17
dipecahkan dalam menemui berbagai kebutuhan dan menggunakan peluang; 3 menilai pernyataan permasalahan alternatif dari posisi nilai
yang berbeda; 4 menilai apakah situasi permasalahan akan memerlukan perubahan dan tingkatan informasi yang tersedia untuk
menuntun aktivitas-aktivitas perubahan. Pemilihan model evaluasi CIPP untuk mengevaluasi program
penyelenggaraan makanan, karena model evaluasi CIPP lebih komprehensif dan memiliki kerangka kerja dasar yang lengkap yang
meliputi evaluasi konteks, input, proses, dan produk. Model evaluasi CIPP sangat tepat digunakan dalam satu kesatuan yang utuh untuk
mengevaluasi program penyelenggaraan makanan di Madrasah Mu`alimin Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu, model evaluasi
CIPP dapat memberikan masukan- masukan untuk meningkatkan program penyelenggaraan bagi tim pengurus catering Madrasah
Mu`alimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pembahasan untuk evaluasi CIPP pada produk ini difokuskan
pada hasil pencapaian program penyelenggaraan makanan di Madrasah Mu`allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Program Penyelenggaraan Makanan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan makanan merupakan suatu keharusan, baik
di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan makanan di luar lingkungan keluarga diperlukan oleh
18
sekelompok konsumen karena berbagai hal tidak dapat makan bersama dengan keluarga di rumah. Mereka itu dapat makan terdiri dari para
karyawan pabrik atau perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, penghuni asrama atau panti asuhan, narapidana, dan sebagainya. Mereka
ini memerlukan pelayanan makanan di luar rumah yang diselenggarakan secara khusus untuk mereka. Penyelenggaraan makanan bagi
sekelompok konsumen yang bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan dikenal dengan istilah penyelenggaraan
makanan kelompok. Kelompok konsumen yang memerlukan pelayanan makanan di luar
lingkungan keluarga biasanya memperlihatkan ciri- ciri berikut : 1
Umumnya mereka berbeda jauh dari lingkungan keluarga; 2
Mereka tidak bebas meninggalkan tempat mereka berbeda sehinga makanan harus disediakan secara khusus untuk mereka;
3 Mereka merupakan satu kesatuan karena berbagi hal, seperti orang
sakit di rumah sakit, narapidana, pengungsi, kelompok pengungsi, kelompok prajurit yang sedang bertugas atau tinggal
di asrama, san para pekerja di suatu pabrik. Penyelenggaraan makanan banyak atau institusi adalah penyediaan
makanan bagi konsumen dalam jumlah banyak diatas 50 porsi. Pada dasarnya penyelenggaraan makanan institusi terdiri dari 2 macam yaitu:
1 Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pada
keuntungan bersifat komersial.
19
Penyelenggaraan makanan ini dilaksanakan untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Bentuk usaha ini seperti
restaurant, snack,
bars, cafeteria,
catering. Usaha
penyelenggaraan makanan ini tergantung pada bagaimana menarik konsumen sebanyak- banyaknya dan manajemennya
harus bisa bersaing dengan penyelenggaraan makanan yang lain. 2
Penyelenggaraan makanan institusi yang berorientasi pelayanan bersifat non komersil.
Penyelenggaraan makanan ini dilakukan oleh suatu instansi baik dikelola pemerintah, badan swasta ataupun yayasan sosial yang
tidak bertujuan
untuk mencari
keuntungan. Bentuk
penyelenggaraan ini biasanya berada didalam satu tempat yaitu asrama, panti asuhan, rumah sakit, perusahaan, lembaga
kemasyarakatan, sekolah dan lain- lain. Frekuensi makan dalam penyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial ini 2-3
kali dengan atau tanpa selingan Mukrie, 1983 dan Moehyi, 1992.
Tujuan umum
penyelenggaraan makanan
banyak adalah
tersedianya makanan yang memuaskan bagi klien dengan manfaat yang setinggi-tingginya bagi institusi. Secara khusus setiap institusi dituntut
untuk: a
Menghasilkan makanan yang berkualitas baik, dipersiapkan b
dan dimasak secara layak. c
Pelayanan yang cepat dan menyenangkan d
Menu seimbang dan bervariasi