Perilaku Konsumen Ice Cream Mini Melts di Jakarta

(1)

PERILAKU KONSUMEN ICE CREAM MINI MELTS

DI JAKARTA

FITRIANINGTYAS A07400167

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

Proses keputusan pembelian mencakup lima tahap dimulai dari tahap pengenalan kebutuhan. Ditahap ini responden menyatakan sekedar ingin mencoba sebagai motivasi utama responden dalam membeli es krim Mini Melts sebagai makanan selingan. Alasan utama lebih memilih es krim Mini Melts dibandingkan es krim lainnya adalah karena rasa es krim Mini Melts yang lebih enak dengan bentuknya yang unik seperti mutiara. Tahap pencarian informasi, sumber informasi utama adalah teman/ kenalan yang telah mencoba es krim Mini Melts. Tahap evaluasi alternatif, yang menjadi pertimbangan utama responden untuk melakukan pembelian adalah rasa dari es krim Mini Melts yang enak. Tahap keputusan pembelian, cara responden memutuskan pembelian adalah tergantung situasi dengan frekuensi seminggu sekali sampai lebih dari seminggu sekali. Media yang mempengaruhi pembelian adalah melalui anggota keluarga. Tahap evaluasi pasca pembelian, responden merasa puas terhadap pembelian es krim Mini Melts. Seluruh responden berniat melakukan pembelian ulang. Responden tetap akan membeli apabila terjadi kenaikan harga.

Pengolahan data dengan análisis faktor terhadap 22 variabel awal ternyata mampu mereduksi variabel tersebut menjadi lima faktor. Ke lima faktor tersebut adalah faktor pengetahuan konsumen, situasi/waktu mengkonsumsi, produk, eksternal dan harga.

Urutan tingkat kepentingan atribut dari urutan terbesar sampai terkecil adalah kandungan bahan alami,kehalalan produk, kandungan zat pewarna alami, rasa, ketersediaan produk, kandungan gizi, harga, tekstur produk, promosi produk dan merek. Berdasarkan Uji Friedman, urutan tersebut berbeda secara nyata. Sedangkan urutan tingkat ketidakpuasan dari urutan terbesar sampai terkecil adalah kehalalan, kandungan bahan alami, zat pewarna alami, rasa, kandungan gizi, merek, tekstur, harga, ukuran, ketersediaan produk dan promosi. Berdasarkan Uji Friedman, urutan atribut tersebut berbeda secara nyata.

Strategi produk yang dilakukan antara lain adalah tetap mempertahankan produk es krim yang sudah memiliki label halal pada kemasan es krim Mini Melts dan tetap mempertahankan bentuk es krim Mini Melts yang unik seperti mutiara dengan 14 pilihan rasa yang merupakan kelebihan es krim Mini Melts dibandingkan dengan es krim lainnya. Strategi harga yang dilakukan adalah mempertahankan harga es krim saat ini, namun akan lebih baik jika harga es krim dapat lebih rendah dari harga sekarang mengingat banyaknya pesaing yang menawarkan es krim dengan harga yang lebih murah dari es krim Mini Melts. Strategi promosi yang dilakukan dengan mempromosikan keunggulan es krim Mini Melts dengan bentuk yang unik seperti mutiara dan merupakan es krim yang paling tahan lama berada di luar ruangan selama setengah jam secara luas dengan memberikan brosur-brosur pada lokasi strategis dalam Mall seperti dekat eskalator, dekat dengan pintu keluar/pintu masuk disertai dengan contoh produk (tester) pada waktu-waktu tertentu, dan yang terakhir strategi distribusi yang dilakukan antara lain dengan menjaga ketersedian produk pada setiap gerai es krim Mini Melts dan memperluas jalur promosi melalui penambahan gerai–gerai es krim pada beberapa pusat perbelanjaan.


(3)

RINGKASAN

FITRIANINGTYAS.

Perilaku Konsumen Ice Cream Mini Melts di Jakarta. Bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap gizi dan kesehatan tubuh serta dengan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung memilih makanan dan minuman yang serba praktis menjadikan produk-produk olahan semakin prospektif. Salah satu produk olahan yang mengandung gizi, praktis dan semakin digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat adalah es krim. Indonesia dengan memiliki iklim tropis menjadikan produk es krim memiliki potensi pasar yang cukup besar di negeri ini (Indocommercial, 1995).

Kandungan susu yang terdapat dalam es krim dapat meningkatkan gizi masyarakat. Bagi anak-anak yang kurang menyukai untuk minum susu, hal ini dapat di siasati dengan menggantikan produk susu tersebut dengan mengkonsumsi es krim, sehingga kebutuhan akan kalsium untuk tubuhnya dapat terpenuhi juga. Selain mengandung gizi yang tinggi, es krim juga memiliki rasa yang enak dengan berbagai jenis rasa, menyegarkan dan teksturnya lembut sehingga es krim digemari berbagai kalangan.

PT FutureFood Wahana Industri merupakan salah satu produsen es krim di Indonesia. Perusahaan tersebut mendistribusikan es krim Mini Melts di Indonesia. Es krim Mini Melts merupakan produk es krim dengan terobosan baru dalam teknik pembuatannya yaitu es krim yang berbentuk bola-bola atau seperti mutiara. Es krim ini dikembangkan dengan penampilan yang berbeda dan menarik serta memberikan rasa yang unik, karena merupakan es krim yang paling dingin saat ini. Konsumsi es krim di Indonesia mencapai 0,5 liter per kapita dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa1. Bila dibandingkan dengan konsumsi negara lain, Indonesia masih tertinggal jauh karena di Eropa sebagai contoh, konsumsi es krim mencapai 10 liter per kapita. PT FutureFood Wahana Industri adalah salah satu produsen yang melihat kondisi tersebut sebagai potensi pengembangan industri es krim di Indonesia.

Persaingan dalam industri es krim di Indonesia cukup ketat. Industri ini didominasi oleh Walls dengan mengambil 50 persen pangsa pasar untuk semua jenis produknya2. Campina menempati urutan kedua dengan pangsa pasar 30 persen dan Indoeskrim Meiji memegang 15 persen dari pasar tersebut. Sisanya sebanyak lima persen dipegang oleh berbagai pemain es krim lainnya. PT.Future Food Wahana Industri sebagai perusahaan yang berada diposisi sebagai pemain es krim yang masih tergolong baru akan selalu berupaya untuk bertahan dalam persaingan di industri es krim di Indonesia saat ini. Banyaknya merek es krim di Indonesia membuat konsumen memiliki banyak pertimbangan dalam membeli produk tersebut. Agar dapat memenangkan persaingan maka PT. FutureFood Wahana Industri memerlukan pengetahuan yang memadai dilihat dari sisi konsumen yang mengkonsumsi es krim Mini Melts.

1

www.harianterbit.com, 2004

2


(4)

menurun di beberapa outlet penjualannya di Jakarta. Penurunan penjualan es krim Mini Melts perlu dikaji secara serius oleh perusahaan. Salah satunya adalah dengan cara mengkaji perilaku konsumen es krim Mini Melts, dengan perilaku konsumen dapat diketahui kelemahan dan kekuatan dari es krim Mini Melts menurut konsumen sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya penurunan penjualan sehingga perusahaan dapat menerapkan berbagai kebijakan strategi pemasaran yang tepat dalam menjalankan strategi pemasaran perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Untuk itu PT. FutureFood Wahana Industri perlu melakukan analisis mengenai perilaku konsumen yang meliputi karakteristik konsumen, proses keputusan pembelian konsumen, dan faktor-faktor apa saja dalam proses keputusan pembelian es krimnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengkaji karakteristik konsumen es krim Mini Melts, 2). Mengkaji proses keputusan pembelian produk es krim Mini Melts, 3). Menganalisis faktor-faktor dalam proses keputusan pembelian es krim Mini Melts, 4). Menganalisis keragaan atribut ideal produk es krim Mini Melts, 5). Memberikan rekomendasi strategi bauran pemasaran berdasarkan perilaku konsumen terhadap es krim Mini Melts.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga awal bulan Agustus 2007 yang mengambil ruang lingkup DKI Jakarta. Penelitian dilakukan di pusat perbelanjaan yang tersebar di lima wilayah Jakarta yaitu Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Lokasi penelitian untuk wilayah Jakarta Utara dilakukan di Mall Kelapa Gading, wilayah Jakarta Pusat di ITC Kuningan, wilayah Jakarta Selatan di Cilandak Town Square, wilayah Jakarta Barat di Mall Ciputra, dan Wilayah Jakarta Timur di Pasaraya Grande. Penelitian dilakukan di pusat perbelanjaan dan pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan alasan karena produk es krim Mini Melts belum tersedia di semua pusat perbelanjaan, hanya terdapat di beberapa tempat perbelanjaan. Lokasi ini dipilih karena daerah tersebut diharapkan dapat mewakili responden dari tiap wilayah Jakarta, sehingga memungkinkan dapat mempermudah pengambilan responden dengan responden yang beragam. Teknik pengambilan data responden dilakukan dengan metode Non Probability Judgment Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang akan digunakan sebagai acuan penarikan sampel. Sementara itu pengumpulan data responden pada lokasi penelitian dilakukan secara accidental dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan.

Karakteristik responden dan proses keputusan pembelian konsumen diperoleh dari perhitungan persentase responden yang disajikan dalam tabel tabulasi sederhana. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam keputusan pembelian dianalisis menggunakan analisis faktor. Model Angka Ideal, Uji Friedman yang dilanjutkan dengan Multiple Comparisson untuk mengetahui keragaan atribut yang ideal terhadap produk es krim Mini Melts. Berdasarkan hasil analisis perilaku konsumen tersebut, dirumuskan strategi bauran pemasaran yang mencakup strategi produk, harga, promosi dan distribusi

Karakteristik responden es krim Mini Melts memiliki proporsi yang seimbang antara responden laki-laki dengan perempuan yaitu sebesar 50 persen


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 03 November 1982, dari pasangan Bapak H. Drs. Bambang Prijadi dan Ibu Hj. Ika Kartika. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara.

Penulis mengawali jenjang pendidikan di Taman Kanak-Kanak Bina Utama Jakarta Timur pada tahun 1987 sampai tahun 1988, kemudian melanjutkan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 04 Pagi Jakarta Timur sampai tahun 1993, penulis melanjutkan pendidikan formal di Sekolah Dasar Persit Kartika 3 Palembang dan lulus pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan formal ke SLTP Negeri 13 Palembang sampai tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan formal ke SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1997, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).


