106 kulit.  Pengrajin  yang  ada  di  Desa  Kepuhsari  sudah  turun  temurun  oleh
karena itu hampir semua masyarakat dapat membuat wayang kulit selain itu masyarakat juga lihai dalam tarian seperti reog ada pula karawitan dan
pedalangan  yang  menambah  keanekaragaman  budaya  yang  ada  di Kepuhsari yang mampu menunjang Kamung Wayang.
Faktor  pendukung  yang  ketiga  yaitu  alam,  Desa  kepuhsari memiliki  tekstur  tanah  yang  kering,  berbatu-batu  dan  berbukit-bukit.
Namun dibalik itu tersimpan panorama alam yang indah. Banyak wisata alam  yang  menjadi  daya  tarik  bagi  para  wisatawan  yang  berkunjung.
Seperti adanya air terjun, mata air, pegunungan dan juga kampung batu. Keempat  yaitu  sumber  daya  manusia  di  Desa  Kepuhsari,  kerajinan
wayang  kulit  merupakan  kerajinan  yang  tidak  bisa  dicetak  dengan  alat maka  dari  itu  disebut  kerajinan  tangan.  Oleh  karena  itu  tidak  diragukan
lagi  keterampilan  pengrajin  di  Desa  Kepuhsari    menghasilkan  kerajinan wayang  kulit  yang  memiliki  kualitas  tinggi.  Dengan  bekal  keterampilan
tersebut  para  pengrajin  menyalurkannya  kepada  pengunjung  yang  ingin berlatih membuat kerajinan wayang kulit.
Faktor  pendukung  yang  kelima  yaitu,  kegiatan  di  kampung wayang.  Kegiatan  yang  ada  di  kampung  wayang  dikemas  dalam  paket-
paket  wisata  yang  dijadikan  daya  tarik  bagi  para  wisatawan  yang berkunjung  seperti  adanya  pelatihan  tatah  sungging  wayang  kulit,  lukis
kaca,  pelatihan  karawitangamelan  dan  pedalangan.  Faktor  pendukung yang  terakhir  yaitu  Kerjasama.  Kerjasama  yang  dilakukan  diberbagai
107 pihak, membuat banyak wisatawan yang ingin berkunjung dan mengikuti
kegiatan yang ada di kampung wayang Desa Kepuhsari. Selain  faktor  pendukung  yang  mempengaruhi  kegiatan  di
kampung  wayang,  terdapat  juga  faktor  penghambat.  Faktor  penghambat tersebut  antara  lain  yang  pertama  masyarakat.  Dalam  pelaksanaan
kegiatan  masih  ada  warga  yang  tidak  suka  dengan  adanya  kampung wayang. Mereka beranggapan dengan adanya wisatawan akan membawa
pengaruh  negatif  bagi  kebudayaan  mereka  terutama  dari  wisatawan mancanegara  dan  juga  merubah  kebudayaan  asli  yang  ada  di  Desa
Kepuhsari.  Masyarakat  yang  belum  berpartisipasi  menganggap  bahwa kegiatan yang ada tidak menguntungkan bagi mereka.
Faktor  penghambat  yang  lain  yaitu  sumber  daya  manusia,  masih ditemuinya  kendala  dalam  penggunaan  bahasa  karena  wisatawan  yang
datang  tidak  hanya  dari  domestik  tetapi  juga  mancanegara.  Para pengrajin  masih  kesulitan  dalam  berkomunikasi  terutama  dalam
penggunaan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Dan yang terakhir infrastruktur yang ada di Desa Kepuhsari. Masih minimnya petunjuk arah
atau  jalan  menuju  Kampung  Wayang  Desa  Kepuhsari.  Petunjuk  arah tersebut  hanya  terpasang  di  daerah  sekitar  Desa  Kepuhsari  belum  ada
petunjuk  arah  di  daerah  lain  yang  menuju  Desa  Kepuhsari.  Selain  itu masih dijumpai dibeberapa bagian jalan yang rusak walaupun sudah ada
perbaikan sebelumnya.
