komponen ini juga merupakan landasan filosofis berpikir,
pembelajaran yang berciri kontruktivisme menekankan terbangunnya
42
Op.Cit., hal.278
43
Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007;hal283-293
pemahaman sendiri secara “aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan pengalaman yang bermakna. ”
44
Jean piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata akan tetapi juga dari kemampuan individu
sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Proses menambahnya pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas sempit dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan adalah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
sendiri pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.oleh karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi
bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan obek tersebut.
Lebih jauh piaget menyatakan hakikat dari sebuah pengetahuan itu sendiri adalah pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata,
akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek, subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu
berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Pendekatan kontrukstivisme merupakan salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif,
yang hanya dapat di atasi melalui pengetahuan diri. Pada proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui
pengalamannya dari hasil interaktif denganlingkungannya. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal
yang telah dimliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan
44
Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008, Cet.4, hal.44
begitu saja, sehingga diperlukan perubahan atau modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara
berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru. Landasan konstruktivisme berbeda dengan pandangan kaum
objektivitas. Dalam
pembelajaran di
kelas penerapan
prinsip konstruktivisme adalah sebagai berikut.
a Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada pada siswa activating knowledge Struktur-struktur pengetahuan awal yang sudah dimiliki
siswa akan menjadi dasar untuk mempelajari informasi baru. Struktur- struktur tersebut perlu dibangkitkan atau dibangun sebelum informasi
baru diberikan. b Pemerolehan pengetahuan baru acquiring knowledge Pemerolehan
pengetahuan baru perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam paket-paket yang terpisah-pisah. Pemerolehan pengetahuan baru
acquiring knowledge dengan cara mempelajari sesuatu secara keseluruhan dulu, kemudian memperoleh detailnya.
c Pemahaman pengetahuan
understanding knowledge
Dalam memahami pengetahuan siswa perlu menyelidiki dan menguji semua
hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru tersebut. Siswa harus membagi-bagi struktur prior knowledge kepada siswa-siswa lainnya
untuk dikritik agar strukturnya semakin jelas. d Menerapkan pengetahuan dan pengalaman apply knowledge Siswa
memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus struktur pengetahuan dengan cara menggunakan secara otentik.
e Melakukan refleksi reflecting knowledge Jika pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas maka pengetahuan
itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi. 2 Menemukan inquiry
Menemukan merupakan bagian inti dari CTL Contextual Teaching and Learning. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan sekedar sebagai hasil mengingat seperangkat
fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan menuju pada kegiatan menemukan sendiri terhadap materi yang
diajarkan. Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada
pencarian dan menemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi
hasil dari proses menemukan sendiri tindakan guru bukanlah untuk mempersiapkan anak untuk menghafal sejumlah materi akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemikan sendiri materi yang harus dipahami. Belajar menemukan proses mental seseorang
yang tidak terjadi secara mekanis akan tetapi perkembangan diarahkan pada intelektual, mental emosi dan kemampuan individual yang utuh.
Dalam pendekatan inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipitesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan dan membuat kesimpulan. Penerapan pendekatan inkuiri
juga dapat dilakuka dalam proses pembelajaran kontekstual yang dimulai dari kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
Dengan demikian siswa didorong untuk menemukan masalah. Apabila masalah ini telah dipahami dengan jelas, selanjutnya siswa dapat
engajukan jawaban sementara hipotesis. Hipotesis itulah yang menuntun siswa untuk melakukan observasi
dalam mengumpulan data. Bila data terkumpul maka dituntut untuk menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan. Asas
menemukan itulah merupakan asas penting dalam pembelajaran kontekstual.
3 Bertanya questioning Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berfikir. Pengetahuan yang dimiliki
seseorang selalu bermula dari bertanya questioning bertanya yang merupakan strategi utama dipandang sebagai kegiatan utama
pembelajaran yaitu guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquari, yaitu menggali
informasi, menginformasikan apa yang telah diketahui dan mengarahkan pelatihan pada aspek yang belum diketahinya . Kegiatan bertanya
berguna untuk mengkaji informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. Membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Dalam proses pembelajaran kontekstual guru tidak banyak menyampaiakn informasi begitu saja, akan tetapi berusaha memancing
agar siswa menemukan sendiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru dapatmembimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap
materi yang dipelajari. Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk menggali informasi
tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan
siswa terhadap sesuatu memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan dan membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri.
4 Masyarakat Belajar learning community
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama
dengan orang lain team work. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dalam kelompok belajara yang dibentuk secara formal
maupun dalam lingkungan secara alamiah. Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran peserta didik, memberi informasi yang diperlukan oleh
teman belajarnya dan meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Konsep masyarakat
belajar menyadarkan
bahwa hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu
dengan yang belum tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan berbeda yang
perlu dipelajari. Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat
belajar dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat
kemampuannya maupun kecepatan belajar. 5 Pendekatan
Maksudnya dalam semua pembelajaran, keterampilan dan pengetahuan tertentu ada pendekatan yang bisa ditiru. Dalam
pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya pendekatan. Pendekatan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk
untuk menjadi contoh kepada siswa lain. Proses pendekataning tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat juga
guru memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai pendekatan. Di sini pendekataning
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui pendekataning siswa dapat terhindar dari pembalajaran
yang teoritis-abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme. 6 Refleksi reflecting
Refleksi juga bagian dari CTL, refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah
dilakukan di masa lalu. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur
kognitif siswa pada akhirnya akan menjadi bagian dari penegtahuan yang dimilikinya.
