152 mampu memahami akan arti kehidupan, mana yang baik dan mana yang
buruk, mana yang dapat dicontoh mana yang seharusnya tidak mereka lakukan. Dengan cerita pewayangan yang disampaikan, menjadi
pembelajaran bagi mereka dalam menyikapi segala hal dalam kehidupan. Hal tersebut berlaku baik untuk pengrajin maupun masyarakat luas.
Adanya Kampung Wayang di Desa Kepuhsari melatih pengrajin untuk berpikiran maju. Selain itu bertambahnya wawasan pengetahuan
yang mendukung dalam mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan wayang kulit sangat berpengaruh
dalam kegiatan ekonomi di masyarakat. Baik bagi para pengrajin maupun masyarakat di sekitar Desa Kepuhsari. Dengan adanya Kampung
Wayang banyak pihak-pihak yang melakukan kerjasama dengan para pengrajin dalam pemesanan kerajinan wayang kulit sehingga pendapatan
pun bertambah. Ada pula pengrajin lain yan dulunya hanya buruh pengrajin, setelah adanya Kampung Wayang dapat menerima pemesanan
sendiri untuk pembuatan wayang kulit. Dan juga banyak pengrajin yang mulai melakukan modifikasi dalam pembuatan wayang. Seperti membuat
kaligrafi, hiasan dinding wayang dalam pigura, gantungan, miniatur wayang.
Sedangkan untuk masyarakat sendiri, beberapa masyarakat telah berubah dari seorang yang bisa dikatakan menganggur menjadi seorang
yang memiliki pekerjaan dan usaha sendiri. Ada pula masyarakat yang dulunya berpenghasilan jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
153 hidup baik dirinya maupun keluarganya, setelah melihat peluang dari
adanya wisatawan yang berkunjung ke Kampung Wayang, maka banyak masyarakat memutuskan untuk ikut bergabung dalam keanggotaan
homestay dan ada juga yang membuka usaha kuliner untuk meningkatan pendapatan mereka.
Adanya pengembangan wisata tersebut, budaya atau kesenian wayang kulit selain menjadi kegiatan acara ritual rutin dan sebagai
kebiasaan, terdapat tujuan lain yaitu dijadikan komoditas obyek pariwisata. Sehingga muncul pergeseran nilai yang tidak semata-mata
berorientasi pada nilai fungsi acara ritual ataupun budaya lokal tersebut melainkan juga berorientasi pada komersial. Seperti yang diungkapkan
Argyo Demarto dan Trisni Utami 2015:66, sehubungan dengan kehadiran sektor pariwisata membawa dampak terhadap perubahan pola
pikir masyarakat yang mengarah kepada konsepsi pemikiran yang positif pada kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam menjalankan
aktivitas mata pencaharian hidupnya yang berorientasi kepada kebutuhan dan permintaan pasar, juga adanya kecenderungan masyarakat untuk
memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya maupun lingkungannya untuk mencari serta memperoleh tambahan penghasilan.
Namun pergeseran nilai tersebut di Desa Kepuhsari tidak berdampak pada perubahan interaksi sosial masyarakat. Karena kehidupan beragama
serta nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat masih dipegang teguh.
154 Usaha tersebut tidak lepas dari adanya rasa saling menghargai dan
memiliki antar masyarakat di Desa Kepuhsari. Dengan demikian wayang di masyarakat tidak hanya sekedar
kerajinan tetapi juga sebagai ideologi, pendidikan dan penunjang ekonomi di masyarakat. Masyarakat dapat merasakan perbaikan
pendapatan dan perbaikan kehidupan yaitu dengan mengikuti kegiatan yang ada di Kampung Wayang. Masyarakat di sekitar Desa Kepuhsari
tepatnya Kampung Wayang kesejahteraan sudah lebih baik, beberapa masyarakat mampu memperbaiki rumah mereka, pendapatan meningkat
dan juga perhatian terhadap pendidikan sudah lebih baik. Dengan demikian menjadikan masyarakat hidup lebih sejahrera dan masyarakat
pun hidup rukun dan saling gotong royong.