108
3. Hasil dari Pemberdayaan Masyarakat melalui Kampung Wayang
Dari  hasil  penelitian  yang  peneliti  dapatkan  di  lapangan,  Kampung Wayang  telah  memberikan  beberapa  dampak,  baik  terhadap  pengrajin
maupun  masyarakat  yang  ada  disekitar  Desa  Kepuhsari  sebagai  upaya pemberdayaan masyarakat, antara lain :
a. Mendorong  dan  Membangkitkan  Masyarakat  untuk  Menyadari  dan
Mengembangkan Potensi yang Dimiliki Mendorong    dan  membangkitkan  kesadaran  dalam  hal  ini,
diartikan  peneliti  bahwa  seseorang  atau  masyarakat  yang  belum menyadari potensi maupun masyarakat yang telah memiliki keterampilan
atau  kemampuan  dalam  bidang  tertentu,  seperti  kemampuan  tatah sungging dalam pembuatan kerajinan wayang kulit, tetapi belum mampu
mengembangkannya.  Dengan  adanya  berbagai  kegiatan  yang  ada  di Kampung  Wayang  ini  dapat  mendorong  masyarakat  menyadari  potensi
yang mereka miliki dalam bidang tertentu sehingga dapat meningkatkan bakat dan kemampuan mereka dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari- hari. Seperti yang diungkapkan Bapak “JK”, seperti berikut :
“Ya saya dulu cuma nerima pesanan buat wayang, kalau sekarang saya  bisa  belajar  bahasa  asing,  banyak  hubungan  atau  kenal  jadi
tambah  kerjasama  sama  banyak  pemesan.  Dengan  adanya Kampung  wayang  ini  ya  melatih  saya  berpikiran  maju  mbak.
Kalau kita hanya berpangku tangan  ya nggak menghasilkan apa-
apa”CW.3DP.a. Bapak  “JK”  dengan  mengikuti  kegiatan  yang  ada  di  Kampung
Wayang  mendapatkan  pengetahuan  baru  dan  bertambah  pula  jalinan kerjasama  dengan  pihak-pihak  tertentu  dalam  pembuatan  kerajinan
109 wayang  kulit.  Bapak  JK  merasakan  dengan  adanya  kampung  wayang
membuat  dirinya  lebih  berpikiran  maju,  jika  hanya  berpangku  tangan tidak  akan  menghasilkan  sesuatu.  Oleh  karena  itu,  harus  bekerja  keras
dalam  melakukan  sesuatu  agar  tidak  menjadi  sia-sia.  Sama  halnya  yang di
sampaikan  oleh  Mas  “TK”,  dalam  wawancara  yang  peneliti  lakukan denganya, Mas “TK” mengatakan:
“Perbedaannya  ya  sebelum  ada  kampung  wayang  cuma  sebatas natah  mengerjakan  wayang  setelah  ada  kampung  ya  tambah
pengetahuan  mbak  baik  itu  tambah  pengetahuan  bahasa  juga pengetahuan mem
buat wayang di media yang lain”CW.5DP.a. Sebagai  salah satu  pengrajin dan anggota kelompok sadar wisata
Tetuko,  Mas  “TK”  dengan  mengikuti  kegiatan  yang  ada  di  Kampung Wayang,  maka  pengetahuan  dan  keterampilannya  semakin  berkembang
dan  bertambahnya  pengetahuan  akan  bahasa  Inggris  dan  pembuatan wayang dengan menggunakan media tertentu.
Selaras  dengan  hal  tersebut,  Mbak  “RT”  menyatakan  hal berikut:
“Alasannya  dek,  dengan  adanya  Kampung  Wayang  secara  tidak langsung  membuat  masyrakat  mandiri.  Menyadarkan  mereka
bahwa  mereka  punya  potensi  yang  bisa  dikembangkan.  Dengan adanya  Kampung  Wayang  ini    sadar  atau  tidak,  pendapatan  dan
kesejahteraan mas
yarakat jadi tambah lebih baik”CW.1DP.b. Hal  ini  juga  diungkpakan  oleh  Bapak  “ST”  yang  serupa  dan
memperkuat pernyataan tersebut bahwa: “Ya dengan adanya kampung wayang, melatih masyarakat untuk
berpikiran  maju,  dengan  banyaknya  pengunjung  mereka  dituntut berpikir  bagaimana  mereka  dapat  memperoleh  penghasilan
tambahan dari pengunjung yang datang. Selain itu pengrajin yang dulunya  hanya  buruh  setelah  ada  kampung  wayang  dapat
110 menerima  pesanan  sendiri  sehingga  para  pengrajin  berusaha
meningkatkan kualitas kerajinan mereka.  Sebelum ada kampung wayang  ya  mbak,  persaingan  para  pengrajin  itu  dengan
menjatuhkan  harga  di  pasaran  setelah  ada  kampung  wayang  ya ada  perbaikan.  Harga  wayang  ditiap  pengrajin  sama  kalaupun
harganya  beda  yang  membedakan  mungkin  dari  segi  kerumitan
atau detail tatahan”CW.2DP.b. Dari  wawancara  yang  peneliti  lakukan  terhadap  beberapa
narasumber  diatas,  kegiatan  yang  ada  di  Kampung  Wayang  mendorong masyarakat agar menyadari dan mengembangkan kesadaran akan potensi
yang  mereka  miliki.  Dengan  mengikuti  kegiatan  yang  ada  di  Kampung Wayang  masyarakat  mulai  menyadari  akan  potensi  yang  mereka  miliki.
