Metodologi Pemberdayaan Masyarakat Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat

42 keterampilannya memandu diskusi akan sangat menentukan mutu proses dan hasil FGD. PLA Participatory Learning and Action atau proses belajar dan mempraktikkan secara partisipatif merupakan metode pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari proses belajar melalui:ceramah, curah- pendapat, diskusi, dll, tentang sesuatu topik, yang segera setelah itu diikuti dengan aksi atau kegiatan riil yang relevan dengan materi pemberdayaan masyarakat tersebut. SL atau Sekolah Lapang Farmers Field School sebagai metode pemberdayaan masyarakat, SLFFS merupakan kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat pada hamparan tertentu, yang diawali dengan membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian diikuti dengan curah pendapat, berbagi pengalaman sharing, tentang alternatif dan pemilihan cara-cara pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Sebagai suatu kegiatan belajar-bersama, SLFFS biasanya difasilitasi oleh fasilitator atau nara sumber yang berkompeten. Pelatihan Partisipatif, Setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mengacu kepada kebutuhan yang sedang dirasakan penerima manfaatnya sasaran, baik yang berkaitan dengan kebutuhan kini, dan kebutuhan masa mendatang jangka pendek, jangka menengah,dan jangka panjang. Lebih lanjut, kegiatan pemberdayaan masyarakat harus memberikan manfaat atau memiliki relevansi tinggi dengan 43 kebutuhannya tersebut. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat harus diawali dengan penelusuran tentang program pendidikan yang diperluk an dan analisis kebutuhan atau “need assessment”. Kemudian bedasarkan analisis kebutuhan disusunlah program atau acara pemberdayaan masyarakat. Karena itu, sebelum pelatihan dilaksanakan selalu diawali dengan kontrak-belajar, yaitu kesepakatan tentang substansi materi, urut-urutan sequence, tata-waktu, dan tempat.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Tri Yatno pada tahun 2015 yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Formal, Pendapatan, Jaringan Sosial, dan Kesejahteraan terhadap Keberlanjutan Usaha Kerajinan Wayang Kulit di Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri ”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung pendidikan formal terhadap keberlanjutan usaha, pengaruh langsung pendapatan terhadap keberlanjutan usaha, pengaruh langsung jaringan sosial terhadap keberlanjutan usaha, pengaruh tidak langsung pendidikan formal terhadap keberlanjutan usaha melalui kesejahteraan, pengaruh tidak langsung pendapatan terhadap keberlanjutan usaha melalui kesejahteraan, pengaruh tidak langsung jaringan sosial terhadap keberlanjutan usaha melalui kesejahteraan. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu menunjukkan bahwa pengaruh langsung pendidikan formal terhadap keberlanjutan usaha adalah 0,233, pengaruh langsung pendapatan terhadap keberlanjutan usaha adalah 0,416, pengaruh langsung jaringan 44 sosial terhadap keberlanjutan usaha adalah 0,322, pengaruh tidak langsung pendidikan formal terhadap keberlanjutan usaha melalui kesejahteraan adalah 0,0830, pengaruh tidak langsung pendapatan terhadap keberlanjutan usaha melalui kesejahteraan adalah 0,0834, pengaruh tidak langsung jaringan sosial terhadap keberlanjutan usaha melalui kesejahteraan adalah 0,0834. Keberlangsungan usaha wayang kulit di Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendapatan, jaringan sosial dan kesejahteraan pengrajin. 2. Penelitian yang dilakukan Aditya Arie Negara pada tahun 2013 yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Keterampilan Membatik di Balai Latihan Kerja BLK Bantul ”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan membatik di Balali Latihan kerja BLK Bantul serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pelatihan keterampilan membatik di BLK Bantul dalam pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu 1 Melalui pelatihan keterampilan membatik, upaya pemberdayaan masyaakat yang dilakukan oleh BLK Bantul adalah: a Menciptakan iklim kondusif yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran masyarakat agar menyadari dan mengembangkan potensi mereka. b Memperkuat potensi masyarakat dengan meningkatkan sumber daya manusia SDM dan mendampingi masyarakat serta membantu usaha mereka. c Melindungi mayarakat untuk 45 mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta ekploitasi yang kuat atas yang lemah dengan cara menjalin kerjasama dengan para alumni yang membuka usaha mandiri, memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan, program BLK, dan informasi lain. 2 Faktor pendukung dalam pemberdayan masyarakat melalui pelatihan keterampilan membatik di BLK Bantul adalah pelatih yang berpengalaman, sabar dan ulet, antusiasme dan semangat warga belajar, adanya kerjasama antara pelatih dan warga belajar yang baik, ketersediaan bahan dan alat, dan pemberian uang trasnport bagi peserta. Sedangkan faktor penghambatnya adalah jumlah pelati yang beum cukup, kondisi gedung yang kurang luas dan kurang memadai, peralatan yang sudah lama, saranafasilitas yang kurang lengkap karena anggaran dana yang terbatas, serta cuaca yang tidak mendukung. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Sutiyono pada tahun 2007 yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan Program Desa Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta ”. Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin melihat seberapa jauh pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa dalam melaksanakan pembangunan kepariwisataan serta bagaimana masyarakat desa tersebut mengatasi persoalan kemiskinan dan penganguran di wilayah pedesaan melalui program desa wisata. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu 1 Pemberdayaan masyarakat desa melibatkan seluruh warga masyarakat, 2 Upaya konkrit untuk meningkatkan daya dukung adalah memajukan potensi utama desa dan 46 potensi masyarakat desa, dan 3 Pemberdayaan masyarakat desa memeberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan ekonomi.