(6)

Alhamdulillah segala puji dan syukur dilimpahkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Konsumen Ice Cream Mini Melts di Jakarta”. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk menyelesaikan program sarjana pada program studi Agribsnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Studi perilaku konsumen merupakan salah satu sarana bagi para pemasar dalam menetapkan strategi yang sesuai dengan selera konsumennya guna menghadapi persaingan khususnya dalam industri es krim yang saat ini masih dikuasai oleh perusahaan besar seperti Walls. Melalui karya tulis ini, penulis mencoba menganalisis perilaku konsumen dari es krim Mini Melts, produk es krim yang masih baru berada di industri es krim di Indonesia. Sebagai pendatang baru Mini Melts menawarkan produk es krim dengan terobosan baru yaitu es krim dengan bentuk seperti mutiara, hal ini menjadi kelebihan dari es krim Mini Melts dibandingkan dengan es krim lainnya. Melalui perilaku konsumen dapat diketahui kekurangan dan kelebihan dari produk es krim Mini Melts menurut konsumen. Dari hasil penelitian mengenai perilaku konsumen dapat dirumuskan suatu kebijakan strategi bauran pemasaran yang tepat sesuai dengan selera, kebutuhan dan daya beli konsumen.

Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan di masa datang dengan segala senang hati. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat


(7)

bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membutuhkan informasi didalamnya.

Bogor, Juni 2008


(8)

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menghaturkan penghormatan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini kepada :

1. ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta karunia dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Yeti Lis Purnamadewi M.Sc. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, nasehat, kritikan dan masukan yang sangat berguna untuk penulisan skripsi ini.

3. Febriantina Dewi, SE, M.Sc. selaku dosen penguji utama yang telah memberi masukan untuk perbaikan skripsi.

4. Etriya, SP, MM sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberi bantuan dan arahan dalam perbaikan skripsi.

5. Keluargaku tercinta, Bapak, Mama, Aa dan mba Dona yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, dorongan semangat, doa, bantuan dan kesabarannya yang diberikan kepada penulis selama ini, keponakan-keponakanku Feyzi dan Farzad. Terima kasih atas segalanya.

6. Seluruh pihak dari Ice Cream Mini Melts yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan turun lapang dan penulisan skripsi.

7. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor, terima kasih atas semua bekal imu pengetahuan dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.


(9)

8. Seluruh staf administrasi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kelancaran dalam proses perkuliahan.


(10)

”PERILAKU KONSUMEN ICE CREAM MINI MELTS DI JAKARTA” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN RUJUKAN UNTUK SKRIPSI ATAU HASIL KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAINNYA.

Bogor, Juni 2008

FITRIANINGTYAS A07400167


(11)

Judul : Perilaku Konsumen Ice Cream Mini Melts di Jakarta Nama Mahasiswa : Fitrianingtyas

Nama Pokok : A07400167

Program Studi : Manajemen Agribisnis

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, MSc. NIP.131.967.243

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Kelulusan :


(12)

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menghaturkan penghormatan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini kepada :

1. ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta karunia dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Yeti Lis Purnamadewi M.Sc. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, nasehat, kritikan dan masukan yang sangat berguna untuk penulisan skripsi ini.

3. Febriantina Dewi, SE, M.Sc. selaku dosen penguji utama yang telah memberi masukan untuk perbaikan skripsi.

4. Etriya, SP, MM sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberi bantuan dan arahan dalam perbaikan skripsi.

5. Keluargaku tercinta, Bapak, Mama, Aa dan mba Dona, keponakan-keponakanku Feyzi dan Farzad yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, dorongan semangat, doa, bantuan dan kesabarannya yang diberikan kepada penulis selama ini. “Terima kasih atas segalanya”.

6. Mario Reinaldi, SE atas semangat, kesabarannya, kasih sayang, doa dan bantuannya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.”Thanks for always being here with me”.

7. Septi dan Alul, terima kasih sekali buat bantuannya kepada spenulis selama ini. ”Kalian memang sahabat sejati deh”.


(13)

8. Dini, sahabatku yang selalu mendukung dan ada untuk penulis setiap saat.”Terima kasih Din..”

9. Sahabat-sahabatku Sindy&Yan, Indry, Kiki&Firman, Helen, Mirvan, Didi, Teguh, Dona. “Terima kasih untuk persahabatan yang indah selama ini”. 10. Seluruh pihak dari Ice Cream Mini Melts yang telah memberikan bantuan

kepada penulis selama melakukan turun lapang dan penulisan skripsi.

11. Andriyawan Dyan Setiawan atas pinjaman literatur yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat sekaligus saudara baru ku Sumi, Nadia, Erwin, Kurnia, Bakur, Agus. “Tetap jadi saudaraku ya sampai kapan pun”.

13. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor, terima kasih atas semua bekal imu pengetahuan dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.

14. Mba Dewi dan Mba Dian atas bantuannya, kesabarannya, dorongan semangat untuk penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh staf administrasi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kelancaran dalam proses perkuliahan dan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(14)

DAFTAR GAMBAR... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 7

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Karakteristik Es Krim Sebagai Produk Olahan Susu ... 8

2.1.1 Bahan Baku Es Krim... 9

2.1.2 Proses Pengolahan Es Krim ... 10

2.2 Pengembangan Usaha Es Krim Berdasarkan Jenis Produknya... 19

2.3 Bisnis Waralaba (Franchise)... 19

2.4 Penelitian Terdahulu Mengenai Perilaku Konsumen... 21

III KERANGKA PEMIKIRAN... 23

3.1 Kerangka Teoritis... 23

3.1.1 Perilaku Konsumen ... 23

3.1.2 Proses Keputusan Pembelian... 25

3.1.2.1 Pengenalan Kebutuhan ... 26

3.1.2.2 Pencarian Informasi... 27

3.1.2.3 Evaluasi Alternatif... 29

3.1.2.4 Keputusan Pembelian ... 31

3.1.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian ... 33

3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian. 33 3.1.3.1 Pengaruh Lingkungan... 35


(15)

3.1.3.3 Proses Psikologis ... 40

3.1.4 Atribut Produk... 41

3.1.5 Model Sikap Multiaribut ... 43

3.1.6 Analisis Faktor ... 44

3.1.7 Uji Friedman... 45

3.1.8 Strategi Bauran Pemasaran... 45

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 47

IV METODE PENELITIAN ... 51

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 52

4.3 Metode Pengambilan Responden dan Pengumpulan Data... 53

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 54

4.4.1 Analisis Faktor... 55

4.4.2 Model Angka Ideal ... 57

4.4.3 Uji Friedman ... 60

4.4.4 Analisis Bauran Pemasaran... 62

4.5 Definisi Operasional... 62

V GAMBARAN UMUM... 68

5.1 Gambaran Umum Usaha ... 68

5.1.1 Sejarah Hadirnya Es krim Mini Melts ... 68

5.1.2 Visi dan Misi PT Future Food Wahana ... 69

5.1.3 Sistem Pemasaran Es krim Mini Melts... 69

5.1.4 Deskripsi Produk Es krim Mini Melts ... 70

5.1.5 Outlet Produk... 71

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN ES KRIM MINI MELTS ... 73

VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ES KRIM MINI MELTS .. 77

7.1 Pengenalan Kebutuhan... 77


(16)

7.3 Evaluasi Alternatif ... 83

7.4 Keputusan Pembelian... 85

7.5 Evaluasi Pasca Pembelian ... 89

VIII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ES KRIM MINI MELTS ... 94

8.1 Faktor Pertama ... 99

8.2 Faktor Kedua ... 99

8.3 Faktor Ketiga... 100

8.4 Faktor Keempat ... 101

8.5 Faktor Kelima... 101

IX KERAGAAN ATRIBUT ES KRIM MINI MELTS YANG IDEAL MENURUT KONSUMEN... 102

9.1 Tingkat Kepentingan Atribut Es Krim Mini Melts ... 103

9.1.1 Uji Friedman ... 106

9.2 Tingkat Ketidakpuasan Atribut Es Krim Mini Melts... 106

9.2.1 Uji Friedman ... 110

X IMPLIKASI BAURAN PEMASARAN ES KRIM MINI MELTS .. 112

10.1 Strategi Produk ... 112

10.2 Strategi Harga... 113

10.3 Strategi Promosi ... 114

10.4 Strategi Distribusi... 115

XI KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

11.1 Kesimpulan... 117

11.2 Saran... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Syarat Mutu Es Krim (SNI 01-3713-1995) ... 3

2. Komposisi Es Krim Menurut Arbuckle... 9

3. Komposisi Adonan Es Krim Menurut Euston... 9

4. Komposisi Es Krim Menurut Jenisnya Menurut Arbuckle ... 10

5. Jumlah Populasi Penduduk Jakarta Berdasarkan Wilayah ... 54

6. Outlet Es Krim Mini Melts... 72

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 73

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia ... 74

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 74

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan... 75

11. Karaktersitik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 75

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pendapatan ... 76

13. Motivasi Pertama Kali Mengkonsumsi Es Krim Mini Melts ... 78

14. Manfaat yang Dicari Responden dalam Mengkonsumsi Es Krim Mini Melts... 79

15. Alasan Responden Memilih Es Krim Mini Melts Dibandingkan Es Krim Merek Lainnya... 80

16. Sumber Informasi Responden Mengenai Es Krim Mini Melts ... 81

17. Fokus Perhatian Responden terhadap Informasi Mengenai Es Krim Mini Melts... 82

18. Pertimbangan Responden dalam Membeli Es Krim Mini Melts ... 84


(18)

20. Cara Responden Memutuskan Pembelian Es Krim Mini

Melts ... 86

21. Media yang Paling Berpengaruh Bagi Responden dalam Memutuskan Pembelian Es Krim Mini Melts ... 87

22. Frekuensi Pembelian Es Krim Mini Melts ... 88

23. Pilihan Rasa Es Krim yang di konsumsi Oleh Responden... 88

24. Tingkat Kepuasan Responden terhadap Pembelian Es Krim Mini Melts ... 90

25. Pengaruh Kenaikan Harga terhadap Pembelian Es Krim Mini Melts ... 91

26. Perilaku Responden Bila Es Krim Mini Melts Tidak Tersedia di Tempat Biasa Membeli... 91

27. Keinginan Responden Untuk Melakukan Pembelian Ulang Es Krim Mini Melts... 92

28. Hasil Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian Es Krim Mini Melts ... 93

29. Nilai Communality Berdasarkan Urutan... 97

30. Hasil Analisis Faktor ... 98

31. Hasil Multiatribut Angka Ideal... 103

32. Tingkat Kepentingan Atribut Es Krim Mini Melts ... 104


(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Grafik Penjualan Es Krim Mini Melts Tahun 2001-2007 di

