Langkah Pengembangan Penilaian Otentik

dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Majid dan Rochman, 2015: 1. Orientasi pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap tahu mengapa, keterampilan tahu bagaimana, dan pengetahuan tahu apa. Kurikulum memberikan pedoman kepada guru untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu keluaran juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan. Untuk mendukung kegiatan pembelajaran diperlukan kurikulum yang memihak pelajar, yang memungkinkan siswa berbuat aktif. Kurikulum ini harus menitikberatkan kebutuhan pelajar sehingga kegiatan pembelajaran mencapai sasaran dan tujuan pelajar belajar. Tujuan, program, dan bahan pembelajarannya disusun sesuai dengan kebutuhan pelajar. Suatu kurikulum tidak dapat terbentuk atau tidak dapat dikembangkan tanpa adanya tujuan khusus sebagai hasil yang diharapkan. Dengan adanya tujuan, maka akan memudahkan para pengembang kurikulum dalam menentukan nilai- nilai apa saja yang harus ada dalam kurikulum tersebut. Oleh karena itu, sangat penting bagi para calon pendidik untuk memahami dan menguasai tata cara pengembangan tujuan kurikulum dan mempraktikannya di sekolah. Poerwati 2013: 284-285 mengemukakan bahwa setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki manfaat, masing-masing tergantung pada situasi dan kondisi saat dimana kurikulum tersebut diberlakukan. Beberapa manfaat yang terdapat dalam Kurikulum 2013, antara lain mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, Kurikulum 2013 juga memiliki manfaat bagi civitas akademika dan siswa. Manfaat Kurikulum 2013 bagi civitas akademika, antara lain: 1 mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan, 2 guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan, dan 3 adanya perubahan paradigma mengajar. Kurikulum 2013 sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptable dapat diterima bagi kebutuhan siswa serta akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20. Kurikulum 2013 disusun untuk menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal bangsa Indonesia. Tantangan internal di antaranya meliputi tuntutan pendidikan yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan, yakni standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Sementara itu, tantangan eksternal meliputi tantangan masa depan yang berupa perkembangan peradaban serta perubahan lingkungan dan sosial budaya di dunia, kompetensi masa depan yang harus dimiliki oleh generasi bangsa serta tantangan yang berupa fenomena negatif yang mengemuka di tengah masyarakat.

G. Penilaian Hasil Belajar

Abidin 2014: 104-105 menjelaskan pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh pendidik dalam konteks pembelajaran Kurikulum 2013. Penilaian hasil