Konsep Penilaian Otentik KAJIAN TEORI

aktivitas, ii menunjukkan penguasaan pengetahuan dan demonstrate proficiency by doing something, iii memanggil kembali atau rekognisi dan mengonstruksi atau aplikasi, iv soal dan jawaban disusun guru dan siswa menyusun sendiri jawaban, dan v bukti tidak langsung dan bukti langsung faktual Nurgiyantoro, 2014: 308-309. Dalam penilaian otentik, siswa tidak hanya dapat menunjukkan perilaku tertentu yang diinginkan sesuai rumusan tujuan pembelajaran, tetapi juga mampu mengerjakan sesuatu yang terkait dengan konteks kehidupan nyata. Penilaian dalam konteks penilaian otentik tidak hanya mencakup semua proses mengajar dan belajar atau yang sekarang terangkum dalam satu istilah pembelajaran. Kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik siswa saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode pembelajaran, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Contoh objek penilaian otentik adalah melakukan penelitian bidang sosial, menulis cerita, serta membaca dan menafsirkannya. Yaumi 2014: 189 menjelaskan penilaian otentik adalah suatu bentuk penilaian terhadap proses dan hasil belajar yang merefleksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui tugas-tugas aktual dan kontekstual berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Penilaian otentik tidak bisa dilepaskan dari standar materi, tugas, peserta didik, kondisi lingkungan, serta proses dan hasil. Kelima aspek tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas nyata yang menunjukkan penerapan dari suatu pengetahuan atau keterampilan. Penilaian otentik menekankan pemberian tugas yang menuntut pembelajar untuk menampilkan, mempraktikkan, dan mendemonstrasikan hasil pembelajarannya. Dengan demikian, asesmen otentik menilai kinerja atau tampilan yang mencerminkan penguasaaan pengetahuan dan keterampilan.

C. Kriteria dalam Penilaian Otentik

Pada penilaian otentik perlu adanya kriteria penilaian sebagai rambu- rambu batasan agar dapat memperlihatkan keadaan yang sebenarnya. Kriteria penilaian dalam rambu-rambu penilaian kelas, di antaranya: validitas, reliabilitas, terfokus pada kompetensi, keseluruhan, adil dan objektif, mendidik, terbuka, berkesinambungan, dan bermakna Kunandar, 2011a: 397-399. Penilaian otentik juga tidak semata-mata hanya dilihat dari penilaian berdasarkan hasil tes. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Kunandar 2013: 36 bahwa dalam penilaian otentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar menjelaskan prinsip umum dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. 7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.

D. Cakupan Penilaian Otentik

Kurikulum 2013 pada penilaian otentik memiliki tiga cakupan. Abidin 2014: 98-102 menyebutkan tiga cakupan penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yaitu. 1. Penilaian Kompetensi Sikap Abidin 2014: 98 mengemukakan bahwa instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik melakukan penilain kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik, dan jurnal. 2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik menilai kompetensi pengetahuan siswa melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Penggunaan ragam penilaian untuk mengukur pengetahuan hendaknya benar-benar diorientasikan guna membangun kompetensi siswa. Menurut Abidin 2014: 102 penilaian dengan demikian bukan hanya digunakan sebagai alat ukur melainkan sebagai alat belajar. 3. Penilaian Kompetensi Keterampilan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio. Banyak tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam penilaian otentik selama tugas tersebut sesuai dengan hakikat penilaian otentik. Nurgiyantoro 2014: 315 menyebutkan ada banyak tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam asesmen otentik. Misalnya, mengungkapkan kembali pesan yang didengar, dibaca, atau dilihat baik secara lisan atau tertulis jadi berunjuk kerja secara lisan dan tertulis, wawancara, pertanyaan terbuka, membuat karya tulis tertentu, membuat laporan kegiatan, demonstrasi, pengamatan oleh guru, portofolio, penilaian diri sendiri atau oleh teman, dan lain- lain. Sementara itu, model penilaian yang disebutkan oleh Kemdikbud 2013: 234-238 antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan penilaian tertulis. Model penilaian otentik juga disebutkan oleh Wahyuni dan Ibrahim 2012: 68-83 juga menyebutkan 6 model penilaian otentik, yaitu: penilaian kinerja, portofolio, proyek, diri, sejawat, dan sikap. Berikut ini adalah penjelasan beberapa model penilaian otentik yang telah disebutkan. 1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. Dalam konteks penilaian pembelajaran bahasa di sekolah ketepatan kinerja tersebut harus ditekankan pada ketepatannya mempergunakan bahasa dan sekaligus muatan informasinya. 2. Penilaian Diri dan Penilaian Sejawat Penilaian diri meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri, sedangkan penilaian sejawat meminta peserta didik untuk menilai temannya.