Jakarta... 5 2. Tahap – Tahap Proses Pengolahan Es Krim... 18 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan

Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya... 24 4. Tiga Elemen dari Analisis Konsumen ... 25 5. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian... 26 6. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat

Ketidaksesuaian... 27 7. Proses Pencarian Internal... 28 8. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif ... 30 9. Tahap - Tahap Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan

Pembelian ... 32 10. Model Lengkap Perilaku Konsumen yang Memperlihatkan

Pembelian dan Hasil... 34 11. Kerangka Pemikiran Operasional... 50


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita

Seminggu Menurut Jenis Bahan Makanan 2007 ... 124

2. Gambar Ice Cream Mini Melts... 125

3. Data Nutrisi Ice Cream Mini Melts ... 129

4. Tabel Bauran Pemasaran ... 133

5. Kuesioner Penelitian... 135

6. Input Data Analisis Faktor Ice Cream Mini Melts ... 141

7. Hasil Output SPSS Awal Analisis Faktor Ice Cream Mini Melts ... 150

8. Hasil Output SPSS Akhir Analisis Faktor Ice Cream Mini Melts ... 155

9. Perhitungan Uji Friedman Tingkat Kepentingan Atribut Es Krim Mini Melts... 164

10. Hasil Output SPSS Uji Friedman Tingkat Kepentingan ... 165

11. Perhitungan Uji Friedman Tingkat Ketidakpuasan Atribut Es Krim Mini Melts... 166


(21)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap gizi dan kesehatan tubuh serta dengan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung memilih makanan dan minuman yang serba praktis menjadikan produk-produk olahan semakin prospektif. Salah satu produk olahan yang mengandung gizi, praktis dan semakin digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat adalah es krim. Indonesia dengan memiliki iklim tropis menjadikan produk es krim memiliki potensi pasar yang cukup besar di negeri ini (Indocommercial, 1995).

Di dalam bahan dasar es krim, yaitu susu terdapat lebih dari 100.000 jenis molekul. Selain air dan lemak, molekul-molekul tersebut mencakup protein, karbohidrat, mineral, enzim-enzim, gas, serta vitamin A,C dan D. Selain itu juga susu mengandung beberapa komponen bioaktif berupa protein susu, laktosa, asam-asam lemak dan mineral, terutama kalsium. Itu sebabnya produk-produk turunan susu, termasuk es krim juga memiliki kontribusi yang tinggi bagi kesehatan tubuh.

Salah satu komponen dari golongan karbohidrat yang terdapat pada es krim adalah laktosa. Laktosa, selain dapat menambah cita rasa ternyata juga dapat mempertahankan palatabilitas (rasa enak) pada es krim. Sedangkan fungsi asam lemak dan asam linoleat pada es krim adalah untuk meningkatkan aktivitas antipatogenik, antibakteri, dan antiviral. Kandungan kalsium pada es krim bermanfaat untuk menjaga kepadatan massa tulang, pencegahan osteoporosis,


(22)

kanker, serta hipertensi. Es krim merupakan salah satu alternatif jenis makanan yang di gemari, karena kesegaran dengan beraneka rasa yang dapat dinikmati dengan kemasan yang beragam dan dibuat sangat menarik. Es krim adalah produk olahan susu yang dibekukan, terbuat dari kombinasi susu dengan satu atau lebih bahan tambahan seperti gula, telur dan madu, dengan atau tanpa bahan pencita rasa dan pewarna, dan dengan atau tanpa gelatin yang dapat dimakan atau bahan penstabil nabati (Eckles, Combs & Marcy, 1984).

Dengan kandungan susu yang terdapat dalam es krim dapat meningkatkan gizi masyarakat. Bagi anak-anak yang kurang menyukai untuk minum susu, hal ini dapat di siasati dengan menggantikan produk susu tersebut dengan mengkonsumsi es krim, sehingga kebutuhan akan kalsium untuk tubuhnya dapat terpenuhi juga. Selain mengandung gizi yang tinggi, es krim juga memiliki rasa yang enak dengan berbagai jenis rasa, menyegarkan dan teksturnya lembut sehingga es krim digemari berbagai kalangan.

Arbuckle (1986) mendefinisikan makanan yang menyerupai es krim tetapi lemak susunya diganti dengan lemak nabati, baik itu sebagian maupun seluruhnya sebagai melorin. Melorin harus mengandung enam persen lemak dan 6,7 persen protein yang efisiensinya tidak jauh berbeda dengan protein susu. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3713-1995) es krim adalah sejenis makanan padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula,dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan (Departemen Perindustrian, 1995). Syarat mutu yang harus dipenuhi es krim tertera pada Tabel 1.


(23)

3

Tabel 1. Syarat Mutu Es Krim Menurut SNI 01-3713-1995

Kriteria Satuan (%) Persyaratan

Gula Bb Minimum 8.0

Lemak Bb Minimum 5.0

Protein Bb Minimum 2.7

Jumlah Padatan Bb Minimum 34 Keadaan :

a. Penampakan - Normal

b. Rasa - Normal

c. Bau - Normal

Sumber : Departemen Perindustrian ( 1995 )

PT. FutureFood Wahana Industri merupakan salah satu produsen es krim di Indonesia. Perusahaan tersebut mendistribusikan es krim dengan merek dagang Mini Melts. Es krim Mini Melts merupakan produk es krim dengan terobosan baru dalam teknik pembuatannya yaitu es krim yang berbentuk bola-bola. Es krim ini dikembangkan dengan penampilan yang berbeda dan menarik serta memberikan rasa yang unik, karena merupakan es krim yang paling dingin saat ini. PT. FutureFood Wahana Industri melihat adanya potensi pengembangan industri es krim di Indonesia dilihat dari jumlah konsumsi es krim per kapita di Indonesia yang masih relatif rendah. Konsumsi es krim di Indonesia mencapai 0,5 liter per kapita dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa1. Bila dibandingkan dengan konsumsi negara lain, Indonesia masih tertinggal jauh karena di Eropa sebagai contoh, konsumsi es krim mencapai 10 liter per kapita. Lampiran 1 menunjukkan data konsumsi es krim di Indonesia .

Persaingan bisnis dalam industri es krim di Indonesia cukup ketat. Industri ini didominasi oleh Walls dengan mengambil 50 persen pangsa pasar untuk semua jenis produknya. Campina menempati urutan kedua dengan pangsa pasar 30 persen dan Indoeskrim Meiji memegang 15 persen dari pasar tersebut. Sisanya

1


(24)

lima persen dipegang oleh berbagai pemain es krim lainnya2. Kondisi ini menjadi salah satu tantangan bagi perusahaan untuk membangun bisnis es krim di Indonesia ditengah persaingan bisnis yang dikuasai oleh merek perusahaan besar. Melihat persaingan bisnis es krim saat ini, PT.Future Food Wahana Industri sebagai perusahaan yang masih tergolong baru akan selalu berupaya untuk bertahan dalam persaingan bisnis es krim di Indonesia saat ini. Banyaknya merek es krim di Indonesia membuat konsumen memiliki banyak pertimbangan dalam membeli produk tersebut. Agar dapat memenangkan persaingan maka PT. FutureFood Wahana Industri memerlukan pengetahuan yang memadai dilihat dari sisi konsumen yang mengkonsumsi es krim Mini Melts, mengetahui pendapat dan respon konsumen terhadap es krim Mini Melts, mengetahui kelemahan dan kekuatan es krim Mini Melts menurut konsumen. Dengan dilakukannya penelitian mengenai perilaku konsumen es krim Mini Melts, produsen dapat menerapkan kebijakan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan konsumen.

1.2 Perumusan Masalah

Besarnya peluang bisnis es krim di Indonesia membuat banyak perusahaan tertarik untuk mengembangkan bisnis es krim di Indonesia. Salah satu perusahaan

yang melihat potensi untuk mengembangkan bisnis es krim di Indonesia adalah PT.FutureFood Wahana Industri dengan nama produknya es krim Mini Melts. Es

krim Mini Melts telah tersebar di beberapa negara antara lain Amerilka, Inggris, Saudi Arabia, Dubai, Korea Selatan, China, Taiwan, Filipina, Singapore, Hong


(25)

5

Kong, Malaysia, dan Thailand. Keunggulan dari produk es krim Mini Melts ini adalah bentuknya yang unik seperti bola-bola es kecil yang menyerupai mutiara. Bentuknya yang seperti butiran mutiara membuat Mini Melts mudah dan cepat untuk disajikan sehingga dapat memaksimalkan penjualan dan menjadikannya lebih bersih dibandingkan es krim biasa.

Pada awal kehadirannya di Indonesia khususnya di Jakarta, es krim Mini Melts mampu meraih penjualan yang relatif meningkat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan belum adanya produk es krim seperti es krim Mini Melts yang memiliki bentuk unik seperti mutiara di Jakarta. Konsumen es krim Mini Melts di Jakarta memberikan respon yang sangat baik terhadap es krim Mini Melts, dengan Jakarta sebagai ibukota Negara yang memiliki populasi penduduk yang terbesar di Indonesia menyebabkan jumlah penjualan es krim Mini Melts relatif meningkat. Namun pada tahun 2006, perusahaan mengalami penurunan penjualan yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Perbandingan Penjualan 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

1 2 3 4 5 6 7

Tahun Ju m lah C u p ITC Kuningan Kelapa Gading Mal Ciputra Mal BSD Plaza Senayan Cilandak Town Square Mall Bintaro

Carrefour MT Haryono Pasaraya Grande Artha Gading Plaza Semanggi Supermall Karawaci Gambar 1. Grafik Penjualan Es Krim Mini Melts Tahun 2001-2007 Di

Jakarta

Penurunan penjualan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik dari sisi internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Dari sisi internal,


(26)

perusahaan perlu mengamati berbagai hal yang berkaitan dengan proses produksi. Sedangkan dari sisi eksternal, perusahaan dapat melakukan kajian mengenai perilaku konsumen es krim Mini Melts. Penurunan penjualan es krim Mini Melts perlu dikaji secara serius oleh perusahaan. Salah satunya adalah dengan cara mengkaji perilaku konsumen es krim Mini Melts, dengan perilaku konsumen dapat diketahui apa kekurangan dari es krim Mini Melts menurut konsumen sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya penurunan penjualan. Pengetahuan mengenai preferensi konsumen terhadap es krim Mini Melts menjadi sangat penting bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat menerapkan berbagai kebijakan strategi pemasaran yang tepat dalam menjalankan strategi pemasaran perusahaan. Untuk itu PT. FutureFood Wahana Industri perlu melakukan analisis mengenai perilaku konsumen yang meliputi karakteristik konsumen, proses keputusan pembelian konsumen, dan faktor-faktor apa saja dalam proses keputusan pembelian es krimnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik konsumen es krim Mini Melts?

