Perkawinan Hasil dan Pembahasan

22 Gambar 2.3 Compang untuk altar persembahan satu kampung terbuat dari batu yang disusun membentuk sebuah lingkaran dan langkar tempat persembahan terbuat dari bambu berentuk persegi Kehidupan agraris mempengaruhi upacara-upacara adat yang berhubungan dengan pertanian. Upacara adat terpenting setiap tahun adalah penti. Penti merupakan upacara syukuran atas hasil panen dan permohonan agar panen mendatang berhasil. Penti merupakan gabungan dari tiga upacara adat untuk untuk menghormati menghormati roh penjaga kampung naga golo, roh penjaga mata air darat melalui upacara barong wae dan roh penjaga tanah pertanian teno melalui upacara barong lodok. Orang Manggarai merupakan salah satu suku Murba, yaitu suku yang hidup di zaman modern tetapi masih memiliki sifat purba yang terlihat dalam sistem keagamaan mereka Hadiwiyono 1985. Orang Manggarai percaya alam dan supranatural adalah dimensi yang berbeda. Supranatural memiliki pengaruh yang besar pada kehidupan manusia sehingga harus hidup selaras dengan alam. Wilayah angker biasanya terletak di sebuah pohon besar, hutan, jurang dan gua sehingga tujuan upacara adat adalah untuk mendapatkan izin ketika melakukan aktivitas di tempat angker. Keyakinan ini mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tunduk pada dunia gaib sehingga melakukan upacara adat. Upacara tradisional utama adalah penti yaitu upacara penutupan tahun untuk panen kebun yang sebenarnya merupakan kesatuan dari tiga ritual untuk menghormati tiga roh teritorial. Ketiga roh tersebut adalah teno sebagai penjaga kebun yang dihormati melalui upacara barong Lodok, darat sebagai roh yang berdiam di alam seperti di mata air melalui upacara barong wae dan naga golo yang berdiam di tengah-tengah kampung. Upacara tradisional merupakan bentuk komunikasi dan penyembahan kepada kekuatan yang tidak terlihat yang memiliki posisi lebih tinggi yang menentukan kehidupan. Menurut Verheijen 1991, bahwa masyarakat Manggarai berdoa kepada Mori Kraeng jika mereka ingin menebang pohon besar atau membuka kebun untuk mengusir roh-roh jahat. Menurut cerita dari tetua Manggarai, misionaris memperkenalkan Tuhan yang menjadi jembatan antara orang hidup dan dunia orang mati. Konsep ini diterima oleh kebanyakan orang karena sesuai upacara Manggarai yang disebut kelas, yaitu upacara tradisional untuk menghantar roh-roh orang mati dari dunia manusia ke dunia roh. Masyarakat Manggarai percaya adanya dunia orang hidup dan dunia orang mati sehingga memiliki upacara kelas. Dua dunia ini berada pada tempat yang sama namun berbeda dimensi sehingga orang hidup dapat berkomunikasi dengan orang mati. Selain dunia roh manusia masyarakat juga mengenal roh jahat, yaitu poti setan tanpa wujud nyata yang dapat mengganggu manusia. Masyarakat 23 memberikan sesaji pada roh di tempat angker agar tidak mengganggu melainkan memberikan hasil panen melimpah atau debit air pada mata air lebih besar. Gambar 2.4 Makanan, minuman, kotak uang sumbangan dari pelayat dan barang- barang lainnya diletakkan dekat peti mati pada acara kematian seorang anak muda di Wae Rebo Pada acara kematian kerabat perempuan meratap tangis dengan keras dan saat mendengar orang menangis sambil berjalan, warga segera masuk rumah untuk sesaat. Jika meninggal pagi pemakaman menunggu kerabatnya berkumpul hingga esok hari. Pelayat menaruh uang kedukaan dalam piring terbuka dan tetua kerabat menyampaikan pada jenasah mengenai kerabat dan pelayat serta jumlah uang duka seakan masih bisa berkomunikasi dengan orang mati Gambar 2.4. Kerabat perempuan menangis mengelilingi jenasah dengan kata-kata yang terdengar seperti syair secara bergantian. Sebelum menggali tanah untuk pemakaman, tetua adat memukul mukul tanah sebanyak tiga kali sambil berdoa memohon kepada naga tanah agar tidak ada halangan saat pemakaman jenasah. Tetua kerabat memulai proses pemakaman dengan syair-syair Manggarai dan pembacaan doa secara Katolik. Kerabat dan pelayat membawa peti jenasah ke pemakaman, menimbuni tanah sambil mengguyurkan air tiga kali, memasang tiang salib pada bagian kaki dan menyalakan lilin sekeliling makam serta meletakkan beberapa barang almarhum seperti rokok, nasi dan lauk pauk dalam piring di atas makam. Upacara adat penting mendukung konservasi adalah barong wae yang memuja roh-roh yang menjaga mata air Gambar 2.5. Kepercayaan itu menyebabkan masyarakat menetapkan hutan keramat pada sekitar mata air. Hutan keramat di dalam hutan negara sebagai ritual keagamaan dan penghormatan kepada