Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

diminati dan mengakibatkan makna sejarah yang begitu penting menjadi terbelenggu dalam suasana monoton, dan kaku. Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya tidak lepas dari pengaruh budaya yang telah mengakar. Model pembelajaran yang bersifat satu arah, guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk diubah. Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan siswa kurang berperan di dalamnya sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif. Kekurangcermatan pemilihan strategi mengajar akan berakibat fatal bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri. Padahal strategi dalam pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat strategis untuk mencapai tujuan pendidikan dan keberhasilan dalam pembelajaran. Seiring dengan bergulirnya perkembangan dalam dunia pendidikan, sekarang ini banyak ditemui adanya strategipendekatan pembelajaran yang lebih menuntut peserta didik untuk lebih aktif, kreatif dan lebih siap untuk menerima pelajaran. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan ialah Active learning Pembelajaran aktif. Guna mencapai maksud dan tujuan pembelajaran pada bidang studi SKI, maka pemilihan strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan metode Mind map dirasa sesuai untuk membantu peserta didik belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang peserta didik inginkan, serta mengelompokkannya dengan cara yang alami. Karena pada bidang studi sejarah kebudayaan Islam siswa dituntut untuk memahami mengenai struktur dan kronologi sebuah peristiwa sejarah. Sebagai apresiasi permasalahan di atas maka peneliti perlu melakukan penelitian terhadap strategi atau metode yang dilakukan guru dalam mengajara bidang studi SKI dengan judul : “Pengaruh Penerapan Metode Mind Map Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam SKI pada Siswa Kelas VIII Studi Eksperimen di MTs Negeri 3 Jakarta ”.

B. Identifikasi Masalah

Pada latar belakang masalah di atas, penulis menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada : 1. Siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di madrasah. 2. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas masih cenderung berpusat pada guru teacher centris 3. Hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII masih belum mencapai harapan 4. Metode yang digunakan dalam pengajaran masih monoton, kurang bervariatif, dan kurang disesuaikan dengan materi yang ada

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk menjaga agar penelitian lebih terfokus, maka masalah yang diteliti dibatasi pada : 1. Penerapan metode mind map pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII semester I. 2. Hasil belajar siswa kelas VIII semester I pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh penerapan metode mind map terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam SKI pada siswa ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh penggunaan metode mind map terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan melihat ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode mind map dan yang diajarkan tanpa menggunakan metode mind map.

F. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini secara teoritis diharap mampu memperkaya keilmuan dan sebagai bahan acuan khususnya dalam meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam para peserta didik. 2. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, terutama bagi: a. Kepala Sekolah dan Supervisor, sebagai sarana informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam. b. Pendidik, sebagai alternatif untuk menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dalam pelajaran di kelas dan sebagai usaha menumbuhkan kreatifitas dan gagasan siswa. c. Siswa, diharapkan mampu berkreasi dalam melakukan proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak membosankan dan dapat mencapai hasil yang optimal. d. Peneliti, sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang tertuang secara teori dan praktek khususnya dalam mengembangkan masalah-masalah pembelajaran mengenai hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas mengajar peneliti sebagai calon pendidik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

Metode Mind Map merupakan bagian dari strategi pembelajaran aktif Active Learning. Oleh karena itu, sebelum mengacu pada penjabaran tentang kajian teori metode mind map, penulis memaparkan terkait pengertian active learning dan komponen-komponennya.

1. Active Learning

a. Pengertian Active Learning

Pembelajaran aktif Active learning bukanlah disiplin ilmu teori melainkan sebuah strategi dalam pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Menurut M. Dalyono, “active learning merupakan salah satu cara atau strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien. ” 6 Kathleen McKinney dalam skripsi Andi Fadlan yang berjudul Pengembangan Aktive Learning di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisanga mengungkapkan bahwa Active Learning pemblajaran aktif adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental, perasaan emosi, dan sosial. Active learning berkaitan dengan teknik di mana peserta didik melakukan lebih dari sekedar mendengarkan ceramah guru atau dosen, termasuk di dalamnya menemukan, memproses, dan menerapkan informasi yang diterimanya. 7 Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa active learning menempatkan siswa sebagai sentral dari kegiatan belajar dan pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam 6 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005, cet. Ke-3, h.195. 7 Andi Fadlan, Pengembangan Aktive Learning di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisanga, Semarang: Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2010, h. 10 perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran itu sendiri. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kreatif, kritis, dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut lagi, M. Dalyono menjelaskan bahwa pemusatan pembelajaran pada diri siswa sudah lama dicetuskan oleh tokoh-tokoh pendidikan diantaranya adalah John Dewey dengan semboyan “learning by doing”. Ada empat perangkat dasar perlunya active learning dalam proses pembelajaran. Keempat perangkat tersebut yaitu mengenai pendidikan, anak didik, guru, dan proses pengajaran. 8

b. Indikator Pendekatan Active Learning

Untuk melihat terwujudnya active learning dalam proses pembelajaran pembelajaran, ada beberapa indikator active learning. Dari indikator ini dapat diketahui tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses pembelajaran. Menurut M. Dalyono indikator tersebut dapat dilihat dari lima segi, yaitu: 1 Dari Sudut Siswa a Keinginan, kekeberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya. b Keinginan, keberanian dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. c Penampilan berbagai usaha atau keaktifan belajar dalam menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan. d Kebebasan untuk melakukan hal tersebut di atas tanpa ada tekanan dari pihak manapun. 2 Dari Sudut Guru a Adanya usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi siswa secara aktif. b Guru tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. c Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing. d Guru menggunakan berbagai jenis metode pembelajaran serta menggunakan berbagai media. 8 Dalyono, op.cit., h. 197 3 Dari Sudut Program a Tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik. b Program yang cukup jelas sehingga dapat dimengerti oleh siswa. c Bahan pembelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip dan keterampilan. 4 Dari Sudut Situasi Belajar a Adanya hubungan yang erat antara guru dengan siswa, guru dengan guru dan siswa dengan siswa. b Siswa memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan memiliki kebebasan untuk mengembangkan cara belajar masing-masing. 5 Dari Sudut Sarana Belajar a Sumber belajar bagi siswa. b Fleksibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c Dukungan dari berbagai media pembelajaran. d Kegiatan siswa tidak terbatas di dalam kelas tetapi juga di luar kelas 9 . Dengan adanya indikator tersebut, maka akan lebih memudahkan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, setidaknya memberi rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan active learning.

c. Prinsip-Prinsip Active Learning

Pembelajaran dengan menggunakan strategi active learning memerlukan adanya prinsip-prinsip. Hal ini hendaknya diperhatikan agar pada saat proses pembelajaran siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. Dalam hal ini M. Dalyono memberikan beberapa prinsip belajar active learning, antara lain : 1 Stimulus Belajar Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual dan lain-lain. Stimulus ini hendaknya dapat benar- benar mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin dapat membantu siswa agar pesan tersebut mudah diterima, yaitu pengulangan yang 9 Ibid., h. 196-197