2. Bagaimana proses keputusan pembelian konsumen es krim Mini Melts? 3. Faktor-faktor apa saja dalam proses keputusan pembelian es krim Mini

Melts?

4. Bagaimana penilaian konsumen terhadap keragaan atribut es krim Mini Melts ?

5. Bagaimana alternatif bauran pemasaran yang sesuai dengan perilaku konsumen terhadap produk es krim Mini Melts?


(27)

7

Analisis perilaku konsumen diharapkan akan mampu memberikan strategi pemasaran yang tepat dan efektif yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan (daya beli) konsumennya. Strategi yang dihasilkan dari analisis perilaku konsumen yang sesuai dengan situasi pemasaran yang sedang berlangsung dapat mengoptimalkan kemampuan perusahaan untuk meraih peluang pasar dan meningkatkan penjualan perusahaan karena es krim yang diproduksi perusahaan telah sesuai dengan preferensi konsumen es krim Mini Melts.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji karakteristik konsumen es krim Mini Melts.

2. Mengkaji proses keputusan pembelian produk es krim Mini Melts.

3. Menganalisis faktor-faktor dalam proses keputusan pembelian es krim Mini Melts.

4. Menganalisis penilaian konsumen terhadap keragaan atribut es krim Mini Melts.

5. Memberikan rekomendasi strategi bauran pemasaran berdasarkan perilaku konsumen terhadap es krim Mini Melts.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah untuk melatih diri dalam mengamati fenomena yang terjadi di masyarakat, selain itu penulis juga dapat


(28)

mencoba menemukan alternatif solusi dari permasalahan tersebut serta sebagai media dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh semasa kuliah.

Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan kepada PT. FutureFood Wahana Industri. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan dan mengembangkan alternatif strategi pemasaran es krim Mini Melts dengan tepat dan efektif agar mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan dan selera pasar dalam kondisi industri franchise yang semakin kompetitif. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan studi perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam memahami perilaku konsumen terhadap es krim.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus pada produk es krim Mini Melts saja. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dibatasi pada pengaruh lingkungan dan perbedaan individu saja. Faktor psikologis tidak dibahas karena memerlukan suatu analisis yang lebih mendalam yang memperhitungkan subjektivitas responden, selain itu kesediaan responden untuk menjawab wawancara juga merupakan salah satu sebab yang diperhitungkan. Untuk responden yang datang bersama keluarganya, yang menjadi responden dibatasi hanya 1 orang yang dianggap dapat mewakili hal ini ditujukan agar tidak adanya saling mempengaruhi dalam menjawab kuesioner.


(29)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Es Krim Sebagai Produk Olahan Susu

Susu merupakan salah satu jenis minuman yang menyehatkan karena kandungan gizinya yang lengkap dan mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup. Air susu sendiri didefinisikan sebagai cairan yang dihasilkan oleh kelenjar mammae hewan betina. Susu hewan yang umum dikonsumsi ialah susu sapi, susu kambing, dan susu kuda (belakangan ini terkenal sebagai obat yang mujarab). Tetapi, istilah susu dalam menu sehari-hari biasanya selalu ditujukan pada susu sapi. Dan, kini seiring dengan berkembangnya teknologi pangan, hasil produk olahan susu makin banyak dan berkembang. Di pasaran pun dengan mudah akan kita temui berbagai jenis olahan susu. Produk olahan susu antara lain adalah Krim dan Susu Skim, Susu Pasteurisasi, Susu Steril, Susu Kental, Keju, Mentega, Es Krim, Yoghurt, Serum Keju, Susu Mentega

Es krim adalah produk olahan susu yang dibekukan, terbuat dari kombinasi susu dengan satu atau lebih bahan tambahan seperti gula, telur dan madu, dengan atau tanpa bahan pencita rasa dan pewarna, dan dengan atau tanpa gelatin yang dapat dimakan atau bahan penstabil nabati (Eckles, Combs & Marcy, 1984). Sedangkan menurut Arbuckle (1997), es krim adalah salah satu produk beku yang dibuat dengan membekukan campuran produk susu, gula, penstabil, dengan atau tanpa kuning telur dan bahan-bahan lainnya yang telah dihomogenisasi untuk memperoleh konsistensi yang seragam. Komposisi es krim sangat beragam. Komposisi yang paling baik menurut Arbuckle (1981) dapat dilihat pada Tabel 2.


(30)

Tabel 2. Komposisi Es Krim Menurut Arbuckle

Bahan Baku Es Krim Persentase (%)

Lemak 12

Padatan susu tanpa lemak 11

Gula 15 Bahan penstabil dan Pengemulsi 0,3

Total padatan 38,8

Sumber : Arbuckle (1981)

Produk ini terbentuk dari tiga fase yaitu fase padat, cair dan gas. Es krim adalah produk makanan beku yang terbuat dari campuran bahan hasil susu seperti susu, krim, dan susu tanpa lemak yang dicampur dengan gula, flavour, buah-buahan dan kacang-kacangan. Komposisi adonan es krim standar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Adonan Es Krim Standar

Bahan Baku Es Krim Persentase (%)

Lemak 10,0

Padatan susu tanpa lemak 11,0

Gula 13,0 Penstabil 0,2 Pengemulsi 0,5 Air 65,3

Sumber : Euston (1997)

Mutu dan jumlah protein di dalam es krim cukup tinggi. Protein tersebut sebagian besar berasal dari susu dan sisanya berasal dari bahan penstabil. Es krim yang menggunakan telur mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, misalnya triptofan dan lisin. Agar es krim dapat bersaing di pasaran, produsen es krim telah menggolongkannya atas kategori economy, good average, dan deluxe (super premium) (Arbuckle, 1986). Komposisi ketiga jenis es krim tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.


(31)

10

Tabel 4. Komposisi Es Krim Menurut Jenisnya

Jenis Es Krim

Lemak Susu (%)

PSTL (%)

Gula (%)

Stabiliser& Emulsifier (%)

Total Padatan Economy 10,0

12,0 10,0-11,0 9,0-10,0 15,0 13,0-16,0 0,3 0,2-0,4 35,0-37,0 Good Average 12,0 14,0 11,0 8,0-9,0 15,0 13,0-16,0 0,3 0,2-0,4 37,5-39,0

Deluxe 16,0 18,0-20,0 20,0 7,0-8,0 6,0-7,5 5,0-6,0 13,0-16,0 16,0-17,0 14,0-17,0 0,2-0,4 0,0-0,2 0,25 40,0-41,0 42,0-45,0 46,0 Sumber : Arbuckle, 1986

*PSTL = Padatan Susu Tanpa Lemak

2.1.1 Bahan Baku Es Krim

Komponen utama es krim terdiri dari bahan utama, bahan tambahan dan bahan pembantu. Bahan utama terdiri dari lemak susu, bahan tambahan terdiri dari gula, padatan susu tanpa lemak, kuning telur, penstabil dan pengemulsi.

a. Lemak Susu

Lemak susu merupakan bahan baku utama untuk membuat es krim. Kehalusan tekstur es krim ditentukan oleh lemak susu ini, karena lemak dapat memperkecil pembentukan kristal es pada saat pembekuan, dan terpusat pada permukaan rongga udara serta cenderung melemahkan rongga udara tersebut sehingga memperkecil pengembangan es krim. Sumber lemak yang sering digunakan adalah krim segar, krim beku, susu kental, mentega dan susu skim yang biasanya mengandung 80 persen padatan tanpa lemak. Lemak susu memberikan flavour yang kuat, tidak menurunkan titik beku dan cenderung memperlambat laju whipping (pembusaan) karena tidak larut air. Cita rasa es krim sangat dipengaruhi oleh jumlah lemak yang digunakan (Campbell & Marshall, 1975 dalam Djamih, 1995). Menurut Fradsen dan Arbuckle (1961), untuk


(32)

menghasilkan es krim yang bercitarasa baik, biasanya digunakan 16 persen (16%) lemak susu yang bermutu dan bercitarasa baik. Potter (1978) menyatakan bahwa lemak susu dapat meningkatkan tekstur atau kehalusan es krim, meningkatkan kekentalan, mengurangi pengembangan dan mempengaruhi kestabilan adonan es krim. Arbuckle (1977) menyatakan bahwa kandungan lemak yang terlalu tinggi dapat menurunkan daya pengembangan es krim. Lemak hewan mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol. Kadar kolesterol susu sebesar 11mg/100gr bahan yang dapat dimakan, sedangkan produk olahan susu yaitu mentega mengandung kolesterol sebesar 250mg/100gr bahan yang dapat dimakan. Besarnya persentase lemak susu dalam pembuatan es krim menyebabkan tinggi pula kandungan kolesterolnya. Sumber lemak yang biasa digunakan adalah krim yang berkadar lemak sekitar 20-50 persen atau butter oil. Krim yang digunakan harus diketahui dengan pasti kadar lemaknya agar dapat dihitung jumlah bahan yang dibutuhkan untuk mencukupi kadar lemak yang dikehendaki sesuai dengan formula. Fungsi lemak adalah melembutkan tekstur es krim serta menimbulkan rasa gurih.

b. Padatan Susu Tanpa Lemak

Merupakan padatan susu skim yang komponen utama dari padatan susu tanpa lemak adalah laktosa, protein dan mineral. Padatan susu tanpa lemak mengandung protein 37 persen, laktosa 55 persen dan mineral delapan persen. Laktosa memberikan rasa manis dan menurunkan titik beku. Konsentrasi laktosa yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rasa berpasir pada es krim. Protein meningkatkan nilai gizi, memberikan cita rasa,


(33)

12

membentuk busa dengan mengikat udara, dan menyerap air. Fungsi protein yang paling penting adalah melembutkan tekstur es krim. Protein memberikan kekompakan dan kehalusan, cenderung mencegah body yang lemah dan tekstur yang kasar, meningkatkan viskositas dan resistensi pelelehan juga menurunkan titik beku. Kelebihan jumlah PSTL menyebabkan meningkatnya resiko kritalisasi laktosa selama penyimpanan sehingga menyebabkan tekstur berpasir.

c. Gula

Sukrosa adalah pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan es krim. Fungsi utama sukrosa sebagai pemanis memegang peranan penting, karena dapat meningkatkan penerimaan suatu makanan, yaitu dengan menutupi cita rasa yang tidak menyenangkan. Selain meningkatkan penerimaan produk melalui efek rasa manis, sukrosa juga berfungsi memperbaiki body dan tekstur es krim. Apabila total padatan adonan tidak lebih dari 42 persen dan kadar gula kurang dari 16 persen (Arbuckle, 1986).

d. Padatan Kuning Telur

Frieschknect (1945) dalam Arbuckle (1977), melakukan pengamatan terhadap pengaruh padatan kuning telur terhadap mutu es krim. Dalam penelitian ini digunakan 0,2 persen, 0,4 persen, 1,3 persen dan 2,1 persen padatan kuning telur dan ternyata penggunaan padatan kuning telur sebanyak 0-1,5 persen dapat memperhalus tekstur es krim, menambah pengembangan dan nilai gizi es krim serta mengurangi kecepatan pelelehan es krim.