Bisa terjadi
melalui prosesrefleksi
siswa akan
memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya.
Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas atau pengetahuan yang baru diterimanya. Dalam proses
pembelajaran kontekstual, setiap proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa
yang telah dipelajarinya. 7 Penilaian yang Sebenarnya Authentic Assesment
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahuiapakah siswa belajar atau tidak. Penilaian merupakan pengumpulan sebagai data siswa untuk
memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran yang benar. Pengalaman yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan
proses pembelajarannya. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek
domain penilaian. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
3. Aplikasi
Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah bagaimana pencemaran sungai di lingkungan ser . Banyak pendududk masih membuang
sampah ke sungai, sampah berserakan dimana-mana akibat membuangnya sembarangan di setiap tempat tinggal. Disini guru dapat membimbing siswa
untuk dapat memecahkan masalah, bagaimana agar sebagai generasi muda perlu menyadari cinta terhadap lingkungan.
Melalui pertanyaan yang terbimbing siswa diajak untuk berfikir apa akibatnya jika air sungai tercemar. Bagaimana cara mengatasi hal
tersebut?siswa mengungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri cara mengatasi masalah tersebut, kemungkinan siswa menemukan solusi
alternative terbaik versi mereka, jangan sekali-kali guru mendominasi jawaban mereka, biarkan mereka mengemukakan argumentasinya sesuai
dengan taraf berfikir siswa sekolah dasar. Paparan di atas merupakan ilustrasi bagaimana siswa belajar cara
mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesame dalam kehidupan sehari-hari. Bila telusuri
terhadap isu yang terjadi, ada beberapa aspek yang dapat dipelajari seperti saat siswa mencari informasi atau teori yang berhubungan dengan masalah
yang terjadi, proses saat siswa berfikir dan bekerja untuk mencoba mengetahui lebih jauh masalah yang terjadi, saat siswa mengaplikasikan
antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah tersebut serta sikap positif terhadap masalah yang dihadapi. Suatu ide yang baik
apabila isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dijadikan topic dalam pembelajaran kontekstual.
“Tahapan pendekatan pembelajaran kontekstual meliputi empat tahapan yaitu invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan
tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar diagram berikut.
”
45
45
Udi n Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., Bandung:Alfabeta.2008 Hal.173
Gambar 2.1 : Diagram Tahapan Pembelajaran Kontekstual
Tahapan invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang di bahas. Bila perlu guru memancing dengan
memberikan pertanyaan yang problematic tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat
yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep melalui
pengumpulan, pengorganisasian,
penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusitentang
masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
Tahapan penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan- penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan
penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat pendekatan, membuat rangkuman, dan ringkasan.
Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat kepurusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan
INVITASI
EKSPLORASI
PENJELASAN DAN SOLUSI
PENGAMBILAN TINDAKAN
gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
a. Langkah- Langkah Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual tersebut, maka langkah-langkah pembelajaran kontekstual seperti dibawah ini.
46
1 Pendahuluan a Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari. b Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:
c Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa d Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi misalkan
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke TPS lingkungan hidup dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke TPS pembuangan sampah
e Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan hasil temuan saat observasi tadi.
f Guru melakukan tanya jawab semua tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
2 Inti a di lapangan
i. Siswa melakukan observasi ke TPS sesuai dengan pembagian tugas
kelompok ii.
Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan tadi sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
b di dalam kelas i.
Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
ii. Siswa mempresentasikan atau melaporkan hasil diskusi
iii. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
kelompok lain.
46
Ibid., hal.174-175
3 Penutup a Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi ser masalah
temuan sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai. b Guru menugaskann siswa untuk membuat tugas tentang pengalaman
belajar mereka.
b. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Kontekstual adalah pembelajaran yang menghubungkan antara konten pelajaran dengan situasi kehidupan nyata, dan mendorong siswa mengaitkan
antara pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya di sekolah dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga, warganegara, dan dunia kerja.
Kontekstual merupakan respons dari ketidakpuasan praktek pembelajaran yang sangat menekankan pada pengetahuan abstrak atau konseptual semata-
mata. Pembelajaran demikian memang cocok untuk melahirkan para akademisi, tetapi tidak menyiapkan siswa untuk menjadi seorang
professional; dengan kata lain, pembelajaran yang terlampau abstrak telah
mengabaikan aspek kontekstual atau terapan dari pengetahuan tersebut.
Bagi siswa, proses pembelajaran tradisional yang menekankan pada pengetahuan abstrakkonseptual lebih pasif daripada pembelajaran yang
kontekstual. Pada proses pembelajaran tradisional tersebut, siswa diharapkan untuk memahami dan menyusun informasi dalam pikirannya melalui kegiatan
mendengarkan guru dan membaca materi yang ditugaskan. Sesuai dengan itu,
maka metode pengajaran lebih berpusat pada guru.
Tidak semua siswa memiliki kemampuan untuk menyerap nformasi secara abstrak, oleh karena itu banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Juga banyak yang lulus sekolah tetapi tidak mampu berada di
masyarakat sebagai anggota yang bermutu.
Penguasaan terhadap pengetahuan faktual atau „a need-to-know basis‟
masih tetap diperlukan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan itu lebih mudah untuk dipahami jika diperoleh dari
pengalaman langsung, daripada siswa hanya menghafal dan menyimpan