Sistem Manajemen Sekolah Setting Sekolah
69
peraturan baris-berbaris, peraturan penghormatan, tata upacara, pembinaan jasmani, ketangkasan dan kelompok, pengetahuan medan, keterampilan lapangan,
latihan dan praktek lapangan. Sedangkan mata pelajaran kepemimpinan bertujuan agar peserta didik memahami dasar-dasar ilmu kepemimpinan sehingga dapat
mengembangkan potensi kepemimpinan di masa depan. Materinya terdiri atas teori dasar kepemimpinan, prinsip, sifat, dan seni kepemimpinan serta dasar-dasar
manajemen. Selain tiga mata pelajaran tersebut juga terdapat empat mata kegiatan,
yaitu kegiatan rutin terjadwal, terprogram, terproyek, serta kreatif mandiri. Mata kegiatan terjadwal adalah kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, mulai dari bangun tidur sampai tidur malam harinya. Mata kegiatan terprogram adalah kegiatan yang sudah diprogramkan dari sekolah
sebagai wadah pengembangan bakat dan minat peserta didik seperti ekstrakurikurel kepramukaan, PMR, theater, marching band, kesenian, dan lain
sebagainya. Mata kegiatan terproyek adalah kegiatan yang dilaksanakn pada waktu-waktu tertentu seperti kegiatan-kegiatan OSIS, peringatan hari besar, dan
lain sebagainya. sedangkan kegiatan kreatif mandiri adalah kegiatan mandiri yang dilakukan peserta didik seperti pesiar, cuti, atau pemanfaatan waktu luang.
Kurikulum khusus tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan peserta didik sesuai dengan visi dan misi sekolah baik dalam segi
mental spritual, mental ideologi, mental kejuangan dan juga kepemimpinan. Dalam pembelajaran bahasa Jerman, kurikulum yang digunakan adalah
penggabungan antara KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Penggunaan dua
70
kurikulum tersebut dilakukan karena masih dirintis dan dalam masa transisi perubahan kurikulum. Akan tetapi hal tersebut tidak banyak membuat perubahan
yang berarti. Kurikulum ini menuntut kreatifitas guru dalam menyajikan materi, membuat konsep pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta
didik di SMA Taruna Nusantara, seperti yang dijelaskan oleh wakil kepala sekolah bidang pendidikan,
“Yang jelas di kurikulum yang berbeda itu cara pemberiannya, cara penyampainnya kan. Cara penyampaiannya berbeda dengan biasa. Kalau
yang sekarang itu siswa menemukan gitu, kalau yang lampau kan guru banyak bicara, siswa banyak aktif guru yang sebagai fasilitator. Itu
kurikulum 2013.”
Dari apa yang disampaikan guru di atas, perbedaan antara KTSP 2006 dengan kurikulum 2013 adalah cara pemberian atau cara penyampaian materinya.
Dalam kurikulum 2013, peserta didik lebih aktif dan guru sebagai fasilitatornya. Peserta didik yang mencari dan menemukan materi. Hal tersebut menuntut
keaktifan dan kreatifitas peserta didik. Perencanaan sistem pembelajaran yang efektif sesuai dengan kurikulum
yang berlaku dibahas dalam rapat tahunan. Sementara untuk pembuatan perangkat pembelajaran seperti Silabus, RPP, program tahunan dan program semester
dilakukan oleh guru mata pelajaran pada awal tahun ajaran baru ataupun kadang juga di awal semester untuk pembuatan RPP dan program semester.
Penerapan kurikulum dalam pembelajaran bahasa Jerman dan pembuatan kurikulum berpedoman dari Depdiknas. Silabus yang digunakan merupakan
silabus yang dari Depdiknas, selanjutnya guru kemudian mengembangkan dan menyesuaikan isinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di sekolah serta
71
kemampuan peserta didik. Dalam penerapan kurikulum, guru diberikan kewenangan dalam menyusun perencanaan pembelajaran. Dalam penerapannya
memang masih pencampuran antara KTSP 2006 dengan kurikulum 2013, contohnya dalam metode pembelajaran, guru masih sering banyak menjelaskan
walaupun peserta didiknya juga aktif. Di dalam Silabus bahasa Jerman SMA Taruna Nusantara disebutkan
bahwa kompetensi inti pembelajaran bahasa Jerman bertujuan agar peserta didik memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Selain itu peserta didik juga diharapkan untuk mampu mengolah, menalar dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, secara garis besar,
pembelajaran bahasa Jerman di SMA Taruna Nusantara sama dengan pembelajarn bahasa Jerman di SMA lain. Terdapat tiga tahapan, yaitu pembukaan
Einführung, penyampaian materi atau pelaksanaan Inhalt, dan penutup Schluβ. Selain itu juga terjadi interaksi antarkomponen, yakni interaksi antara
peserta didik dengan guru, guru dengan materi pembelajaran, peserta didik dengan metode pembelajaran dan juga yang lainnya dalam proses pencapaian tujuan