(34)

e. Stabilizer

Stabilizer (bahan penstabil) adalah bahan yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas emulsi. Cara kerja stabilizer adalah dengan menurunkan tegangan permukaan, dengan cara membentuk lapisan pelindung yang menyelimuti globula fase terdispersi, sehingga senyawa yang tidak larut akan lebih mudah terdispersi dalam system dan bersifat stabil (Fennema dalam Djamih,1995).

Stabilizer adalah bahan koloid hidroflik yang dapat menurunkan konsentrasi air bebas dengan menyerap air bebas tersebut sehingga akan mengurangi kristalisasi es, memperkecil kristal es dan dapat meningkatkan kehalusan tesktur produk makanan beku. Air di dalam es krim tidak benar-benar membeku. Pada saat temperatur pembekuan meningkat dan menurun, maka kristal es akan meleleh dan membeku kembali. Fluktuasi temperatur ini akan menyebabkan perubahan struktur yang tidak di inginkan (Campbell & Marshall, 1975 dalam Djamih, 1995).

Stabilizer dalam es krim digunakan utuk mencegah pembentukan kristal-kristal es yang kasar selama pembekuan dan penyimpanan, membentuk tekstur yang lembut, menghasilkan produk yang seragam dan memberi daya tahan yang lebih baik terhadap pelelehan serta memudahkan penanganan. CMC (Carboxy Methyl Cellulose) telah diterima sebagai bahan penstabil pada es krim, tetapi akan memberikan hasil yang lebih baik apabila digunakan bersama-sama dengan satu atau lebih bahan penstabil lainnya. CMC adalah suatu zat penstabil sintetis yang diperoleh dari perlakuan selulosa dengan natrium hidroksida yang direaksikan


(35)

14

dengan natrium monokloroasetat. Rumus kimia CMC adalah (C6H7O2(OH)2OCH2COOH)m. CMC (Carboxy Methyl Cellulose) bersifat larut dalam air dan akan membentuk larutan yang kental. Kekentalannya relatif stabil pada pH 5-10, akan tetapi pada pH lebih kecil dari 5, kekentalannya menjadi tidak stabil dan pada pH yang lebih rendah lagi (pH 3) akan terjadi pengendapan CMC (Arbuckle, 1986).

Karagenan berfungsi sebagai bahan penstabil, pengental, pengemulsi, bodying agent, tablet kapsul, plester dan filter. Karagenan banyak digunakan dalam produk pangan dan non pangan. Kurang lebih 80 persen produksi karagenan digunakan pada industru makanan, farmasi dan kosmetik (Whistler, 1973 dalam Meyliana, 1996). Dalam produk susu, karagenan berfungsi sebagai penstabil emulsi. Karagenan dapat mengahmbat pembentukan kristal es pada produk makanan yang dibekukan. Pada umumnya penggunaan karagenan dikombinasikan dengan CMC, locus ben gum, guaran, atau beberapa bahan penstabil lainnya. f. Emulsifier

Menurut (Smith, 1992 dalam Herijanto, 1994) fungsi bahan pengemulsi (emulsifier) di dalam es krim adalah menambah kekompakan tekstur dan membuatnya lebih kering pada saat dikeluarkan dari freezer, mengurangi laju pelelehan atau tahan terhadap perubahan suhu yang mendadak, membantu dispersi dan aglomerasi lemak, membantu tekstur yang halus dan memberi kesan tidak terlalu dingin di mulut pada saat dimakan.

Pengemulsi yang digunakan dalam pembuatan es krim dapat meningkatkan pengembangan adonan, memberikan penampakan yang


(36)

lebih kering tetapi dengan tekstur yang lebih lembut dan pelelehan es krim yang lebih lama. Hal ini disebabkan pengemulsi mempunyai grup hidrofilik dan lifofilik yang dapat menurunkan tegangan permukaan dan menstabilkan emulsi.

g. Flavour

Flavour ditambahkan untuk memperoleh cita rasa tertentu. Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan flavour yaitu jenis dan intensitasnya. Flavor yang paling banyak digunakan untuk membuat es krim adalah vanilla, kemudian berturut-turut coklat 12 persen, kacang 8.5 persen, strawberry 5 persen, kembang gula tiga persen, kopi 1.3 persen dan buah peach satu persen. Seringkali digunakan pula campuran beberapa cita rasa dalam satu jenis es krim (Arbuckle, 1986).

h. Total Padatan

Total padatan menambah nilai gizi, kekentalan dan memperbaiki tekstur, semakin banyak total padatan, maka jumlah air dalan adonan semakin sedikit dan jumlah kristal es semakin berkurang. Jumlah total padatan maksimum adalah 42 persen, jika lebih maka produk akan menjadi berat dan lembab (Arbuckle, 1977).

2.1.2 Proses Pengolahan Es Krim

Proses pengolahan es krim meliputi pencampuran, pasteurisasi, homogenisasi, pendinginan, penuaan, pembekuan dan pengerasan (Arbuckle, 1977).


(37)

16

a. Pencampuran

(Desrosier dan Tresler, 1977) menyatakan bahwa pencampuran adonan dilakukan dengan melarutkan bahan-bahan kering (susu skim, bahan penstabil, bahan cita rasa, dan gula) dan bahan–bahan cair (lemak susu dan air), kemudian dipanaskan pada suhu kurang dari 49ºC.

b. Pasteurisasi

Tujuan dari pasteurisasi adalah untuk membebaskan adonan dari bakteri patogen, membantu melarutkan bahan, memperbaiki flavor dan mutu simpanan serta menghasilkan produk yang seragam (Desrosier dan Tresler, 1977). Pasteurisasi adonan dilakukan pada suhu 68,3ºC selama 30 menit (Frandsen dan Arbuckle, 1961) atau pada suhu 71ºC selama 30 detik (Desrosier dan Tressler, 1977) atau pada suhu 82ºC (Potter, 1978) selama 25 detik.

c. Homogenisasi

Proses homogenisasi biasanya dilakukan pada suhu 62,8–76,7ºC. Menurut Frandsen dan Arbuckle (1961) homogenisasi dilakukan untuk membentuk suspensi lemak yang seragam dan permanen dengan cara memperkecil diameter butir lemak hingga kurang dari dua mikron, memperhalus tekstur es krim, meningkatkan penngembangan, mempercepat penuaan dan mengurangi jumlah bahan penstabil yang diperlukan.

d. Pendinginan

Setelah dihomogenisasi, adonan didinginkan dengan cepat pada suhu 0-4ºC. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kekentalan adonan,


(38)

memperhalus tekstur es krim dan es krim yang dihasilkan tidak mudah meleleh serta dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan mencegah reaksi–reaksi kimia yang mungkin terjadi (Arbuckle, 1986).

e. Penuaan (Aging)

Proses penuaan diperlukan untuk memberi bahan penstabil bekerja. Selama penuaan terjadi perubahan–perubahan seperti penggabungan bahan penstabil dengan air, pengerasan lemak dan peningkatan viskositas (Frandsen & Arbuckle, 1961). Penuaan biasanya dilakukan selama 3–4 jam pada suhu 4,4ºC atau lebih rendah (Potter, 1978).

f. Pembekuan

Proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat untuk mencegah pembentukan kristal es yang kasar. Proses ini disertai dengan pemompaan udara ke dalam adonan, agar adonan mengembang (Frandsen dan Arbuckle, 1961). Selama proses pembekuan, suhu adonan diturunkan dari suhu penuaan atau aging (4ºC) ke suhu pembekuan yang pada umumnya pada suhu –2,8ºC (Desroiser & Tressler,1977).

g. Pengerasan

Pengerasan es krim umumnya dilakukan di dalam ruangan bersuhu (-)45–(-)23ºC selama 24 jam (Frandsen & Arbuckle, 1961). Secara garis besar bentuk aliran proses pembuatan es krim tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.


(39)

18

Es Krim

Pengerasan ( (-) 45º C- (-) 23ºC, 24 jam ) Pembekuan ( - 2,8º C )

Aging (4,4º C, 3 - 4 jam )

Pendinginan cepat hingga 4º C sambil diaduk

Homogenisasi ( 62.8º C-76.7º C ) Pasteurisasi (68,3º C, 30 menit) atau (71º C, 30 detik) atau (82º C, 25 detik)

Bahan cair : (± 70% : 70 g ) - Lemak susu - Air

Pencampuran

Bahan padat : (± 30% : 30 g ) - Susu skim - Stabilizier - Emulsifier - Flavour - Gula

Pencampuran Pencampuran


(40)

2.2 Pengembangan Usaha Es Krim Berdasarkan Jenis Produknya

Dalam usaha pengembangannya, produk es krim yang dibuat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis diantaranya adalah impulse, take home dan catering (Simatupang, 2002).

a. Impulse

Impulse merupakan produk es krim yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen. Es krim jenis ini ditujukan untuk konsumen yang ingin meluangkan waktunya untuk bersantai dan memilih beraneka ragam rasa es krim yang diinginkan.

b. Take Home

Take Home merupakan produk es krim yang dibuat untuk dibawa pulang oleh konsumen agar dapat dikonsumsi dalam perjalannya maupun menuju rumahnya.

c. Catering

Catering adalah jenis es krim yang dijual kepada suatu instansi seperti perusahaan swasta maupun pemerintah yang dijual dalam bentuk pesanan yang bersifat insidentil.

2.3 Bisnis Waralaba (Franchise)

Menurut Karamoy (1996), kata waralaba (Franchise) pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM). Secara hukum, waralaba berarti persetujuan legal atas pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari pemilik (pewaralaba


(41)

20

/franchisor) kepada pihak lain (terwaralaba/franchisee), yang diatur dalam suatu aturan permainan tertentu (Karamoy, 1996).

