Industri Kecil Usaha Kecil dan Menengah UKM

14

2.5. Industri Kecil

Menurut Surat Keputusan Mentri Perindustrian No. 135MSK81997, yang dimaksud dengan industri kecil adalah suatu badan usahaindustri dimana: 1 Industri modal untuk mesin-mesin dan peralatan sejumlah Rp 70.000.000,- ke bawah. 2 Investasi per tenaga kerja Rp 625.000,- ke bawah. 3 Pemiliknya adalah warga Negara Indonesia. Disamping kriteria secara kuantitaf, terdapat pula kriteria industri kecil secara kualitatif yaitu sebagai berikut : 1 Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya sekaligus menjadi pimpinan dan memerlukan bimbingan kewiraswastaan. 2 Administrasi perusahaan umumnya bersifat sederhana dan kurang teratur serta belum berbentuk badan hokum. 3 Tidak berkemampuan untuk menyediakan jaminan guna mendapatkan kredit dari dunia perbankan. 4 Hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan maih belum formal dan msih bersifat kekeluargaan 5 Pada umumnya sistem pembiayaanpermodalan belum memungkinkan untuk mengadakan persediaan yang cukup untuk kontinuitas produksi. 6 Proses produksi masih sederhana dan sebagian besar masih bersifat tradisional 7 Mutu produksi pada umumnya belum tetap dan desainnya kurang dapat mengikuti selera pasar. 8 Lemah dalam pemasaran produk-produk sendiri. Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapat dilihat bahwa industri kecil memiliki kelemahan dalam beberapa aspek seperti aspek teknis produksi, permodalan, manajemen dan pemasaran. Dengan demikian menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam pengembangan usaha bergantung kemampuan perusahaan dalam menguasai aspek-aspek tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik industri kecil merupakan industri yang menggunakan tenaga kerja 5 hingga 19 orang. 15

2.6. Usaha Kecil dan Menengah UKM

Pengertian tentang usaha kecil menenngah UKM tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan oleh suatu negara. Mengacu pada Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah : 1 memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau 2 memiliki hasil penjualan paling banyak 1 miliartahun. sedangkan untuk kriteria usaha menengah adalah : 1 untuk sektor industri, memiliki total asset paling banyak 5 miliar, dan 2 untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 3 miliar. INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai maksimal Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Definisi dan kriteria yang digunakan untuk UKM saat ini dirasa sudah tidak sesuai dengan kondisi dunia usaha, serta kurang dapat digunakan sebagai acuan oleh instansi atau institusi lain, karena setiap institusi menggunakan pengertian yang berbeda-beda. Menurut Partomo dan Soejoedono 2002, kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut : 1 Struktur organisasi yang sangat sederhana 2 Tanpa staf yang berlebihan 3 Pembagian kerja yang “kendur” 4 Memiliki hirarki manajerial yang pendek 5 Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan 6 Kurang membedakan asset pribadi dan asset perusahaan. Menurut Badan Pusat Statistik BPS menunjukkan bahwa sekitar 53,57 dari semua UKM bergerak pada bidang pangan dan pertanian. Karena itu, pengindustrian aneka pangan lokal perlu diarahkan pada pengembangan dan 16 pemberdayaan UKM bidang pangan dan pengolahan hasil pertanian, sehingga pangan yang aman, bermutu dan bergizi bagi masyarakatnya bisa disediakan. Secara nasional, pengembangan dan pemberdayaan UKM perlu dilakukan dengan fokus pada penciptaan nilai tambah sehingga pangan lokal mempunyai nilai nilai gizi, nilai ekonomi, nilai budaya, nilai kebangsaan yang sama, bahkan jika mungkin lebih tinggi dari pada produk yang berbasis impor yang saat ini mulai mendominasi menu pangan Indonesia Hariyadi, 2011.

2.7. Strategi Pengembangan UKM