Bertambahnya  pengetahuan  yang  dimiliki  masyarakat  menjadikan mereka lebih berkembang dalam kehidupannya.
b. Mencegah Terjadinya Persaingan yang Tidak Seimbang
Melalui  Kampung  Wayang,  upaya  yang  dilakukan  kelompok sadar  wisata  Tetuko  dalam  mencegah  terjadinya  persaingan  yang  tidak
seimbang antara yang kuat dengan yang lemah, antara yang besar dengan yang kecil antara lain seperti yang dipaparkan oleh Bapak “JK” sebagai
berikut: “Sekarang  ada  pokdarwis  mendingan  mbak,  persaingan  tidak
terlalu  besar.  Kalau  nggak  ada  pesanan  ya  hasil  kerajinan dikumpulkan di  sekretariat  nanti kalau ada tamu  yang ingin  beli.
Sekarang  ya  berlomba-lomba  buat  wayang  yang  bagus  mbak, maksudnya  kualitasnya  ditingkatkan  kaya  tatahannya  yang  rumit
trus  warna-warna  sunggingnya  yang  bagus.  Kalau  ada  sisa  kulit ya dibuat souvenir. Hal yang utama ya tepat waktu dan konsisten
dengan kualitas hasil wayang”CW.3DP.c. Dari  pernyataan  Bapak  “JK”,  dengan  adanya  pokdarwis
persaingan  antara  pengrajin  tidak  terlalu  besar  karena  pokdarwis
111 menampung karya para pengrajin di sekretariat pokdarwis yang nantinya
jika  ada  pengunjung  yang  datang  dapat  diperjualbelikan  dan  pengrajin juga dapat meningkatkan kualitas serta banyaknya karya yang dihasilkan.
Pernyataan yang mendukung juga dinyata kan Mas “JK”:
“Ya dengan ikut kegiatan kan banyak link dari pengunjung yang datang jadi banyak peluang untung kerjasama. Jadi ya persaingan
tidak t erlalu ketat seperti dulu mbak”CW.5DP.c.
Dari  pernyataan-pernyataan  diatas  dapat  disimpulkan  Kampung Wayang  memiliki  dampak  bagi  pengrajin  yaitu  mencegah  terjadinya
persaingan  yang  tidak  seimbang  dengan  cara  menampung  karya  para pengrajin  di  sekretariat  pokdarwis  yang  nantinya  jika  ada  pengunjung
yang  datang  dapat  diperjualbelikan  dan  pengrajin  juga  dapat meningkatkan  kualitas  serta  banyaknya  karya  yang  dihasilkan.  Dengan
adanya  kampung  wayang  semakin  banyak  pengunjung  yang  datang sehingga  menambah  peluang  untuk  melakukan  kerjasama  dan  akhirnya
mengurangi persaingan diantara para pengrajin. c.
Outcome dalam Perbaikan Kehidupan dan Pendapatan Dari  wawancara,  pengamatan  dan  dokumentasi  yang  peneliti
lakukan  baik  dengan  pengrajin  maupun  masyarakat  di  sekitar  Kampung Wayang  yang  telah  menjadi  bagian  masyarakat  yang  berdaya  adalah
sebagai berikut: 1
JK Usia
: 41 tahun Pekerjaan Sebelumnya
: Perangkat Desa