Bruner selanjutnya menegaskan bahwa guru yang efektif harus membantu dan membimbing siswa untuk meliwati ketiga tahapan ini, dengan proses disebut
scaffolding . Proses scaffolding merupakan cara siswa untuk membangun
pengetahuannya melalui bantuan dari guru tetapi tidak secara mutlak, siswa dibimbing untuk bisa mandiri Suyono Hariyanto, 2011: 89.
Teori penemuan dari Bruner menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa mecari sendiri pengetahuannya, guru hanya memberikan
fasilitas dan sedikit bantuan. Pada tahapan model pembelajaran CPS akan menuntut siswa dalam menyelesaikan permasalahan ataupun proses pemahaman,
sehingga diharapkan siswa lebih mudah untuk membangunmengkonstruk sendiri pengetahuannya.
2.6.4 Teori Vygotsky
Vygotsky lebih suka menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi sosial social cognition. Pembelajaran kognisi sosial
meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan individu. Manusia mempunyai kebudayaan hasil rekayasa sendiri, dan setiap anak
manisa berkembang dalam konterks kebudayaannya sendiri, Oleh karenanya, perkembangan anak sedikit ataupun babanyak dipengaruhi oleh kebudayaan,
termasuk budaya dari lingkungan keluarga dimana ia berkembang Suyono dan Hariyanto, 2011: 110.
Menurut Vygotsky.sebagaimana dikutip oleh Rifa‟i Anni 2011: 34-35 memandang bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif,
artinya pengetahuan didistribusikan diantara orang dan lingkungan, yang
mencakup obyek artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi kognitif berasal dari
situasi social. Vygotsky mengemukakan beberapa idenya tentang Zone of Proximal Developmental
ZPD.
Zone of proximal developmental ZPD adalah serangkaian tugas yang
terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Untuk memahami batasan ZPD anak,
terdapat batasan atas, yaitu tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat dikerjakan anak dengan bantuan instruktur yang mampu. Anak dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
kompeten. Diharapkan pasca bantuan ini anak tatkala melakukan tugas sudah mampu tanpa bantuan orang lain dan batas bawah, yang dimaksud adalah tingkat
problem yang dapat dipecahkan oleh anak seorang diri Rifa‟i Anni, 2011:35. Berdasarkan uraian diatas, teori ini mendukung model pembelajaran CPS
dan pendekatan realistik yang digunakan dalam penelitian ini. Di dalam model dan pendekatan tersebut, siswa bekerja dan berdiskusi secara berkelompok dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang siswa untuk menyelesaikan permasalah yang disajikan dan berdiskusi khususnya pada fase evaluasi dan
seleksi serta implementasi. Dan dalam diskusi kecil inilah dibutuhkan bimbingan antar teman, sehingga bagi siswa yang berkemampuan kurang mendapat
bimbingan dari temannya yang lebih paham.
2.7 Edmodo