Sedangkan berdasarkan IKAPI dalam Syarifudin (2001), mendefinisikan bahwa franchise adalah kerjasama antara pemilik merek (jasa atau produk) dengan seorang pengusaha yang akan memasarkan untuk suatu daerah tertentu. Pemilik merek disebut franchisor dan pihak yang mengoperasikan usaha untuk memasarkan jasa atau produk merek disebut franchise.

Sesuai dengan UU No. 9/1995 mengenai Usaha Kecil, waralaba merupakan alternatif pola kemitraan dalam pembinaan pengusaha kecil (Makaliwe,1997). Waralaba merupakan suatu cara melakukan kegiatan usaha yang didasarkan pada hubungan yang berkesinambungan antara pemberi waralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee). Sebagai suatu metode kemitraan, waralaba memilki tiga bentuk sistem yaitu sebagai berikut (LPPM dalam Nurhanif, 1999) :

a. Trade Mark/Brand Name Franchising

Tipe ini dilakukan dengan memberikan hak atau lisensi kepada penerima waralaba untuk memproduksi barang dan jasa dengan menggunakan nama dagang milik pemberi waralaba. Tipe ini banyak dilakukan, misalnya dalam industri pakaian terkenal yang kemudian diproduksi di dalam negeri.

b. Product Distribution Franchise (Product Franchising)

Pada tipe ini penerima waralaba memperoleh hak untuk memasarkan barang dan jasa pemberi waralaba dengan memanfaatkan jalur distribusi tertentu yang telah dikembangkan pemberi waralaba. Tipe ini banyak


(42)

dipraktekkan, misalnya untuk produk–produk suku cadang kendaraan bermotor, minuman ringan, barang kosmetik dan lainnya.

c. Pure Franchising (Business Format Franchising)

Pada tipe ini pemberi waralaba menyediakan format waralaba yang lengkap mulai dari pemanfaatan merek dagang dan jasa untuk dijual, perangkat manajemen, pengawasan mutu, jalur distribusi dan pelayanan lainnya. Tipe ini banyak digunakan pada restoran cepat saji, agen penjualan mobil, agen penjualan rumah, salon dan jasa pelayanan lainnya.

2.4 Penelitian Terdahulu Mengenai Perilaku Konsumen

Penelitian mengenai perilaku konsumen terhadap produk es krim jarang di lakukan. Salah satu penelitian terdahulu mengenai perilaku konsumen es krim yang pernah dilakukan adalah analisis preferensi konsumen terhadap es krim. Namun alat analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini merupakan alat analisis yang banyak digunakan dalam penelitian mengenai perilaku konsumen karena dianggap masih relevan dengan situasi dan kondisi yang terjadi.

Widjanarko (2004) melakukan penelitian tentang perilaku konsumen dengan judul”Analisis Perilaku Konsumen Susu Cair kemasan Frisian Flag di Kota Bogor”. Alat analisis yang digunakan adalah dengan metode Thurstone Case 5, untuk melihat prioritas kepentingan atribut produk susu cair kemasan Frisian Flag. Untuk tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk diolah dengan metode Important-Performance Analysis (IPA). Urutan tingkat kepentingan atribut produk susu cair kemasan Frisian Flag dengan mengunakan metode Thurstone Case 5 adalah atribut citarasa, nilai gizi, harga, kehalalan, kejelasan tanggal


(43)

22

kadaluarsa, kejelasan tanpa bahan pengawet, pilihan rasa, kejelasan izin DepKes, merek, aroma, ketersediaan, volume (isi), kemasan, dan kekentalan cairan. Hasil Important-Performance Analysis (IPA) yang membandingkan antara tingkat kepentingan dan kinerja atribut susu cir kemasan Frisian Flag diketahui bahwa atribut yang masu dalam kaudarn I adalah (prioritas utama) atribut pilihan rasa dan ketersediaan, sedangkan pada kuadran II (pertahankan prestasi) yaitu atribut harga, kejelasan izin Departemen Kesehatan, kejelasan tanggal kadaluarsa,kejelasan kehalalan, nilai gizi, kejelasan tanpa bahan pewanget dan citarasa susu. Kuadran III (prioritas rendah) diisi oleh atribut aroma, volume (isi), kemasan dan kekentalan cairan, selanjutnya hanya ada satu atrbut yang berada pada kuadaran IV (berlebihan) yaitu atribut merek. Hasil dari analisis tingkat kesesuaian atrbut produk susu cai kemasan Frisian Flag, diketahui bahwa hanya atribut merek yang telah memenuhi kepuasan pelanggan.

Ameliani (2004) melakukan penelitian tentang perilaku konsumen dengan skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumen Tahu Tun Yi di Kabupaten Bogor”. Alat Analisis yang digunakan adalah Multiatribut Angka Ideal dan Uji Friedman yang dilanjutkan dengan Multiple Comparison. Berdasarkan hasil Multiatribut Angka Ideal, atribut dari urutan terbesar sampai terkecil adalah tanpa bahan pengawet, tanpa pewarna kimia, kehalalan, tanggal kadaluarsa, rasa, komposisi, izin departemen kesehatan, tekstur, kesediaan produk, kemudahan penggunaan, harga, kemasan, promosi, merek dan ukuran. Berdasarkan Uji friedman, urutan tersebut berbeda secara nyata. Sedangkan urutan tingkat ketidakpuasan dari urutan terbesar sampai terkecil adalah tanggal kadaluarsa, kemasan, kesediaan produk, promosi, komposisi, harga, kehalalan, merek, tanpa


(44)

pengawet, pewarna alami, kemudahan penggunaan, rasa, izin departemen kesehatan, ukuran dan tekstur. Berdasarkan Uji friedman, urutan atribut tersebut berbeda secara nyata.

Setiawan (2003) melakukan penelitian tentang perilaku konsumen dengan judul “Analisis Perilaku Konsumen Kapsul Herbal Karyasari Pada Klinik Karyasari Di Jakarta”. Alat analasis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian, untuk menilai sikap atau persepsi konsumen terhadap atribut ideal produk digunakan analisis Multiatribut Angka Ideal dan Uji Friedman yang dilanjutkan dengan Multiple Comparison (Uji Perbandingan Berganda). Hasil dari analisis faktor menghasilkan tujuh faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian kapsul herbal Karyasari. Faktor tersebut adalah faktor pengetahuan konsumen (pengetahuan, pengalaman, manfaat kesehatan dan khasiat), faktor internal kualitatif (waktu mengkonsumsi dan higienis), faktor internal kuantitatif (efek samping, informasi penggunaan, no. Depkes dan mutu), faktor eksternal (dokter Karyasari, iklan dan majalah Herba), faktor bauran pemasaran (harga dan ketersediaan produk), faktor sosial ekonomi (pendapatan,keluarga dan status sosial) dan faktor kemasan (kemasan dan label kemasan). Untuk hasil Multiatribut Angka Ideal menunjukkan bahwa secara keseluruhan atribut Kapsul Herbal Ekstrak Karyasari lebih ideal dibandingkan dengan Kapsul Serbuk Karyasari. Berdasarkan Uji friedman, ternyata terdapat atribut yang secara nyata berbeda tingkat ketidakpuasaannya dari atribut lainnya. Berdasarkan hasil Multiple Comparison dapat disimpulkan bahwa pada Kapsul Herbal Ekstrak Karyasari, yang memiliki tingkat ketidakpuasan terkecil secara


(45)

24

nyata (terideal) adalah hanya atribut warna kapsul. Sedangkan atribut yang paling tidak ideal (tingkat ketidakpuasan responden terhadap atribut tersebut tertinggi) secara nyata, berturut-turut (dari tinggi ke rendah) adalah waktu kadaluwarsa dan harga. Dari hasil Multiple Comparison, dapat disimpulkan bahwa, atribut yang memiliki tingkat ketidakpuasan yang terkecil pada Kapsul Herbal Serbuk Karyasari secara nyata (terideal) adalah sama seperti pada kapsul ekstrak yaitu hanya warna kapsul (sama seperti pada kapsul ekstrak). Sedangkan atribut yang paling tidak ideal (tingkat ketidakpuasan responden terhadap atribut tersebut tertinggi) berjumlah tujuh atribut, secara beruturut-turut (dari tinggi ke rendah) adalah no. depkes, higienis, label kemasan, waktu kadaluwarsa, mutu, kemasan dan ukuran kapsul.

Arvan (1999) melakukan penelitian produk es krim tentang preferensi konsumen dengan judul “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Produk Ice Cream Swensen’s (Studi Kasus Pada PT. Satwitra Sari Food)”. Penelitian ini menggunakan metode analisis multiatribut model Fishbein dimana model ini dapat mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan keyakinan (belief) mereka terhadap atribut-atribut produk yang akan membentuk sikap (attitude) mereka terhadap berbagai merek alternatif.

Peneliti membandingkan atribut-atribut produk es krim dari beberapa produsen es krim terkemuka seperti Ice Cream Wall’s, Campina, New Zealand, dan yang lainnya untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap produk es krim tersebut. Adapun atribut produk yang diteliti adalah aroma produk, keseluruhan rasa produk, ketersediaan produk, warna produk, komposisi kandungan produk,


(46)

dan harga. Kemudian dari hasil tersebut, dirumuskan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan PT. Satwitra Sari Food melalui analisis bauran pemasaran.

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, terutama dalam penggunaan alat analisis dan penetapan atribut produk. Penulis menggunakan alat analisis yaitu analisis angka ideal yang digunakan dalam penelitian Ameliani (2004). Sedangkan untuk analisis faktor menggunakan acuan penelitian Setiawan (2003) dalam hal penetapan variabel Analisis Faktor. Sedangkan penelitian Arvan (1999) dan Widjanarko (2004) digunakan sebagai salah satu sumber acuan dalam menetapkan atribut produk yang diteliti.


(47)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perilaku Konsumen

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Perilaku konsumen menurut Engel, et al (1994) sebagai tindakan yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Menurut Tunggal (2002) Perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antar pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Kotler (1997) berpendapat bahwa untuk melakukan riset konsumen terdapat beberapa pertanyaan kunci yang harus dijawab mengenai pasar dengan menggunakan kerangka tujuh O, yaitu :

1. Occupants (siapa yang membentuk pasar) 2. Objects (apa yang dibeli pasar)

3. Objectives (mengapa pasar membeli)

4. Organizations (siap yang berpartisipasi dalam pembelian) 5. Operations (bagaimana pasar membeli)

6. Occasions (kapan pasar membeli) 7. Outlets (dimana pasar membeli)


(48)

Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor menurut Engel, et al (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor lingkungan, perbedaan individu, serta proses psikologis. Secara sederhana, hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan konsumen dapat dijelaskan pada Gambar 3.