d. Berkembangnya Usaha di bidang Seni Kerajinan Wayang Kulit
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani 2004:80 berpendapat bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak
dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Hal yang sama juga dialami oleh para pengrajin di Desa Kepuhsari. Setelah adanya pelatihan-
pelatihan yang diselenggarakan kelompok sadar wisata Tetuko sebagai bentuk pemberdayaan pengembangan industri kreatif, pengrajin secara
mandiri mulai mengembangkan usahanya seperti memodifikasi dalam
155 pengolahan bahan baku kulit. Tidak hanya wayang kulit standar yang ada
di pasaran. Dalam memngembangkan usahanya banyak pengrajin yang
mengkreasikan karyanya dengan membuat motif yang berbeda pada jarik wayang kulit buatannya dan juga pewarnaannya sehingga tatah sungging
dapat dibedakan dari hasil karya pengrajin satu dengan pengrajin yang lain. Ada pula pengrajin yang mengembangkan usaha seni kerajinan
wayang kulit, membuat modifikasi dalam pembuatan wayang kulit yaitu dengan membuat kaligrafi berbentuk wayang, wayang kulit dalam pigura
sebagai hiasan dinding, gantungan berbentuk wayang dan miniatur wayang.
Dengan adanya pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kampung Wayang juga turut andil dalam berkembangnya masyarakat
terutama para pengrajin. Banyaknya pengunjung yang datang maka banyak terjalin kerjasama sehingga membuat pengrajin berpikir sekreatif
mungkin dalam pembuatan kerajinan agar usahanya dapat berkembang. Melalui Kampung Wayang, usaha di bidang kerajinan wayang kulit
semakin berkembang.
e.
Semakin Dekatnya Masyarakat dengan Budaya Wayang Kulit
Kampug Wayang yang ada di Desa Kepuhsari secara langsung maupun tidak, secara sadar ataupun tidak sadar telah mendekatkan
masyarakat dengan adanya kegiatan atau paket-paket wisata yang diselenggarakan oleh kelompok sadar wisata Tetuko. Pelayanan
156 kelompok sadar wisata dan masyarakat terhadap pengunjung yang datang
menambah nilai positif adanya Kampung Wayang. Dengan adanya Kampung Wayang, masyarakat menjadi semakin
dekat dan juga mencintai wayang kulit sehingga banyak dari mereka yang belajar kebudayaan tersebut dan juga kesenian lainnya. Seperti
sekarang ini, masyarakat mulai mengenalkan dan mempelajari kesenian lain yang masih berhubungan dengan kesenian wayang kulit seperti
pedalangan, karawitan, seni gamelan. reog dan tari tayub dengan adanya sanggar-sanggar kesenian untuk melestaikan budaya yang ada di
Kepuhsari. Karena kebanyakan dari masyarakat menganggap kesenian wayang kulit merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Pengunjung pun juga semakin dekat dan mencintai kebudayaan wayang kulit yang harus dilestarikan setelah mengikuti kegiatan atau paket-paket
wisata yang ada di Kampung Wayang. Melihat dampak-dampak Kampung Wayang yang dikelola oleh
kelompok sadar wisata dapat menjadi salah satu upaya dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan kata lain Kampung Wayang yang ada
di Desa Kepuhsari dapat menjadi masyarakatnya lebih berdaya. Bukti- bukti dari masyarakat yang berdaya setelah mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan kelompok sadar wisata di Kampung Wayang anatar lain: 1
Berkurangnya pengangguran, 2
Bertambahnya pengetahuan dan wawasan, 3
Mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,
157 4
Home industri wayang kulit, 5
Pengrajin memiliki keterampilan tambahan yaitu melukis dengan media kaca,
6 Masyarakat menjadikan rumah mereka menjadi homestay
7 Masyarakat non pengrajin memiliki pekerjaan tambahan seperti
berdagang dan menjual jasa. Dengan adanya bukti-bukti diatas, sesuai dengan yang diungkapkan
Chabib Soleh 2014:94 bahwa pada akhirnya pemberdayaan harus mampu meningkatkan kapasitas diri secara otomatis pada pihak yang diberdayakan.
Hal ini dapat terjaidi apabila, mereka sudah merasakan manfaat langsung sosial ekonomi maupun manfaat tidak langsung yaitu berupa peningkatan
kapasitas diri yang diperoleh secara otomatis baik dari belajar pada pengalaman yang telah mereka rasakan.
Dapat disimpulkan bahwa Kampung Wayang merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dari memberikan penyadaran akan potensi yang
dimiliki dan memberikan keterampilan sampai menjadikan masyarakat yang mandiri dan dapat menciptakan maupun mengembangkan usaha yang
dimiliki serta menjadikan masyarakat lebih sadar akan kelestarian budaya mereka yaitu seni kerajinan wayang kulit.