C. Kerangka Berpikir

Wayang kulit merupakan kebudayaan warisan leluhur yang sudah ada sejak zaman dulu. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan norma sebagai patokan kehidupan manusia. Namun semakin hari wayang kulit seolah-olah tergantikan oleh budaya luar akibat adanya arus globalisasi. Banyak masyarakat yang kemudian menganggap kebudayaan wayang kulit kuno atau sudah ketinggalan zaman. Hal tersebut berdampak terhadap pengrajin wayang kulit. Berbagai masalah muncul dikalangan pengrajin wayang kulit terutama di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri seperti semakin menurunnya jumlah pendapatan pengrajin wayang kulit akibat pergeseran kebudayaan, semakin tingginya harga bahan baku pembuatan wayang kulit dan persaingan memperoleh pasar sehingga banyak pengrajin yang beralih profesi. Dengan demikian jumlah pengrajin wayang kulit semakin berkurang. Masalah-masalah yang dihadapi oleh pengrajin tersebut, mendorong beberapa masyarakat yang ada di Desa Kepusari Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri untuk membuat Kampung Wayang. Dimana Kampung Wayang tersebut merupakan salah satu upaya memberdayaan masyarakat. Meberdayakan masyarakat disini diartikan sebagai upaya membuat masyarakat memiliki kesempatan, peluang, kemampuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menentukan masa depannya dengan

Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SANGGAR WAYANG KULIT SEBAGAI WISATA BUDAYA DI DESA KEPUHSARI MANYARAN Sanggar Wayang Kulit Sebagai Wisata Budaya Di Desa Kepuhsari Manyaran Wonogiri.

0 2 25

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DANPERANCANGAN ARSITEKTUR Sanggar Wayang Kulit Sebagai Wisata Budaya Di Desa Kepuhsari Manyaran Wonogiri.

0 1 18

PENDAHULUAN Sanggar Wayang Kulit Sebagai Wisata Budaya Di Desa Kepuhsari Manyaran Wonogiri.

0 3 17

PENGARUH PENDIDIKAN FORMAL, PENDAPATAN, JARINGAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA KERAJINAN WAYANG KULIT DI DESA KEPUHSARI KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 14

PENDIDIKAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL MELALUI PELESTARIAN WAYANG KULIT DI DESA KEPUHSARI, KECAMATAN MANYARAN, KABUPATEN WONOGIRI | Widyamaharani | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 8494 17909 1 SM

0 0 19

PENDIDIKAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL MELALUI PELESTARIAN WAYANG KULIT DI DESA KEPUHSARI KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI

0 0 16