PENGARUH LINGKUNGAN Kelas sosial Pengaruh pribadi Keluarga Budaya Situasi PERBEDAAN INDIVIDU Sumber daya konsumen Motivasi & keterlibatan

Pengetahuan Sikap Kepribadian dan gaya

hidup Demografi PROSES PSIKOLOGIS Pengolahan informasi Pembelajaran Perubahan sikap/perilaku PROSES KEPUTUSAN Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian Hasil pembelian STRATEGI PEMASARAN Produk Harga Promosi Distribusi

Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya


(49)

25

Menurut Olsen dan Peter (1999), tiga elemen dari analisis konsumen adalah : (1) afeksi dan kognisi, (2) perilaku, dan (3) lingkungan. Tiga elemen ini digambarkan pada Gambar 4. Dalam bahasa yang sederhana afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran. Perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya dilakukan oleh konsumen. Lingkungan mengacu pada rangsangan fisik dan sosial yang kompleks di dunia eksternal konsumen. Termasuk didalamnya benda-benda, tempat dan orang lain yang mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen serta perilakunya.

Strategi Pemasaran

Gambar 4. Tiga Elemen dari Analisis Konsumen Sumber : Olsen dan Peter (1999)

3.1.2 Proses Keputusan Pembelian

Proses yang dilakukan konsumen dalam mengambil keputusan meliputi beberapa tahapan. Menurut Engel, et al (1994), terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian (hasil). Pada Gambar 5 dapat diketahui lebih jelas tahapan-tahapan keputusan tersebut secara sederhana.


(50)

Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Evaluasi Pasca Pembelian

Gambar 5. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel, et al (1994)

3.1.2.1 Pengenalan Kebutuhan

Menurut Engel, et al (1994), pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tiga determinan, yaitu informasi yang disimpan di dalam ingatan, perbedaan individual, dan pengaruh lingkungan. Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagi persepsi atas perbedaan antara keadaan yang didinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses keputusan (Engel, 1994).

Ketika ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali. Namun, seandainya ketidaksesuaian itu ada dibawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi. Secara sistematik hal ini dapat ditunjukkan oleh Gambar 6.

(Kotler, 1997) menyatakan bahwa kebutuhan dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal adalah kebutuhan dasar yang timbul di dalam diri seseorang seperti lapar, haus dan lain-lain, yang mencapai titik tertentu dan menjadi dorongan untuk memenuhi dorongan tersebut. Sedangkan rangsangan eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan eksternal. Misalnya seseorang yang melewati toko kue dan melihat roti segar yang merangsang rasa laparnya. Pemasar harus mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu.


(51)

27

Keadaan yang diinginkan

Keadaan Aktual

Tingkat Ketidaksesuaian Dibawah

Ambang

Diatas Ambang

Tidak ada pengenalan

Pengenalan kebutuhan

Gambar 6. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian

Sumber : Engel, et al (1994) 3.1.2.2 Pencarian Informasi

Konsumen yang telah memenuhi kebutuhannya akan terlibat didalam

pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan yang potensial. Pencarian informasi, sebagai tahap kedua dari proses pengambilan keputusan oleh

Engel, et al (1994) didefinisikan sebagai akibat termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau perolehan informasi dari lingkungan.

Pencarian informasi dapat berifat internal atau eksternal. Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan didalam ingatan jangka panjang. Pencarian internal ini lebih dulu terjadi sesudah pengenalan kebutuhan. Jika pencarian internal memberikan informasi memadai maka pencarian eksternal tidak dibutuhkan. Ketika pencarian internal tidak mencukupi, konsumen memutuskan untuk mencari informasi tambahan melalui pencarian eksternal, yaitu mengumpulkan informasi tambahan dari lingkungan. Proses pencarian informasi dapat dilihat pada Gambar 7.


(52)

YA TIDAK Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Internal

Pencarian Internal Berhasil

Lanjutkan dengan keputusan

Determinan dari pencarian internal :

1. Pengetahuan yang sudah ada.

2. Kemampuan untuk memperoleh informasi

Jalankan Pencarian Eksternal

Tidak Ya

Gambar 7. Proses Pencarian Internal Sumber : Engel, et al (1994)

Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya (Kotler, 1997). Sumber informasi konsumen digolongkan dalam empat kelompok, yaitu :

1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan. 3. Sumber publik : media massa, organisasi konsumen, peringkat.

4. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk. Besarnya pencarian yang dilakukan tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi tambahan, nilai yang ia berikan kepada informasi tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari pencarian tersebut. Pencarian yang dilakukan dipengaruhi oleh


(53)

29

beberapa faktor, yaitu situasi, ciri-ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen (Engel, et al, 1994). Tekanan waktu adalah sumber pengaruh situasi. Ciri-ciri produk dapat mempengaruhi pencarian konsumen. Jika konsumen percaya bahwa semua merek pada dasarnya sama, maka hanya sedikit kebutuhan untuk pencarian yang ekstensif. Jika merek-merek menjadi lebih berbeda, maka hasil potensial dari pencarian semakin besar.

Lingkungan eceran juga akan mempengaruhi pencarian konsumen. Jarak diantar pesaing eceran dapat menentukan banyaknya toko yang menjadi tempat belanja konsumen selama pengambilan keputusan. Pencarian lebih mungkin terjadi ketika konsumen melihat perbedaan yang penting diantara pengecer. Faktor terakhir adalah konsumen, dimana karakteristik konsumsi secara kuat menentukan perilaku konsumen. Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan keterlibatan, kepercayaan dan sikap serta karakteristik demografi.

3.1.2.3 Evaluasi Alternatif

Menurut Engel, et al (1994), evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ada empat komponen dasar proses evaluasi alternatif yaitu menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif-alternatif, memutuskan alternatif pilihan, menilai kinerja alternatif yang dipertimbangkan, dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir. Bagan alur keempat komponen evaluasi alternatif dapat dilihat pada Gambar 8. Untuk memahami proses evaluasi alternatif, harus memahami lebih dulu beberapa konsep dasar yang dapat membantu. Kotler (1997) memberikan beberapa konsep dasar untuk memahami proses evaluasi konsumen yaitu :


(54)

(1) konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan, (2) konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk, (3) konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberi manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan.

Kriteria evaluasi merupakan dimensi yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan dan ada dalam banyak bentuk, seperti harga, nama merek, negara asal, garansi ataupun kriteria yang bersifat hedonik. Kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen selama pengambilan keputusan akan bergantung pada beberapa faktor, yaitu : (1) pengaruh situasi, (2) kesamaan alternatif-alternatif pilihan, (3) motivasi, (4) keterlibatan dan (5) pengetahuan (Engel, et al, 1994).

Menentukan Kriteria Evaluasi

Menentukan Alternatif

Menilai Kinerja Alternatif

Menerapkan Kaidah Keputusan

Gambar 8. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif Sumber : Engel, et al (1994)

Setelah menentukan kriteria evaluasi, konsumen memutuskan alternatif mana yang akan dipilih. Pertimbangan yang dibuat oleh konsumen tergantung


(55)

31

pada kemampuan untuk mengingat informasi yang bertahan dalam ingatan. Jika alternatif dikenali di tempat penjualan maka alternatif tersebut akan dipertimbangkan. Jika konsumen tidak mempunyai pengetahuan tentang alternatif pilihan maka harus berpaling pada lingkungan untuk mendapatkan bantuan dalam membentuk perangkat pertimbangan. Pengetahuan yang dimiliki dapat dikendalikan untuk menilai seberapa baik alternatif-alternatif yang dipertimbangkan, jika tidak maka pencarian eksternal diperlukan untuk membentuk penilaian.

Strategi yang digunakan untuk membuat pilihan akhir disebut sebagai kaidah keputusan (Engel et al, 1994). Kaidah ini disimpan di dalam ingatan dan diperoleh kembali jika dibutuhkan. Kaidah keputusan sangat bervariasi dalam hal kompleksitas. Kaidah dapat sangat sederhana, misalnya beli apa yang saya beli terakhir. Namun dapat juga sangat kompleks dimana dapat menyerupai model sikap banyak atribut.

3.1.2.4 Keputusan Pembelian

Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana membayar. Diilustrasikan oleh Engel, et al (1994) bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua determinan : (1) niat dan (2) pengaruh lingkungan dan atau perbedaan individu. Pada fungsi yang kedua, situasi merupakan variabel yang paling menonjol. Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu : (1) produk dan merek dan (2) kelas produk. Niat pembelian kategori produk dan merek umumnya dikenal sebagai pembelian yang terencana penuh, karena pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas.


(56)

Konsumen bersedia menyediakan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli sehingga distribusi menjadi lebih selektif. Pembelian pada kelas produk saja dipandang sebagai pembelian yang terencana jika pemilihan merek dibuat di tempat penjualan.

(Kotler, 1997) mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian (Gambar 9). Faktor pertama adalah sikap atau pendirian orang lain. Sejauh mana pendirian orang lain dapat mempengaruhi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada dua hal yaitu : (1) intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain/semakin kuat sikap negatif orang lain serta semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya.

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian Niat

Pembelian

Situasi yang tidak diantisipasi

Sikap Orang lain

Gambar 9. Tahap-tahap Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian

Sumber : Kotler (1997)

Sebaliknya, preferensi seseorang terhadap suatu merek yang akan meningkat jika orang yang disenangi juga menyukai merek yang sama. Faktor


(57)

33

kedua yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Adanya faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan dilakukan oleh konsumen. 3.1.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang telah dilakukannya. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Jika konsumen merasa puas, maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Ini berarti bahwa upaya untuk mempertahankan pelanggan menjadi hal yang sangat penting dalam strategi pemasaran.

3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Engel (1994) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen menjadi tiga, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. Model lengkap proses keputusan konsumen yang memperlihatkan pembelian dapat dilihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10 tersebut, dapat dilihat bagaimana pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengaruh lingkungan dan perbedaan individu mempengaruhi tiap tahapan proses keputusan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, serta hasil pembelian.


(58)

(1)

123

Rangkuti, Freddy. 2002. Riset Pemasaran. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ekonomi IBII. Jakarta.

Republik Indonesia. 1999. Undang – Undang Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen.

Santoso, Singgih. 2003. SPSS Statistik Multivariat. Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

---.2003. SPSS Versi 12 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Saragih, Bungaran. 2001. Suara Dari Bogor : Membangun Sistem Agribisnis. Penerbit Yayasan USESE bekerjasama dengan SUCOFINDO. Edisi Kedua. Bogor.

Setiawan, Andriyawan Dyan. 2003. Analisis Perilaku Konsumen Kapsul Herbal pada Klinik Karyasai di Jakarta. Skripsi. Departemen Ilmu– Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

---.Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Penerbit GHALIA INDONESIA. Jakarta.

Widjanarko, Riyan. 2004. Analisis Perilaku Konsumen Susu Cair Frisian Flag di Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.


(2)

(3)

PERILAKU KONSUMEN ICE CREAM MINI MELTS

DI JAKARTA

FITRIANINGTYAS A07400167

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(4)

reseponden laki-laki dan 50 persen responden perempuan, mayoritas responden adalah anak-anak (5-15 tahun) yang berstatus pelajar, dengan pendidikan terakhir adalah SD dengan pendapatan menengah (Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000,-).

Proses keputusan pembelian mencakup lima tahap dimulai dari tahap pengenalan kebutuhan. Ditahap ini responden menyatakan sekedar ingin mencoba sebagai motivasi utama responden dalam membeli es krim Mini Melts sebagai makanan selingan. Alasan utama lebih memilih es krim Mini Melts dibandingkan es krim lainnya adalah karena rasa es krim Mini Melts yang lebih enak dengan bentuknya yang unik seperti mutiara. Tahap pencarian informasi, sumber informasi utama adalah teman/ kenalan yang telah mencoba es krim Mini Melts. Tahap evaluasi alternatif, yang menjadi pertimbangan utama responden untuk melakukan pembelian adalah rasa dari es krim Mini Melts yang enak. Tahap keputusan pembelian, cara responden memutuskan pembelian adalah tergantung situasi dengan frekuensi seminggu sekali sampai lebih dari seminggu sekali. Media yang mempengaruhi pembelian adalah melalui anggota keluarga. Tahap evaluasi pasca pembelian, responden merasa puas terhadap pembelian es krim Mini Melts. Seluruh responden berniat melakukan pembelian ulang. Responden tetap akan membeli apabila terjadi kenaikan harga.

Pengolahan data dengan análisis faktor terhadap 22 variabel awal ternyata mampu mereduksi variabel tersebut menjadi lima faktor. Ke lima faktor tersebut adalah faktor pengetahuan konsumen, situasi/waktu mengkonsumsi, produk, eksternal dan harga.

Urutan tingkat kepentingan atribut dari urutan terbesar sampai terkecil adalah kandungan bahan alami,kehalalan produk, kandungan zat pewarna alami, rasa, ketersediaan produk, kandungan gizi, harga, tekstur produk, promosi produk dan merek. Berdasarkan Uji Friedman, urutan tersebut berbeda secara nyata. Sedangkan urutan tingkat ketidakpuasan dari urutan terbesar sampai terkecil adalah kehalalan, kandungan bahan alami, zat pewarna alami, rasa, kandungan gizi, merek, tekstur, harga, ukuran, ketersediaan produk dan promosi. Berdasarkan Uji Friedman, urutan atribut tersebut berbeda secara nyata.

Strategi produk yang dilakukan antara lain adalah tetap mempertahankan produk es krim yang sudah memiliki label halal pada kemasan es krim Mini Melts dan tetap mempertahankan bentuk es krim Mini Melts yang unik seperti mutiara dengan 14 pilihan rasa yang merupakan kelebihan es krim Mini Melts dibandingkan dengan es krim lainnya. Strategi harga yang dilakukan adalah mempertahankan harga es krim saat ini, namun akan lebih baik jika harga es krim dapat lebih rendah dari harga sekarang mengingat banyaknya pesaing yang menawarkan es krim dengan harga yang lebih murah dari es krim Mini Melts. Strategi promosi yang dilakukan dengan mempromosikan keunggulan es krim Mini Melts dengan bentuk yang unik seperti mutiara dan merupakan es krim yang paling tahan lama berada di luar ruangan selama setengah jam secara luas dengan memberikan brosur-brosur pada lokasi strategis dalam Mall seperti dekat eskalator, dekat dengan pintu keluar/pintu masuk disertai dengan contoh produk (tester) pada waktu-waktu tertentu, dan yang terakhir strategi distribusi yang dilakukan antara lain dengan menjaga ketersedian produk pada setiap gerai es krim Mini Melts dan memperluas jalur promosi melalui penambahan gerai–gerai es krim pada beberapa pusat perbelanjaan.


(5)

RINGKASAN

FITRIANINGTYAS

. Perilaku Konsumen Ice Cream Mini Melts di Jakarta. Bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap gizi dan kesehatan tubuh serta dengan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung memilih makanan dan minuman yang serba praktis menjadikan produk-produk olahan semakin prospektif. Salah satu produk olahan yang mengandung gizi, praktis dan semakin digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat adalah es krim. Indonesia dengan memiliki iklim tropis menjadikan produk es krim memiliki potensi pasar yang cukup besar di negeri ini (Indocommercial, 1995).

Kandungan susu yang terdapat dalam es krim dapat meningkatkan gizi masyarakat. Bagi anak-anak yang kurang menyukai untuk minum susu, hal ini dapat di siasati dengan menggantikan produk susu tersebut dengan mengkonsumsi es krim, sehingga kebutuhan akan kalsium untuk tubuhnya dapat terpenuhi juga. Selain mengandung gizi yang tinggi, es krim juga memiliki rasa yang enak dengan berbagai jenis rasa, menyegarkan dan teksturnya lembut sehingga es krim digemari berbagai kalangan.

PT FutureFood Wahana Industri merupakan salah satu produsen es krim di Indonesia. Perusahaan tersebut mendistribusikan es krim Mini Melts di Indonesia. Es krim Mini Melts merupakan produk es krim dengan terobosan baru dalam teknik pembuatannya yaitu es krim yang berbentuk bola-bola atau seperti mutiara. Es krim ini dikembangkan dengan penampilan yang berbeda dan menarik serta memberikan rasa yang unik, karena merupakan es krim yang paling dingin saat ini. Konsumsi es krim di Indonesia mencapai 0,5 liter per kapita dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa1. Bila dibandingkan dengan konsumsi negara lain, Indonesia masih tertinggal jauh karena di Eropa sebagai contoh, konsumsi es krim mencapai 10 liter per kapita. PT FutureFood Wahana Industri adalah salah satu produsen yang melihat kondisi tersebut sebagai potensi pengembangan industri es krim di Indonesia.

Persaingan dalam industri es krim di Indonesia cukup ketat. Industri ini didominasi oleh Walls dengan mengambil 50 persen pangsa pasar untuk semua jenis produknya2. Campina menempati urutan kedua dengan pangsa pasar 30 persen dan Indoeskrim Meiji memegang 15 persen dari pasar tersebut. Sisanya sebanyak lima persen dipegang oleh berbagai pemain es krim lainnya. PT.Future Food Wahana Industri sebagai perusahaan yang berada diposisi sebagai pemain es krim yang masih tergolong baru akan selalu berupaya untuk bertahan dalam persaingan di industri es krim di Indonesia saat ini. Banyaknya merek es krim di Indonesia membuat konsumen memiliki banyak pertimbangan dalam membeli produk tersebut. Agar dapat memenangkan persaingan maka PT. FutureFood Wahana Industri memerlukan pengetahuan yang memadai dilihat dari sisi konsumen yang mengkonsumsi es krim Mini Melts.

1

www.harianterbit.com, 2004 2


(6)

Pada awal kemunculannya di Indonesia, es krim Mini Melts mendapat respon yang positif dengan penjualan yang relatif meningkat pada lima tahun pertama. Namun pada tahun 2006, penjualan es krim Mini Melts cenderung menurun di beberapa outlet penjualannya di Jakarta. Penurunan penjualan es krim Mini Melts perlu dikaji secara serius oleh perusahaan. Salah satunya adalah dengan cara mengkaji perilaku konsumen es krim Mini Melts, dengan perilaku konsumen dapat diketahui kelemahan dan kekuatan dari es krim Mini Melts menurut konsumen sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya penurunan penjualan sehingga perusahaan dapat menerapkan berbagai kebijakan strategi pemasaran yang tepat dalam menjalankan strategi pemasaran perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Untuk itu PT. FutureFood Wahana Industri perlu melakukan analisis mengenai perilaku konsumen yang meliputi karakteristik konsumen, proses keputusan pembelian konsumen, dan faktor-faktor apa saja dalam proses keputusan pembelian es krimnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengkaji karakteristik konsumen es krim Mini Melts, 2). Mengkaji proses keputusan pembelian produk es krim Mini Melts, 3). Menganalisis faktor-faktor dalam proses keputusan pembelian es krim Mini Melts, 4). Menganalisis keragaan atribut ideal produk es krim Mini Melts, 5). Memberikan rekomendasi strategi bauran pemasaran berdasarkan perilaku konsumen terhadap es krim Mini Melts.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga awal bulan Agustus 2007 yang mengambil ruang lingkup DKI Jakarta. Penelitian dilakukan di pusat perbelanjaan yang tersebar di lima wilayah Jakarta yaitu Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Lokasi penelitian untuk wilayah Jakarta Utara dilakukan di Mall Kelapa Gading, wilayah Jakarta Pusat di ITC Kuningan, wilayah Jakarta Selatan di Cilandak Town Square, wilayah Jakarta Barat di Mall Ciputra, dan Wilayah Jakarta Timur di Pasaraya Grande. Penelitian dilakukan di pusat perbelanjaan dan pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan alasan karena produk es krim Mini Melts belum tersedia di semua pusat perbelanjaan, hanya terdapat di beberapa tempat perbelanjaan. Lokasi ini dipilih karena daerah tersebut diharapkan dapat mewakili responden dari tiap wilayah Jakarta, sehingga memungkinkan dapat mempermudah pengambilan responden dengan responden yang beragam. Teknik pengambilan data responden dilakukan dengan metode Non Probability Judgment Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang akan digunakan sebagai acuan penarikan sampel. Sementara itu pengumpulan data responden pada lokasi penelitian dilakukan secara accidental dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan.

Karakteristik responden dan proses keputusan pembelian konsumen diperoleh dari perhitungan persentase responden yang disajikan dalam tabel tabulasi sederhana. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam keputusan pembelian dianalisis menggunakan analisis faktor. Model Angka Ideal, Uji Friedman yang dilanjutkan dengan Multiple Comparisson untuk mengetahui keragaan atribut yang ideal terhadap produk es krim Mini Melts. Berdasarkan hasil analisis perilaku konsumen tersebut, dirumuskan strategi bauran pemasaran yang mencakup strategi produk, harga, promosi dan distribusi

Karakteristik responden es krim Mini Melts memiliki proporsi yang seimbang antara responden laki-laki dengan perempuan yaitu sebesar 50 persen